App herunterladen
8.94% The Dangerous Love Zone / Chapter 17: The Dangerous Love Zone - 14

Kapitel 17: The Dangerous Love Zone - 14

Fumio yang sedang mengahbiskan waktu makan siangnya di rofftop kafe melirikan matanya saat melihat Azami yang baru saja datang dengan membawa sebuah piring berisikan dua buah sadwitch.

"Yo, Azamai-kun. Apa kau sedang tidak terlalu lapar?" Tanya Fumio saat Azami sudah duduk tepat di sampingnya.

"Ya, aku hanya sedang ingin memakan sandwich buatan Hiro-san." Jawab Azami dan mulai memakan sandwichnya.

Fumio menganggukan kepalanya mengerti lalu kembali menyantap makan siang miliknya.

"Heeii! Kalian sudah mulai makan rupanya. Mengapa tidak menunggu ku?"

Azami dan Fumio yang sedang mengunyah makan siang mereka, kompak menolehkan kepala kearah Naoki yang baru saja datang.

"Ku kira kau masih melayani pesanan pelanggan, Naoki-san." Sahut Fumio yang direspon dengusan oleh Naoki.

"Aku sudah sangat lapar. Pesanan pelanggan biarlah Kazu-kun yang mengurusnya."

Azami dan Fumio kompak menganggukan kepala mereka, lalu kembali melanjutkan makan siang mereka.

"Hei, Azami-kun." Panggil Naoki pada Azami yang baru saja menyelesaikan makan siangnya.

"Ya, Naoki-san?"

"Ku dengar semalaman kamu berada diruangan Juza-kun untuk merawatnya."

Azami menganggukan kepalanya merespon perkataan Naoki. "Ya, semalam aku menungguny sampai demam di tubuhnya menurun."

"Apa Juza-kun semalam sudah meminum obatnya? Karena dia biasanya paling tidak mau meminum obat apapun yang terjadi."

Fumio yang mulai tertarik dengan pembicaraan antara Azami dan Naoki pun kini memfokuskan pendengarannya kearah mereka.

Sedangkan itu, Azami yang mendengar perkataan Naoki terdiam sesaat. Dirinya jadi teringat dengan aksi ceroboh nya semalam.

"Ya, semalam Juza-san meminum obatnya. Aku hanya menyuruhnya saja, lalu dia langsung meminumnya." Jawab Azami yang sepenuhnya adalah kebohongan. Namun Naoki yang menganggap itu adalah sebuah keberanaran, menganggukan kepalanya.

"Aku tidak menyangka jika Juza-kun akan dengan semudah iitu meminum obatnya. Aku saja sampai kehabisan cara untuk menyuruhnya. Bahkan Goshi-kun yang merupakan adiknya pun juga selalu gagal dalam membujuknya untuk meminum obat."

Azami mendengus dalam hati, mungkin jika kemarin dirinya membangunkan Juza terlebih dulu maka dirinya pun akan mendapatkan penolakan.

"Kau benar. Bahkan aku sendiri jarang melihat Juza-san meminum obat. Jika meminum vitamin, aku selalu melihatnya." Sahut Fumio yang di setujui oleh Naoki.

Azami yang tidak mengetahui apapun, memilih untuk tetap diam mendengarkan.

"Aku penasaran, apa alasan Juza-san tidak ingin meminum obat." Lanjut Fumio lagi dan lagi-lagi di respon anggukan oleh Naoki yang meenyetujui perkataan Fumio.

"Heeii, kalian! Apa kalian sudah selesai makan siang?"

Azami, Fumio dan Naoki yang mendengar suara seseorang pun langsung kompak menolehkan kepala mereka dan menemukan sosok Goshi yang berdiri di pintu penghubung.

"Ada apa Goshi-kun? Kami baru saja selesai menghabiskan makan siang kami." Sahut Naoki yang di setujui Azami dan Fumio.

"Maaf Naoki-san, Azami-kun dan Fumio-kun, keadaan kafe saat ini tiba-tiba saja ramai saat ada seorang model yang datang. Apa kalian bisa turun kebawah untuk membantu kami?"

Naoki, Azami dan Fumio kini saling melirikan mata pada satu sama lain. Lalu beralih kembali kepada Goshi.

"Seorang model? Apa kau yakin Goshi-san?" Tanya Fumio dengan mata berbinar. Goshi pun menganggukan kepalanya cepat.

"Benar, aku lupa siapa namanya. Tapi di bawah saat ini sudah sangat ramai oleh para fans nya."

"Baiklah, aku akan turun duluan! Kalian segeralah menyusul!" Ujar Fumio yang lebih dulu berjalan melewati Goshi, menuju lantai satu kafe. Sedangkan itu Azami dan Naoki yang masih duduk di tempat mereka, saling melemparkan tatapan pada satu sama lain, lalu menganggukan kepala mereka.

"Baiklah, kami juga akan ikut turun kebawah. Ayo, Azami-kun."

Azami menganggukan kepalanya menyetujui apa yang di katakan oleh Naoki.

"Ayo, Goshi-san. Kita tidak boleh membuat para pelanggan menunggu terlalu lama."

Goshi yang mendengar perkataan Azami dan melihat seulas senyum terulas di wajah Azami terpana sesaat, sebelum menganggukan kepalanya penuh semangat.

"Kau benar Azami-kun!"

Setelahnya Naoki, Azami dan Goshi pun berjalan menuju lantai satu, dimana mereka melihat Kento, Keita, Kazunari, Ryuji dan Fumio sedang kewalahan mengantarkan pesanan para pelanggan.

Azami yang merasa penasaran dengan model yang dimaksud oleh Goshi pun melayangkan tatapan matanya untuk mencari sosok yang sangat mencolok.

Namun Azami mengerutkan dahinya heran saat tidak mendapati sosok orang yang terlihat mencolok di dalam kafe.

"Goshi-san, kau bilang ada seorang model? Tapi aku tidak menemukan sosok yang begitu mencolok di kerumunan para pelanggan ini?" Tanya Azami pada Goshi yang sedang berdiri disebelahnya.

Goshi yang mendengar pertanyaan Azami pun, menolehkan kepalanya untuk memperhatikan kesluruh penjuru kafe. Goshi mengerutkan dahi heran saat dirinya tidak menemukan sosok model yang tadi sedang duduk disalah satu kursi pelanggan.

"Hm, tadi dia sedang duduk disalah satu kursi pelanggan. Mungkin dia sedang berada di toilet saat ini."

Azami menganggukan kepalanya merespon perkataan Goshi.

Tidak lama kemudian, Ichiro dan Hiro keluar dari dalam dapur, memberikan dua buah nampan masing-masing kepada Goshi dan Azami.

"Azami-kun, tolong antarkan ini untuk meja nomor empat puluh."

Azami menganggukan kepala mendengar perkataan Ichiro, setelahnya dirinya pun berjalan menuju meja tersebut untuk mengantarkan piring pesanan.

"Goshi-kun, antarkan pesanan ini untuk meja nomor delapan."

Goshi pun menganggukan kepalanya dan langsung berjalan menunu meja nomor delapan yang dimaksud oleh Hiro.

Keadaan kafe saat ini benar-benar sangat sibuk. Bahkan Tenma, Daichi, Kuroo, Haruko. Bokuto dan Reki yang seharusnya hari ini Off, mereka dihubungi oleh Goshi untuk membantu di kafe saat ini.

"Hei, Hei, Azami-kun. Apa kau sudah tahu siapa model yang datang ke kafe kita hari ini?" Tanya Bokuto yang sedang menunggu pesanan selanjutanya dari para chef, pada Azami yang sedang berdiri di sebelahnya.

"Aku belum tahu, Bokuto-san. Sedari tadi aku belum melihat ada sosok orang yang begitu mencolok penampilannya."

Bokuto berdeham mendengar jawaban Azami. "Ya, aku juga sedari tadi belum melihat ada sosok yang terlihat begitu familiar."

"Azami-kun. Ini pesanan untuk meja nomor lima."

Azami menerima uluran pesanan dari Tenma dan dirinya pun langsung berjalan menuju meja nomor lima.

"Selamat dinikmati menu makanan kami." Ucap Azami pada empat pelanggan perempuan di meja tersebut.

Klining..

Azami yang berada di meja dekat pintu masuk pun, langsung menolehkan kepalanya saat mendengar pintu kafe terbuka dan membungkukan badannya menyambut pelanggan baru.

"Selamat siang dan selamat datang. Untuk meja berapa orang?" Tanya Azami sambil meletakan nampan didepan tubuhnya.

"Ya, kami membutuhkan meja untuk lima orang. Tapi apa bisa tempatnya cukup tertutup? Karena untuk model kami menikmati waktu istirahatnya."

Azami terdiam sesaat mendengar perkataan seorang perempuan berkacamata di hadapannya.

"Ah, aku akan tanya kan terlebih dulu kepada atasan ku. Mohon untuk menunggu sebentar."

Perempuan berkacamata itu pun menganggukan kepalanya merespon perkataan Azami yang kini sudah pergi menjauh darinya.

"Sarah-chan? Apa kau sudah mendapatkan tempatnya?"

Perempuan berkacamata yang di panggil Sarah, menolehkan kepalanya kepada salah satu rekannya yang baru saja datang.

"Salah satu pegawai sedang bertanya kepada atasannya, Hori-san."

Perempuan yang di panggil Hori menganggukan kepalanya mendengar perkataan Sarah, rekannya. Lalu dirinya memainkan ponsel untuk menghubungi modelnya.

"Maaf sudah membuat menunggu. Untuk tempat yang lebih privasi, kami memilikinya di lantai tiga." Ucap Azami yang sudah kembali kepada Sarah, Sarah yang mendengar kabar baik itu pun menganggukan kepalanya cepat.

Sedangkan itu, Hori yang sudah selesai menghubungi modelnya, diam terkejut melihat sosok Azami berdiri di hadapan Sarah.

"A-azami-kun?"

Sarah yang mendengar rekan kerjanya memanggil nama seseorang pun menolehkan kepalanya kearah Hori.

Sedangkan itu Azami yang namanya di panggil pun, menolehkan kepalanya keasal suara itu berasal. Azami mengerutkan dahinya sesaat, sebelum dirinya membulatkan mata terkejut.

"Hori-san?!"

Hori yang namanya di panggil Azami pun mengulaskan senyum cerah diwajahnya. Namun tidak lama kemudian Hori merubah ekspresi wajahnya, menatap heran Azami.

"Azami-kun, bukankah au seharusnya kau sedang belajar di luar negeri?"

Azami yang mendengar pertanyaan Hori menghela nafasnya. "Jika aku bicarakan saat ini, itu akan sangat memakan waktu. Tetapi intinya, aku sama sekali tidak sedang belajar di luar negeri dan aku bekerja di kafe ini."

Hori menghela nafas lega. "Syukurlah jika kau tidak sedang belajar di luar negeri. Karena saat Joe mendengar kabar jika kamu sedang berada di luar negeri, dirinya bersikeras ingin mendapatkan job pemtertan di negera yang sama dengan mu."

Sarah yang sedari tadi diam mempehatikan interaksi antara Azami dan Hori merasa tidak enak ingin megintrupsi. Namun jika tidak di intrupsi mereka akan membuat para fans yang berada di kafe tersebut mendengarkan dengan seksama percakapan mereka.

"Ehm, Hori-san. Apa perbincangan kalian berdua bisa dilanjutkan di tempat kita makan nanti? Mereka semua memfokuskan tatapan kearah kita sedari tadi."

Hori dan Azami yang merasa heran mendengar perkataan Sarah langsung mengikuti kemana arah tatapan perempuan itu tertuju.

"Ah, begitu. Baiklah. Azami-kun, apa kau bisa mengantarkan kami ke tempat yang kau maksud tadi?"

Azami menganggukan kepalanya mengerti. "Baik, kalau begitu kalian bisa ikut dengan ku."

Hori dan Sarah pun berjalan mengikuti Azami yang mengerahkan mereka ke lantai tiga bangunan kafe.

Setelah mengantakan Hori dan Sarah, Azami pun mencatat pesanan yang diinginkan oleh kedua perempuan tersebut untuk beberapa orang lainnya yang akan ikut bergabung dengan mereka.

"Baik, silahkan ditunggu untuk pesanan kalian." Ucap Azami membungkungkan badannya.

Hori yang melihat Azami membungkukan badan kepadanya, merasa aneh.

"Eng. Azami-kun, kau tidak perlu membungkukan badan mu kepada kami. Mengingat tidak lama lagi kau akan menjadi atasan kami."

Sarah yang mendengar perkataan Hori mengerutkan dahinya heran.

"Saat ini kalian adalah pelanggan kafe ini, jadi aku harus memberikan hormat kepada kalian." Balas Azami yang memang di setujui oleh Hori, namun tetap saja perempuan itu merasa aneh.

"Baiklah, aku akan membiarkan mu kali ini."

Azami mengangukan kepalanya mendengar perkataan Hori yang terdengar terpaksa. Setelahnya Azami benar-benar pergi meninggalkan Hori dan Sarah menuju lantai satu untuk menyerahkan menu pesanan kedua perempuan itu.

Sedangkan itu Sarah yang masih merasa heran dengan perkataan Hori pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Hori.

"Hori-san, aku ingin bertanya. Maksud dari perkataan mu kepada pelayan tadi apa?"

Hori terdiam sesaat, sebelum dirinya menghela nafas. Dirinya baru ingat jika Sarah merupakan orang baru di perusahaan, jadi wajar jika perempuan itu tidak mengetahui siapa itu Azami sebenarnya.

"Aku lupa jika kau merupakan orang baru di perusahaan." Ujar Hori yang semakin membuat Sarah mengerutkan dahinya heran.

"Sebenarnnya, Azami-kun adalah putra sulung mendiang Yusuke-sama. Tidak lain, tidak bukan, dia adalah penerus perusahaan kita yang sebenarnya."

Kedua bola mata Sarah membulat terkejut mendengar perkataan Hori.

"T-tapi, bukan kah Ken-sama saat ini yang menjadi penerus perusahaan selama putra mendiang Yusuke-sama meneruskan pendidikan di luar negeri?"

Hori menggelengkan kepalanya. "Untuk itu aku juga tidak tahu menahu mengapa Ken-sama memberitakan jika Azami-kun sedang meneruskan pendidikan di luar negeri. Tetapi yang pasti, saat ini Azami-kun berada di hadapan kita."

Sarah menganggukan kepalanya. "Dia masih terihat sangat muda sepertinya."

"Kau benar. Azami-kun saat ini masih berusia dua puluh lima tahun dan Yuri-chan saat ini berusia sepuluh tahun. Mereka berdua masih sangatlah muda."

Sarah dapat melihat raut wajah sendu tercetak di wajah Hori.

Sarah dapat mengerti mengapa Hori menampakan raut wajah sendu.

"AZAMI?!"

Bruk!

"Kyyaaaa!!!"

"Joe!"

Sarah dan Hori yang mendengar seruan suara yang tidak asing di telinga mereka, lalu disusul dengan suara teriakan para perempuan dari lantai satu, membulatkan mata mereka terkejut.

Mereka berdua kini berlari menuju pagar pembatas lantai tiga, untuk melihat keadaan dilantai satu.

Kini kedua bola mata Sarah dan Hori benar-benar membulat terkejut.

"Astaga, Joe!"

"Astaga, Azami!"


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C17
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen