App herunterladen
2.87% Cinta Saudara Tiri / Chapter 11: Ciuman yang membuatnya tersadar.

Kapitel 11: Ciuman yang membuatnya tersadar.

"Salahkan Ibumu sendiri, kenapa dia jauh-jauh datang dari Italia kemari hanya untuk merangkak ke arah Ayahku." jawab Echa sinis, dan tak mau kalah.

"Apa maksud mu berkata seperti itu ?" wajah Nathan semakin memerah, begitupun dengan mata tajam nya yang kini kembali di penuhi amarah seperti dulu lagi.

"Kau marah ? Bukankah sudah jelas, Ibumu itu yang salah. Kau harus sadar, bahwa Ibumu itu adalah seorang pelakor." Echa berkata dengan wajah sinis nya.

"Berhentilah bicara, sebelum aku kehabisan kesabaran ku." Nathan mengepalkan tangan nya menahan amarah di dalam dirinya.

"Kenapa ? Takut bahwa dendam mu itu salah ? Karena seharus nya disini, aku yang dendam terhadap keluargamu." 

"Sudah ku peringatkan, berhentilah bicara, tapi kenapa kau masih saja bicara omong kosong itu." Nathan mendekati Echa, kedua tangan kekar nya mulai mencengkram erat leher jenjang gadis itu. Nathan yang kini sudah kehilangan kesabaran, kini jiwa Psychopath nya kembali hadir dalam dirinya. Ia mendorong Echa hingga jatuh terbaring, kemudian kedua tangan nya mencekik erat lehernya. 

          Echa mulai memberontak saat ia kesulitan untuk bernafas, tangan kecil nya mencoba menahan tangan Nathan yang mencengkram erat di lehernya. Kaki nya menendang-nendang kesana kemari.

"Sepertinya aku salah telah berpikiran bahwa kamu gadis yang baik dan berbeda dari gadis yang lain, tapi ternyata kamu saja dengan mereka, sama-sama jal*ng nya." ujar Nathan yang kini semakin erat mencekik leher Echa karena ia semakin di kuasai oleh emosi.

                  Di tengah-tengah Nathan yang mengamuk, dan Echa yang kini mulai sekarat, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi, tanda ada seseorang yang datang.

                  Mendengar suara itu, Nathan pun mengakhiri cengkraman erat dari leher Echa.

"Kau sepertinya masih beruntung kali ini," ujar Nathan yang kemudian melangkah keluar kamar, menuju pintu utama untuk menemui orang yang membunyikan bel tersebut.

Di sana, Echa mulai batuk-batuk, dan mengatur nafas yang tersengal-sengal, terlihat rona merah memar di sekeliling kulit lehernya yang putih.

             Tak lama kemudian, Nathan kembali dengan membawa sebuah bungkusan di tangan nya. Ia melempar kasar ke arah Echa yang kini terduduk lemah di ranjang nya.

"Makan itu, nyawamu selamat berkat pengantar bubur. Lain kali, berhati-hatilah jika mau bicara denganku." Nathan memperingati.

"Kau pikir aku mau memakan makanan ini ? Setelah kau baru saja hampir membunuhku," jawab Echa tanpa rasa takut, sembari melemparkan kembali bungkusan tersebut.

Melihat tingkah Echa yang semakin membuat Nathan geram, Nathan pun mendekatinya sembari membuka bungkusan itu, kemudian ia kembali memberikan kepada Echa, menyuruh nya untuk memakan bubur yang sudah ia beli dengan harga yang cukup mahal tentunya.

Namun, Echa menolak, ia mendorong bubur itu kasar, hingga tumpah ke lantai.

"Jangan membuatku semakin marah." ujar Nathan yang kini kembali memerah karena gadis itu terus-terusan memancing emosinya.

Dengan kasar, Nathan menarik Echa hingga terjatuh dari ranjang tidur, ia meringis menahan sakit di pergelangan kaki nya yang cedera akibat jatuh tadi.

               

"Apa yang kau lakukan, lepaskan aku," Echa menampar keras pipi Nathan, karena merasa pria itu semakin keterlaluan.

"Berani nya kau. Makan ini !" Dengan kasar, Nathan memasukkan bubur yang sudah kotor itu ke dalam mulut Echa secara paksa.

Echa  memberontak, tangan kecil nya memukuli dada bidang pria itu. Namun, kekuatan nya tak sebanding dengan kekuatan Nathan si pria tampan dengan tubuh kekar yang sudah terlatih sejak masih muda dulu.

Namun, Echa tidak tinggal diam, ia terus memberontak, perut nya terasa mual saat ada beberapa bubur kotor itu mulai tertelan ke dalam tenggorokan nya.

Ketika ada kesempatan, Echa menggigit keras tangan kanan Nathan hingga membuat Nathan menghentikan aksinya. 

Setelah Nathan fokus melihat luka bekas gigitan di tangan kanan nya, Echa berusaha kabur dengan kaki nya yang masih terasa sakit luar biasa. 

Menyadari hal itu, Nathan segera menarik Echa, dan melempar tubuh itu ke atas ranjang kembali. 

"Ampuni aku, Kakak, aku mohon ampuni aku," Echa yang mulai ketakutan, mulai menyesali perbuatan nya, karena telah melawan lelaki Psychopath itu.

Tanpa menghiraukan Echa yang sudah sangat ketakutan, Nathan segera menahan tubuh kecil itu di bawah nya. Tangan kirinya menahan tangan Echa yang kanan. dan tangan kanan nya memegangi leher belakang Echa, tanpa memberi jeda, ia segera melumat bibir gadis itu kasar, membuat gadis itu semakin memberontak.

Nathan terus mencium nya tanpa henti, di sertai nafsu birahi dan amarah nya yang memuncak. 

Setelah beberapa menit berlalu, dan Nathan mulai kehabisan nafas, ia pun melepas ciuman itu dengan nafas yang memburu. 

Entah apa yang terjadi, hatinya terasa begitu sakit saat melihat gadis itu tersakiti karena ulah nya. 

              Nathan mengamati wajah Adik tiri nya yang kini masih terpejam, dan air mata mengalir di sudut mata nya yang indah. 

              Ia dapat melihat jelas bentuk wajah yang amat cantik di depan nya. 

              Alis yang tumbuh rapi, bulu mata lentik dan panjang tumbuh di area mata nya yang sayu, hidung mancung dan mungil berbelok dengan indah nya, bibir tipis dan mungil yang berwarna merah merona, pipi chubby yang kini menambah keimutan dan membuat nya terlihat seperti bayi. 

              Aroma segar nafas gadis itu menerpa wajah Nathan, membuat jiwa lelaki nya kembali tumbuh dalam dirinya. 

              Nathan kembali mendekati wajah cantik itu, ia kembali menyatukan bibir nya dengan bibir Echa yang masih terlihat basah dan sedikit bengkak akibat ulah nya. 

              Namun, ciuman kali ini berbeda, Nathan mencium nya dengan lembut dan penuh kasih sayang. 

              

              Tanpa di duga, ciuman lembut itu membuat dada Echa tiba-tiba berdebar, ada rasa nyaman di dalam dirinya, ia merasa sangat aman berada dalam pelukan lelaki yang sekarang sedang mencium bibir nya. Namun, Echa segera menepis perasaan itu, ia membuang jauh-jauh perasaan nyaman tersebut.

Nathan melepas ciuman nya, kedua mata itu beradu, tatapan yang tadi nya penuh amarah berubah menjadi tatapan sayu penuh arti.

           

"Istirahatlah disini, aku akan menggunakan kamar di lantai tiga," ucap Nathan sembari beranjak dari atas tubuh gadis itu, kemudian ia melangkah keluar menuju kamar lain.

          Sesampai nya di kamar yang lain, Nathan segera melepas kemeja yang ia kenakan, menampakkan tubuh kekar yang membuat para wanita akan tergila-gila bila melihat nya. Segera ia merendam tubuh nya di dalam bak kamar mandi.

"Apa yang terjadi padaku ? Kenapa jantungku berdegup kencang sekali. Benar kata Ricard, sebelum nya aku belum pernah seperti ini, apakah aku benar-benar menyukai nya ?" batin Nathan sembari memegangi dada nya, memeriksa keadaan jantung nya yang kini sedang tidak baik-baik saja.

To Be Continued...

           


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C11
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen