App herunterladen
98.24% When You Belong Me / Chapter 56: Rasa yang terpendam

Kapitel 56: Rasa yang terpendam

"Assallamualaikum, Fatih." Suara bernada begitu tenang terdengar di telinga Fatih, namun begitu menusuk ketika Ia menyadari apa yang akan di tanyakan oleh suami sepupunya itu.

"Waalaikumsalam, Abdul. Apa kabar?" Tanya balik Fatih, yang membuat Abdul di seberang telpon tersenyum.

"Seharusnya aku yang menanyakan itu padamu, Fatih." Abdul kembali terkekeh, sedangkan Fatih menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Walau Abdul tak ada di hadapannya, namun hal itu tetap membuat Ia menjadi gugup mengingat janjinya yang akan menjaga Yola, namun kini YOla terluka tanpa Ia bisa berbuat sesuatu untuk menyelamatkannya.

Fatih dan Yola berbeda bidang, Fatih memang terkenal trampil dalam bidang IT, sedangkan Yola sangat handal dalam menembak.

"Apa ada sesuatu yang terjadi pada istriku, Fatih?"

DEG

'JAwab apa ya?' Batin Fatih, disisi lain Ia tak mau membuat Abdul khawatir, namun disisi yang lain Fatih tidak mau berbohong, bagai manapun Abdul adalah suami Yola yang berhak tahu apapun yang terjadi pada Yola.

"Yola…"

"Aku tahu pasti ada sesuatu yang terjadi padanya." Potong Abdul yang tahu Fatih sedang ragu untuk mengatakan yang sejujurnya pada dirinya.

"Dia hampir saja tertembak, namun untungnya tidak terjadi dia hanya terkena luka gores di pungung, namun saat ini telah di bawa ke rumah sakit oleh Tuan Martin." Jawab Fatih pada akhirnya.

"Maafkan aku Abdul, aku tidak bisa menjaga Yola seperti apa yang kamu amanah kan." Lanjut Fatih.

"Fatih, aku tahu pasti situasinya sangat sulit hingga kau tak bisa di sisi Yola, jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri, aku tahu Yola akan baik – baik saja bersama Martin."

"Kamu tidak cemburu?"

"Mana mungkin aku tidak cemburu pada laki – laki dewasa yang jelas – jelas menyukai istriku, bahkan Ia mengatakan dengan begitu jujurnya padaku."

"APA?!"

Abdul terkekeh mendengar teriakan Fatih, sungguh Fatih tak percaya jika Abdul justrub mengetahui kebenaran yang Ia sendiri tak tahu apapun.

"Jadi? Martin menyukai Yola?" tanya Fatih dengan snada rendah karena takut ada yang mengerti bahasanya.

"Ya, makanya aku yakin jika Yola akan baik – baik saja, seorang laki – laki akan melakukan apa saja demi menyelamatkan seseorang yang Ia cintai kan?" Jawab Abdul, bohong jika Abdul tak merasakan cemburu tapi Ia percaya dengan Yola dan juga Martin.

Belakangan ini Abdul mengetahui sebuah rahasia yang Ia ketahui dari mertuanya, Danil. Berdasarkan itu pula Abdul bisa mempercayai Martin.

Fatih mendesah nafas berat, "Kamu benar Abdul."

"Ya sudah, nanti biar aku telpon Yola atau Martin, sedari tadi aku menelpon Yola tapi memang tidak diangkat."

"Itu karena Yola sedang berada di perjalanan menuju ke rumah sakit dengan kawalan ketat dari Martin dan anak buahnya."

"baiklah, kamu berhati – hatilah, aku mengetahui segalanya dari Yola, mereka sedang mengincarmu." Ucap Abdul membuat Fatih tertunduk lesu. Dirinyalah yang diincar tapi harus melibatkan Yola yang sebenarnya tak mengerti apapun tentang hal itu.

"Maafkan aku, Abdul karena diriku Yola selalu ikut dalam bahaya."

"Kamu bicara apa? Paling tidak kamu tidak sendiri ada aku, Yola dan Martin yang akan selalu ada untuk mu."

"Sebegitu dekatkah kau dengan Martin?" Tanya Fatih yang sungguh – sungguh tak menyangka, hubungan antara Abdul Yola dan Martin sedekat itu.

Abdul hanya tersenyum di seberang sana, "Baiklah, kau jaga diri baik – baik, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Fatih menarik nafas panjang, lalu segera Ia keluar dari mobil dan membantu timnya untuk menyisir lokasi dengan membawa alat pendeteksi. Sedangkan Yola kini sedang di perjalanan ke rumah sakit bersama dengan Martin dan anak buahnya.

"Yola, apa kau yakin kau baik – baik saja?" Tanya Martin dengan raut wajah khawatir.

Yola mengangguk sambil menatap Martin yang duduk di depan bersama sopir. Demi apapun Yola telah terbiasa merasakan hal demikian, Yola berbeda dengan Jhonatan walau mereka memang kembar namun mempunyai kemauan yang berbeda tentang memainkan senjata.

Jhonatan lebih lembut dan berkharismatik dan tak menyukai permainan senjata, berbeda dengan Yola yang memang sejak kecil telah sering ikut berlatih menembak bersama sang ayah, Danil.

Martin menatap sekilas wajah Yola melalui pantulan kaca spion, martin begitu mengkhawatirkan keadaan Yola, namun ia harus mengingat batasannya, Ia hanya dosen serta atasan Yola. dan satu hal yang harus selalu Martin ingat bahwa Yola adalah milik Abdul, bukan miliknya.

'Tuhan, mengapa kau memberiku ujian seperti ini?' Batin Martin. Ia begitu tersiksa ketika menyadari jika hatinya berlabuh pada Yola yang telah dimiliki oleh orang lain.

"Assalamualaikum, Sayang." Suara Yola menginterupsi Martin untuk kembali lagi menatap Yola dari kaca spion.

Martin tahu jika saat ini Yola sedang menerima panggilan dari Abdul. Sakit? cemburu? Iya, itu yang di rasakan Martin saat ini.

Martin menghela nafas mendengar pembicaraan Yola dengan Abdul yang menampakkan pancaran kebahagiaan di mata Yola. bahkan sepertinya Yola melupakan rasa sakitnya.

"Aku tidak apa – apa sayang, kamu jangan khawatir. Lagi pula luka seperti ini sudah biasa untukku, dulu aku sering mengalaminya saat berlatih dengan Ayah." Jawab Yola.

Lagi, Martin menatap wajah cantik Yola dari kaca spion.

'Tuhan, hilangkan rasa di hati ku ini, karena dia bukan milikku dan mungkin tak akan pernah menjadi milikku.' Batin Martin.

"Baiklah, kamu juga baik – baik disana, aku akan datang saat liburan tiba." Kembali suara Yola terdengar di telinga Martin, lagi – lagi kedua mata Martin tak mampu lepasmenatap wajah Yola walau hanya dari pantulan kaca.

Tak berapa lama, mobil yang membawa Yola telah sampai di sebuah rumah sakit, dan dengan sigap dokter dan perawat yang telah di beri kabar sebelumnya oleh anak buah Martin dengan sigap membuka pintu dan membawa Yola ke ruang IGD.

Yola menatap Martin yang melangkah dengan cepat di belakangnya. Martin merubah posisi di samping Yola, Martin merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh gadis itu.

"Tenanglah semua akan baik – baik saja." Ucap Martin.

"Bukan itu,"

"lalu."

"Tolong, jangan menceritakan keadaanku yangsebenarnya pada Abdul. Aku tak mau dia khawatir," Jawab Yola.

Martin terdiam sejenak lalu mengangguk. 'Begitu besar rasa cintamu pada Abdul Yola, seandainya saja aku yang mendapatkan cintamu itu…' Ucap Martin namun hanya dalam hatinya saja.

"Jangan khawatirm aku tak akan mengatakannya pada Abdul." Sahut Martin dengan seulas senyum kecil.

"Terima kasih."

"Hm.."

"Tuan!" Panggil seseorang di belakang Martin.

"Saya sudah mengerjakan apa yang anda perintahkan." Ucap Anak buah Martin.

"Bagus!" Sahut Martin lalu menatap ruang IGD yang telah tertutup.

'Aku tak akan membiarkan seseorang yang telah melukaimu hanya mendapat hukuman biasa saja.' Gumam Martin.

Martin memang menyuruh anak buahnya untuk membawa salah satu penjahat yang menembak Yola, dan jangan di tanya apa yang di lakukan Martin pada orang itu.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C56
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen