"I'm sorry, Ms. Kia."
Dadanya terlihat naik turun menahan amarah. Kesabaran yang sedari tadi coba dia tahan kini, meledak sudah. "Saya paling tidak bisa menerima yang namanya kebohongan, Mr. Kenan. CATAT ITU!"
Tetapi untuk apa juga aku harus marah padanya? Kenan, tidak bersalah, dia hanya menjalankan perintah. Gumamnya dalam hati.
--
"Cepat berikan ponselnya kepada, Mr. Calvino!" Nada suaranya terdengar lirih akan tetapi penuh perintah yang tak terbantahkan.
"Baik, Ms. Kia." Hembusan nafas berat tampak mengiringi deru nafasnya. Bersamaan dengan itu melenggang masuk ke dalam ruangan.
"Kenan, kemarilah!" Panggil Calvino.
Disuguhi wajah orang kepercayaannya berselimut rasa bersalah telah membuat Calvino dihinggapi ribuan pertanyaan. "Ada apa?"
Belum juga Kenan menjawab, tatapan matanya menangkap ponsel miliknya yang barada di dalam genggaman lelaki tersebut. "Bawa kemari!"
Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Calvino. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!