Seusai dari pemakaman. Echa, yang kini masih murung di dalam kamar nya, mendengar seseorang melangkah menuju kamar tempat ia berada saat ini.
Braaaaaakkk....
Nathan, yang kini tiba-tiba menendang pintu kamar Echa yang tadi nya terkunci kini menjadi terbuka lebar seketika.
"Apa yang kau lakukan ?" sontak Echa berteriak karena terkaget dengan kedatangan Nathan yang begitu tiba-tiba.
"Mulai sekarang aku akan tinggal disini, keluar dari kamar ini ! karena aku akan menempatinya !" Ujar pria itu dengan mata yang berkilat-kilat di penuhi amarah yang terpendam.
"Hah ? Jangan se enaknya," ucap Echa di sertai senyum miring nya.
"Kau kira selama ini hidup mewah, hidup dengan harta siapa ? Semua yang kau nikmati bersama Ayah brengs*k mu itu adalah milikku !" ujar Nathan lirih, namun terdengar tegas.
"Apa maksud mu ?"
"Jadi kau tidak tau ? Rumah ini, yang selama ini kau tinggali, makanan yang selama ini kau makan, pakaian, dan semua kebutuhan mu, itu adalah milikku ! Kau dan juga Ayahmu, kalian hanyalah seorang pengemis yang menumpang hidup pada Ibuku yang mendapatkan warisan dari Ayahku !" ujar Nathan sinis, tangan kanan nya mencengkram erat kedua pipi Echa, hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana.
Mendengar hal itu, mata Echa mulai berkaca-kaca, ada rasa marah dan malu di dalam dirinya. Marah, karena Nathan menghina Ayah dan dirinya. Dan malu, karena ternyata selama ini ia bisa hidup mewah karena menumpang pada Ibu tirinya, yang ternyata harta itu adalah milik mantan suami dari sang Ibu tiri. Bukan, dari hasil jerih payah sang Ayah.
"Keluar dari kamar ini sekarang ! Pindahkan semua barang mu ke kamar pembantu di belakang !" perintah Nathan tegas.
"Jangankan hanya keluar dari kamar, bahkan sekarang juga, aku akan keluar dari rumah yang seperti neraka ini !" Jawab gadis muda itu tak kalah tegas nya. Kemudian ia bangkit dan mengambil beberapa barang yang berharga dari dalam lemari. Namun, belum sempat ia memasukkan ke dalam sebuah koper yang telah ia siapkan, kini tiba-tiba sebuah tangan kekar menjambak rambut panjang milik Echa keras, hingga membuat sang pemilik rambut meringis kesakitan.
"Kau kira aku akan membiarkan mu pergi begitu saja, setelah kau dan Ayahmu se enak nya menikmati harta ku bertahun-tahun ? Karena sekarang Ayahmu sudah mati, dan tidak dapat membayarnya, maka sekarang kau yang harus menggantikan Ayahmu untuk membayar semua itu !" ucap Nathan yang kini masih mencengkram erat rambut gadis itu. Mata tajam nya yang penuh amarah menatap wajah ayu yang kini juga menatap wajahnya.
"Lalu apa yang kau inginkan ?"
"Mulai hari ini kau adalah budak ku ! Turutilah semua perintahku ! Aku sudah memecat semua pembantu di rumah ini, jadi mulai sekarang, kamu yang harus mengerjakan semua pekerjaan rumah." Selesai berkata, dengan kasar nya Nathan melepas jambakan nya, membuat gadis kecil itu terjatuh ke lantai, tak terasa kini air mata nya mulai tumpah membasahi pipi yang chubby itu.
Hari berganti hari, kini Echa gadis kecil dan pendiam itu masih tunduk mematuhi segala perintah dari Kakak tiri nya yang begitu kejam. Seperti pagi ini, ia bangun di pagi buta, dan segera mencuci semua pakaian, mencuci piring, mengepel, dan memasak, membuat sarapan untuk Nathan. Ia mengerjakan semua nya dengan terburu-buru, karena ia mengejar waktu, jam 07:00 ia harus pergi ke sekolah.
"Mulai besok kamu tidak perlu datang ke sekolah lagi, karena besok ada pekerjaan tambahan untukmu," ucap Nathan sembari memasukkan makanan ke dalam mulut nya.
"Apa maksud mu ?" Mendengar ucapan sang Kakak membuat Echa terkejut bukan main.
"Tukang kebun barusan telfon, kata nya anak nya sakit di kampung, jadi dia mungkin tidak akan bekerja selama satu bulan, jadi mulai besok gantikan pekerjaan nya, ok."
"Bagaimana mungkin aku harus berhenti sekolah ? Kamu sudah sangat keterlaluan !" Echa mulai emosi.
Praaang....
Suara garbu terlempar.
"KAU KIRA SIAPA YANG MEMBAYAR UANG SEKOLAHMU ITU ? TURUTI SAJA APA KATAKU !" Nathan berteriak, sembari melempar garbu di tangan nya, garbu tersebut mengenai pipi sebelah kiri Echa, membuat goresan luka disana.
Cairan bening mulai mengalir kembali dari mata sayu milik gadis kecil yang malang itu.
"Kau membuat selera makan ku hilang saja, bereskan semua nya, aku akan pergi ke kantor. Oh ya, satu lagi, aku tidak ingin mendengarmu memanggilku dengan Kau atau Kamu lagi, karena itu tidak sopan. bagaimanapun orang-orang menilai kita sebagai saudara, jadi kau panggil aku Kakak. Mengerti !"
Echa hanya menjawab dengan anggukan kecil.
______________________
Sepulang nya dari kantor, Nathan kini tidak langsung pulang ke rumah, ia masih berkunjung ke apartemen Ricard teman satu-satu nya yang setia mengikuti Nathan dari Italia ke Indonesia. Ricard memiliki darah blasteran Indonesia dan Italia, sama dengan Nathan, karena itu, mereka sangat akrab, dan sudah berteman sejak kecil.
"Bagaimana kehidupan mu sekarang ? Ku dengar kau tinggal berdua dengan adik tirimu," tanya Ricard sembari menyerahkan segelas anggur kepada Nathan.
"Ya benar."
"Kau akrab dengan nya ?"
"Tidak."
"Kalau tidak, kenapa kalian tinggal bersama ? Kenapa kau tidak tinggal di apartemen lama mu saja ?"
"Bukankah aku sudah pernah bilang padamu, apa tujuanku datang kemari ?"
"Jangan bilang, kau melampiaskan dendam mu pada gadis kecil itu ?"
"Kalau benar, memang nya kenapa ?"
"Jangan lakukan itu Nathan, dia hanya gadis kecil yang tidak tau apa-apa. Bisa jadi dia juga korban dari perselingkuhan itu, sama dengan mu, yang menjadi korban atas perselingkuhan Ibumu dan Ayah nya."
"Aku sudah terlanjur menjalankan balas dendam ku, sayang kan jika berhenti di tengah jalan," Nathan tersenyum evil sembari meminum anggur di tangan nya.
"Apa yang kau lakukan pada gadis itu ? Kau tidak meniduri nya kan ?"
"Meniduri nya? Haha, kau kira aku sudah gila ?"
"Ku kira kau menidurinya, karena kurasa kau sudah sangat lama tidak menyentuh wanita hahahaha,"
"Aaaah benar, dulu aku memang pernah menggila sepertimu, entah apa yang terjadi saat itu, aku benar-benar gila,"
"Bagaimana jika sekarang kau mencoba nya lagi ? Kebetulan malam ini, aku ada janji dengan model cantik di hotel ××××, kau bisa menggantikan ku, aku akan pesan model lain,"
"Aku tidak berminat dengan permainanmu lagi, lebih baik aku fokus dengan pekerjaan."
"Ah baiklah. kembali ke topik yang tadi, kau sungguh-sungguh tidak menidurinya kan ?"
"Tidak."
"Ah sukurlah. Ku dengar-dengar adik tirimu sangat cantik dan imut,"
"Dengar dari siapa ?"
"Adikku Alfaro, dia sekelas dengan adik tirimu, adikku bilang, dia adalah primadona di sekolah, banyak cowok yang mengejarnya, termasuk adikku juga hehe,"
To Be Continued...