App herunterladen
1.83% REINCARNATION / Chapter 6: AKU MENCINTAIMU

Kapitel 6: AKU MENCINTAIMU

Lee Kuan Si melepaskan pelukan dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Ia menatap Diao Chan penuh kelembutan.

"Mungkin selama ini aku terlalu takut untuk menyatakan perasaanku sendiri dan aku selalu saja mengganggu dirimu. Bahkan sejak kecil mungkin kau menganggap aku sangat menyebalkan. Aku minta maaf Diao Chan. Tapi, malam ini, aku ingin menyudahi semuanya.

"Sebenarnya, saat aku berkata kau jelek, kau itu sangat cantik, hanya saja aku terlalu gengsi mengakui. Saat aku mengatakan kau menyebalkan, aku sesungguhnya sedang merindukan dirimu. Dan, saat aku bersikap tak acuh padamu, sebenarnya saat itu aku sedang cemburu, karena perhatian dirimu terbagi tidak hanya tertuju padaku. Aku cemburu jika kau dekat dengan Lee Jian Si kakakku sekalipun. Aku juga kesal jika kau tersenyum manis pada pemuda lain yang terang- terangan menyukaimu. Aku hanya mau kau menjadi milikku.

"Jadi, malam ini aku memberanikan diri untuk mengutarakan isi hatiku di hadapan kedua orang tua kita. Maukah kau menjadi kekasihku? Ah, tidak. Calon istri saja. Dan maukah kau menunggu untuk aku menyelesaikan pendidikanku terlebih dahulu baru kemudian kita menikah? Aku ingin menjadikan dirimu satu-satunya ratu di hidupku. Satu-satunya wanita yang aku cintai setelah ibuku. Bisakah?" Ujar Lee Kuan Si dengan suara lantang.

Diao Chan menatap Kuan Si tak percaya. Kedua netranya berkaca- kaca. "Kau mau kan menjadi penjaga hatiku, Diao Chan? Kalau kau mau, terima kotak ini, lalu pasangkan cincin yang satunya kepadaku. Supaya aku bisa memasangkan yang satu di jarimu. Tapi, jika kau menolak pasangkan kedua cincin itu padaku."

***

_200 tahun lalu_

Pagi itu istana nampak sunyi. Penghuninya masih banyak yang belum bangun dari mimpi. Semalam, istana mengadakan pesta kemenangan untuk Jenderal besar Min. Kaisar Gong Chou Seon memiliki 2 orang istri. Permaisurinya bernama Eun Jeong. Dari permaisuri Kaisar hanya memiliki satu anak yaitu Gong Lee Goen. Sementara dari selirnya yaitu Munjeong lahirlah Gong Ming Yun dan Gong Hye Yun. Kedua putri dan putri Kaisar sangat senang mempelajari ilmu beladiri dan militer, sehingga karena kecerdasan dan kepintarannya Gong Ming dapat menjadi Jenderal. Sementara Gong Hye Yun sangat pintar dalam stategi perang, sehingga ia dijadikan penasihat oleh sang ayah.

Saat Kaisar Gong Chou wafat. Putra mahkota Gong Lee Goen naik tahta. Karena sejak kecil ia selalu rukun dengan adik- adik tirinya tidak ada yang namanya perebutan kekuasaan. Semua berjalan seperti biasanya.

Gong Hye Jun terbangun pagi sekali. Ia masih memikirkan perkataan kakaknya tentang kepala dayang yang bernama Yue Liang. Dia sangat cantik memang. Bahkan, menurut Hye Yun hampir menyaingi kecantikan seorang putri Kaisar. Wajar, jika kakaknya tergoda dan jatuh cinta.

Hye Yun pun keluar dari paviliunnya. Secara kebetulan, seorang dayang istana melewatinya.

"Dayang, tolong panggil kepala dayang Yue Liang untuk datang ke kamarku. Sekalian suruh dia untuk membawakan aku sarapan pagi," ujar Hye Yun.

"Baik, yang mulia."

. "Jika dia malu- malu, aku yang akan membuatnya tak punya malu. Apa susahnya menyatakan cinta pada seorang gadis, kau dan Dao Si sama saja. Kalian sama- sama penakut jika menghadapi wanita," gumam Hye Yun.

Tak lama kemudian pintu kamarnya di ketuk, Hye Yun membuka pintu. Dan, dalam hati ia harus mengakui bahwa wanita yang saat ini berdiri di hadapannya sangat cantik.

"Yang mulia, putri Hye Yun. Hamba datang membawakan sarapan untuk yang mulia. Apa yang mulia memanggil hamba?"

"Masuklah Yue Liang. Ya, tadi aku yang memanggilmu. Duduklah, temani aku sarapan pagi dulu," jawab Hye Yun. Yue Liang mengangguk dan menuruti Hye Yun untuk masuk.

Kamar Hye Jun tidak sama dengan kamar putri Kaisar pada umumnya.Gong Hye Jun ahli pedang seperti kakaknya juga dia sangat pandai. Kamarnya penuh dengan buku- buku. Dia sama sekali tidak bisa tampil seperti wanita. Itulah sebabnya mengapa Dao Si acapkali menggodanya.

"Yue, kau bekerja di istana ini baru, bukan? Tapi, kau sudah menjadi seorang dayang kepala atas permintaan ibu suri Eun Jeong. Hmm, apa kau betah tinggal dan bekerja di sini?" tanya Hye Yun sambil memakan sup yang di hidangkan.

"Hamba betah, yang mulia," jawab Yue Liang.

Hye Yun menatap Yue Liang, mencoba mengukur seberapa pantas ia untuk bersanding dengan sang kakak. "Berapa usiamu?"

"21 tahun, yang mulia."

"Kau sudah punya kekasih?"

Wajah putih milik Yue Liang memerah seketika mendengar pertanyaan Hye Yun yang sedikit frontal itu.

"Eh, kekasih? Ti- tidak yang mulia. Hamba belum memiliki kekasih."

"Apa ada lelaki di istana ini yang kau sukai? Prajurit atau panglima perang barangkali? Atau, seorang Jenderal?"

Yue Liang makin merona. Ia tidak tau harus menjawab apa. Posisinya saat ini adalah seorang kepala dayang. Jika saja ia di kenal sebagai putri bangsawan barangkali ia akan mengakui bahwa ia memang menaruh hati kepada Gong Min. Tapi, saat ini Hye Yun melihatnya sebagai Yue sang kepala dayang.

"Kenapa kau tidak menjawab? Hmm, apa kau malu? Pipimu memerah, Yue. Ah, baiklah kalau begitu, bagaimana jika aku ganti saja pertanyaanku. Bagaimana jika kakakku yang gagah dan tampan itu, menyukai dirimu? Apa kau bersedia menjadi istrinya? Mau menjadi kakak iparku?"

"Ampun paduka yang mulia putri Hye Yun. Hamba tidak berani untuk membayangkan semua itu. Hamba hanya seorang kepala dayang istana. Terlalu jauh untuk hanba bisa memimpikan itu." Yue Liang merasakan debaran di dadanya begitu terasa kencang. Sungguh, ia sangat malu. Dan juga sedikit takut.

"Memang kenapa jika hanya seorang kepala dayang istana? Kau cantik, dan juga pintar. Dan, yang paling penting adalah, kakakku menyukaimu. Hanya saja, dia itu terlalu penakut untuk mengakui perasaannya sendiri. Kau pikir saja dulu ya, jawabannya. Aku akan sangat senang jika kakakku mendapat istri. Aku sudah bosan melihatnya tidur dengan memeluk pedangnya," ujar Hye Yun.

"Hamba permisi kalau begitu yang mulia putri Hye Yun."

"Iya, pergilah dan jangan lupa pikirkan apa yang aku katakan tadi."

Tepat saat Yue Liang hendak membuka pintu, saat itu juga Gong Ming masuk. Mereka berpapasan, dan wajah Yue Liang kembali bersemu merah merona. Hal itu tentu membuat Hye Yun terkikik geli. Gong Ming berpura-pura mengarahkan pandangannya ke arah lain. Sementara Yue Liang menunduk dan segera melewatinya.

"Dia, untuk apa dia ke kamarmu?" tanya Ming saat Yue Liang sudah jauh.

"Aku?"

"Ya, tentu saja kau? Apa ada orang lain di ruangan ini selain kita berdua? Kalian bicara apa? Buat apa dia ke kamarmu? Lalu, wajahnya tadi kenapa memerah begitu?"

"Kyaa...yang mulia Jenderal, silahkan anda mengajukan pertanyaan satu persatu. Mana yang harus aku jawab lebih dulu?" gerutu Hye Yun. Sikap Gong Ming yang seperti itu membuat Hye Yun bertambah yakin jika kakaknya memang menaruh hati kepada Yue Liang.

Gong Ming terkekeh, ia menghampiri Hye Yun lalu duduk di samping adiknya itu.

"Kau, ah dia untuk apa ke kamarmu?"

"Aku memintanya untuk membawakan sarapan ke kamarku. Dan, aku menanyakan banyak hal kepadanya."

"Hah? Kau jangan menanyakan hal yang bisa membuatnya malu."

"Memang dalam pikiranmu,aku akan bertanya hal apa kepadanya?"

"Ya, pertanyaan yang aneh seperti, apa kau mencintai kakakku, misalnya."

Tawa Hye Yun pecah seketika mendengar perkataan Gong Min.

"Aku memang bertanya hal itu kepadanya. Hanya saja, aku menghaluskan sedikit pertanyaanku kepadanya."

"Kau ini, ckck....apa yang kau tanyakan kepadanya? Ayolah Hye Yun, jangan membuat aku penasaran."

"Huuufy, aku katakan kepadanya, bagaimana jika kakakku yang tampan ini mencintainya. Apakah ia mau menjadi kakak iparku. Aku bertanya seperti itu," jawab Hye Yun dengan polosnya.

Gong Ming menepuk dahinya tak percaya. Adiknya ini terkadang memang terlalu buru- buru. Tapi, apa dia sendiri juga berani mmengatakannya? Gong Ming menghela napas panjang.

"Apa dia menjawab?"

Hye Yun mengangkat alis matanya.

"Kalau kau tidak peduli, kenapa kau penasaran dengan jawabannya? Sekarang, katakan dulu bahwa kau memang mencintainya."

"Kya...! Hye Yun, ayolah!"

"Akui dulu apa susahnya," desak Hye Yun.

"Iya, aku mencintainya. Ayo lekas katakan apa jawabannya?"

"Belum tau. Aku memberinya waktu untuk berpikir."

Pletak

Gong Ming memukul kepala Hye Yun kesal. Ia merasa sudah di jebak oleh adik kesayangannya ini. Sementara Hye Yun hanya terkikik sambil meringis.

****

Entah mengapa tiba- tiba bayangan akan sebuah kejadian melintas di kepala Diao Chan. Namun, pada detik berikutnya gadis cantik itu mengambil cincin yang lebih besar dan memasangkannya di jari manis Kuan Si, dan menyisakan satu cincin yang berukuran lebih kecil. Kemudian dengan wajah merona merah ia mengulurkan tangan kanannya, "Kau mau memasangkan cincin itu di jarimu, bukan?" tanya Diao Chan membuat senyum Kuan Si mengembang seketika. Tanpa ragu ia langsung memasangkan cincin itu di jari manis Diao Chan.

"Aku mencintaimu, Diao," bisiknya mesra. Diao Chan hanya tersipu malu, dan ia langsung menutup wajahnya tatkala suara tepuk tangan terdengar dari semua tamu yang datang.

Cha Yujin menghampiri Diao Chan dengan wajah penuh kebahagiaan.

"Ah, akhirnya kau menjadi menantuku juga," ujarnya.

"Calon, belum menantu resmi," sahut Sun Xia yang langsung di sambut gelak tawa.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen