App herunterladen
1.82% Cinta Saudara Tiri / Chapter 7: Terenggutnya kesucian Michayla.

Kapitel 7: Terenggutnya kesucian Michayla.

"Bagaimana rasa nya ? Ini adalah hukuman yang layak untuk gadis kecil jal*ng sepertimu !" 

"Apa maksudmu mengatai ku jal*ng ?" Echa menjawab dari suara nya yang kini mulai melemah.

"Bukankah semalam kau tidak pulang karena tidur bersama seorang lelaki, Kau hebat sekali, masih semuda ini sudah sangat pandai menjadi pelac*r."

"Pelac*r ? Anggaplah aku sesukamu." Ujar gadis itu sembari tersenyum miring. 

"Baiklah. Aku akan menganggap mu sebagai pelac*r rendahan, apakah kau kekurangan uang hingga menjual diri seperti itu ?"

Mendengar ucapan Nathan membuat Echa ingin tertawa keras. Namun, apa daya, diri nya yang sekarang tak lagi memiliki kekuatan apapun. Dia hanyalah gadis yatim piatu yang menumpang hidup pada pria brengs*k seperti Nathan.

 

"Jika kamu memang menginginkan uang, jadilah pelac*rku, aku akan mencukupi mu, seperti dulu Ayah mu mencukupi kebutuhan mu. Bagaimana ?" Tangan kekar Nathan mencengkram kedua pundak Echa. 

"Apa maksud mu ? Lepaskan !" Echa mencoba melepaskan diri dari Nathan yang kini sudah seperti kerasukan setan.

"Diamlah ! Dan ikuti saja permainan ku." ujar Nathan, yang kemudian melempar tubuh mungil dan kurus gadis kecil itu. 

"Apa yang kau lakukan ?" Echa mulai ketakutan, saat Nathan mulai membuka kemeja putih nya, menampakkan dada bidang dan otot- otot yang kuat di lengan, dada dan perut pria dewasa itu.

Echa yang masih merasa kesakitan di sekujur tubuh nya karena cambukan tadi, berusaha untuk melarikan diri. Namun, tangan kekar Nathan kembali menarik nya ke atas ranjang, dan mengunci tubuh kecil nya di bawah tubuh kekar itu.

"Hari ini, layani aku hingga aku puas !" ujar Nathan dengan mata dan wajah nya yang sudah memerah.

"Lepas, apa yang kau lakukan," Echa berusaha terus memberontak.

"Jangan sok suci, bukankah ini memang sudah menjadi pekerjaan mu, biarkan aku juga menikmati nya, Ayah mu berhutang banyak padaku." hardik Nathan penuh emosi.

Pria dewasa berwajah tampan itu mendaratkan bibir nya, melumat kasar bibir mungil milik Echa dengan paksa.

Echa terus memberontak, tangan mungil nya memukuli dada bidang itu. Namun, tenaga nya tak seberapa di bandingkan dengan tenaga Nathan yang gagah dan kuat.

Sampai pada akhirnya Nathan merampas sesuatu yang sangat berharga dalam hidup Echa, yaitu kesucian yang telah lama Echa jaga selama ini.

Echa yang semakin lemah akhirnya tak sadarkan diri, tak kuat menahan siksaan yang bertubi-tubi dari Nathan.

      "Gadis ini masih perawan ? bagaimana mungkin ?" ujar Nathan, setelah ia menyudahi senggama nya.

       Nathan merasa kebingungan, saat menyadari gadis itu ternyata masih perawan.  Selama ini, ia mengira Echa sudah terbiasa tidur dengan laki- laki, karena informasi yang ia dapat selama ini mengatakan begitu.

Nathan yang sudah kelelahan, akhir nya tertidur di samping Echa yang sudah tidak sadarkan diri, tangan kekar nya memeluk erat tubuh gadis itu. 

              Di luar sana, hujan masih turun dengan lebat, di sertai angin kencang dan gemuruh petir. Kedua insan tersebut terlelap dalam satu selimut tebal berwarna putih, mereka terlihat seperti pengantin baru yang terlelap tidur bersama.

               Jam menunjukkan pukul 12:00 siang. Namun, hujan masih tak kunjung reda. Echa, mulai membuka kelopak mata nya yang sudah membengkak akibat tangisan tadi. Hal yang pertama ia tangkap di penglihatan nya adalah sosok pria tampan yang kini memeluk erat tubuh yang sekarang terasa nyeri, sakit dan perih akibat siksaan tadi pagi.

Saat bayangan, dimana ia di perkosa terlintas dalam memory ingatan nya, hatinya seketika terasa hancur berkeping- keping. Air mata bening itu kembali mengalir, menetes membasahi bantal yang ia pakai.

"Kau sudah bangun ?" Suara berat dan serak terdengar di telinga Echa, Aroma nafas yang harum menerpa wajah nya. Nathan yang kini juga terbangun tiba- tiba, membuat empat mata itu bertemu tatap. 

"Apakah gadis yang sekarang ada di pelukanku ini adalah Michayla Putri ? adik tiriku yang sangat kubenci ? Kenapa aku baru menyadari bahwa dia sangat cantik ? Dimana perasaan benci itu menghilang ? Kenapa rasa benci itu berubah menjadi rasa yang tak dapat di artikan ?" batin Nathan, yang mulai kebingungan dengan perasaan nya.

Menyadari bahwa Kakak tiri nya terbangun, Echa segera beranjak. Namun, ia mengurungkan niat nya untuk bangun, karena tak kuat dengan rasa sakit di sekujur tubuh nya, terutama di bagian selangkangan yang kini terasa sangat perih akibat ulah Nathan yang bruntal.

"Aaw," rintih Echa lirih. Namun, terdengar jelas di telinga Nathan yang berada dekat, di samping nya. 

Nathan segera duduk, dan memeriksa banyak nya memar bekas cambukan di kulit putih yang awal nya mulus itu. 

"Mandilah terlebih dahulu, setelah itu barulah obati luka- luka mu. Perlu ku antar ke kamar mandi ?" Nathan menawarkan diri.

"Aku bisa sendiri." ucap Echa masih dengan suara datar nya seperti biasa. 

Saat ia mencoba menurunkan kaki nya dari atas ranjang, seketika dia meringis, merasakan sakit dan nyeri yang luar biasa di daerah kewanitaan nya.

"Aku rasa hari ini kamu tidak akan bisa berjalan," ujar Nathan santai seperti tak berdosa, sembari segera membawa tubuh mungil itu dalam gendongan nya, dan hendak membawa nya ke kamar mandi. 

"Apa yang kau lakukan ?" Echa menutupi dada nya dengan kedua tangan nya. 

"Malu ? Bagian mana yang belum aku lihat ? Bukan kah tadi aku sudah melihat di setiap inci tubuhmu," Ucap nya tanpa rasa malu dan bersalah.

Nathan membaringkan tubuh Echa ke dalam bathub yang masih kosong tanpa air. Kemudian ia memutar kran air hangat hingga  air tersebut penuh, menenggelamkan tubuh gadis itu.

Echa meringis menahan perih, di saat air hangat tersebut menyentuh kulit nya yang di penuhi luka cambuk tadi.

"Kenapa ?" tanya Nathan.  Tak tau apa yang terjadi pada nya, kenapa dia tiba- tiba merasa tak tega dan khawatir.

"Jangan sok perhatian, keluar !" ujar Echa dengan wajah yang di penuhi amarah dan kesedihan.

Nathan menuruti kemauan Echa, ia keluar dari kamar mandi, dan menunggu nya di kamar. 

Sedang kan Echa kembali menangis histeris di dalam bak mandi, ia tak menyangka bahwa nasib nya akan seperti ini. 

Setelah berjam- jam menangis sambil membersihkan dirinya di kamar mandi, akhir nya Echa merasa sedikit tenang. 

Dengan bersusah payah, ia melangkah dengan tertatih- tatih keluar dari kamar mandi.

Melihat gadis itu sudah keluar dari kamar mandi, Nathan segera menghampiri nya, dan membawa Echa duduk di sebuah sofa yang terdapat di kamar tersebut.

"Buka handuk mu, aku akan mengobati luka- luka mu." perintah Nathan.

"Aku bisa sendiri." Echa menolak.

"Patuhi perintahku !" ujar Nathan tegas. Sembari menarik baju handuk yang di kenakan gadis itu.

Nathan mengoleskan salep di bagian punggung dan lengan Echa.

"Istirahatlah ! Ini adalah perintah, dan kamu wajib menuruti nya !" perintah Nathan tegas. Kemudian ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. 

Echa yang sudah merasa hidup nya benar- benar hancur, memilih untuk menuruti dan benar- benar menjadi budak pria itu. Ingin rasa nya ia mengakhiri hidup nya saat ini juga, jika seandai nya ia tidak mengingat hutang Ayah nya yang selama ini hidup mewah dengan harta orang lain, dan sekarang ia harus membayar semua nya sampai lunas.

To Be Continued...

                         

 


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C7
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen