Yang di tanya tidak menjawab kecuali semakin menenggelamkan kepala ke dalam dada bidang. Aroma kayu-kayuan yang terasa merileks pikiran membuatnya betah berlama-lama di sana.
--
"Lena, jawab!"
Yang di tanya tak juga menjawab, akan tetapi semakin menenggelamkan kepala ke dalam dada bidang. Geram, itulah yang Calvino rasakan sehingga langsung mengurai pelukan. Di rengkuhnya bahu ramping berselimut dengan sorot mata menajam. " Aku tanya sekali lagi. Apa yang terjadi?" Nada suaranya sedikit meninggi.
Tanpa sengaja menangkap darah segar keluar dari punggung jemari akibat infus yang terlepas. "Shittt, jadi kau menjerit hanya karena darah ini, hah?"
Lenata mendongak, menghujani Calvino dengan tatapan meremang. "Haruskah kau membentakku?" Protesnya.
"Dasar manja!"
"Bukankah kita sudah jalan selama bertahun-tahun. Seharusnya kau sudah mengenalku bahwa aku ini pobia darah."
Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Calvino. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!