App herunterladen
43.47% Haters and Lovers of Rain / Chapter 10: Chapter 9

Kapitel 10: Chapter 9

"Miiiiii, Arga pulaaaaang!!!" Teriak Arga yang baru saja memasuki rumahnya bersama dengan Rian.

Sang Mami yang mendengar teriakan putranya itu segera keluar menyambut mereka.

"Wah, kalian udah datang! Mami udah nunggu kalian dari tadi!" seru Mami Arga sambil tersenyum lebar.

Mami Arga segera menghampiri Rian. "Tante udah denger banyak tentang kepintaran kamu dari Arga. Juga tentang kamu yang mau jadi sahabatnya dan selalu ngebantuin dia. Tante bener-bener berterima kasih sama kamu."

"Ah, itu bukan apa-apa kok, Tante. Arga sendiri juga udah banyak ngebantu saya."

Mami Arga tersenyum. "Tante berharap banyak sama kamu. Tante harap, kamu juga bisa ngebantu buat naikin nilainya Anin."

Rian mengangguk. "Saya akan berusaha keras dan melakukan yang terbaik untuk ngebantu nilainya naik, Tante."

"Nah, kamu bisa mulai ngajar Anin mulai hari ini, ya. Dan ini untuk gaji pertama kamu. Tante akan ngasih kamu gaji setiap hari kamu dateng ngajar," kata Mami Rian sambil memberikan sebuah amplop berisi uang pada Rian.

"Eh? Digaji perhari, Tante?" kaget Rian.

"Iya, perhari. Coba kamu liat dulu, gajinya udah sesuai atau kamu mau kamu ditambah?"

Rian pun membuka amplop itu dan terbelalak melihat isinya. "Ini kayaknya terlalu banyak deh, Tante," katanya.

"Terlalu banyak apanya. Enggak kok, itu sesuai dengan usaha kamu nantinya. Abisnya putri Tante itu tipe yang susah, jadi perlu banyak usaha buat ngajarin dia."

"Bener tuh, bro. Itu mah gak terlalu banyak buat gaji lo. Terima aja," kata Arga, mendukung ucapan Maminya tadi.

Rian menatap Arga dan Maminya secara bergantian, masih agak ragu. Anak dan Ibu itu menatap Rian sambil tersenyum, hingga akhirnya Rian pun berkata, "Baik kalau begitu. Saya terima."

"Nah, gitu dong! Daritadi, kek!" seru Arga senang.

Mami Arga tersenyum lalu menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ah, Mami harus berangkat ke arisam keluarga sekarang, nih," kata Mami Arga kepada anaknya.

"Okee, Mi. Hati-hati di jalan, ya!"

Selepas kepergian Maminya, Arga segera menarik Rian untuk ke lantai atas, tepatnya menuju ke kamar adiknya.

"Yuhuuuu Princess bucin! Kakakmu si Prince ganteng udah pulang, nih!" seru Arga sambil membuka pintu kamar sang adik, Anin.

Anin yang merasa terganggu segera melempar sebuah bantal tepat ke wajah Arga. "Berisik, deh!" kesalnya.

"Ya ampun, sambutan yang sangat hangat ya, adikku tersayang," sindir Arga sambil melempar kembali bantal adiknya ke dalam kamar.

"Lagian, Kakak ganggu banget, sih," ucap Anin sambil menatap Arga dengan sengit, sementara Arga tersenyum miring. Membuat Anin mengernyit bingung.

"Kenapa senyum-senyum?!"

Arga berjalan perlahan masuk ke dalam kamar adiknya itu dan mengambil handphone yang tengah Anin genggam.

"Waktumu untuk bersenang-senang sudah habis. It's time to study, Princess," bisik Arga.

"Apa sih?! Kakak gak jelas banget, deh!" seru Anin sambil sambil merebut kembali handphone-nya dan mendorong Arga menjauh darinya.

"Lah, gak jelas apanya? Kakak kan udah bilang, ini waktunya kamu belajar sekarang."

"Belajar apanya? Guru private aku aja belum ada."

"Udah ada, kok."

Anin seketika terbelalak dan menatap horor kakaknya. "Udah ada?"

"Iya, sayang. Udah ada," kata Arga dengan penuh penekanan sambil tersenyum senang melihat adiknya yang terlihat ketakutan.

"Nih, langsung aja deh Kakak kenalin guru private terbaik yang pernah ada. Dia adalah-- Jeng jeng jeng--" Arga menambahkan suara-suara dengan niatan memberi suasana tegang, tapi itu malah membuat Anin menatapnya dengan datar.

Tak mau melihat kekonyolan Arga lebih lama, Rian segera menampakkan dirinya.

"Lho? Bukannya dia temen Kakak?" tanya Anin pada Arga begitu melihat Rian.

"Emang bener, temen aku. Kenapa emangnya?" tanya balik Arga.

"Yakin nih, guru private aku anak SMA? Aku pikir Mami bakal nyari guru private profesional."

"Ehey~ jangan salah. Meskipun masih SMA, dia gak kalah sama guru-guru profesional. Bahkan, bisa dibilang setara, lah! Mami sendiri udah setuju banget dia jadi guru private kamu."

Anin menatap Rian dengan ragu. Tapi beberapa detik kemudian, ia pun tersenyum sambil mengangguk-angguk. "Oke deh, karena Mami juga setuju."

"Yan, gue serahin adek gue sama lo. Ajar dia sampai bisa jadi orang, ya," kata Arga dengan wajah serius sambil menepuk bahu Rian.

"Emangnya aku bukan orang apa?!" marah Anin, sambil kembali melempar bantalnya, tapi Arga sudah lari menjauh, meninggalkan Rian yang hanya bisa menggeleng-geleng karena tingkah sahabatnya itu.

"Nah, bisa kita mulai pembelajaran pertamanya, Anin?"

⛈️🌧🌦

"Gimana bro, susah gak ngajarin dia?" tanya Arga begitu Rian keluar dari kamar Anin.

"Ya, gitu. Agak susah. Dia gak busa fokus lama-lama ke pelajaran. Buat pembelajaran selanjutnya jangan di kamarnya, deh. Di ruang tamu aja. Biar dia bisa jauh dikit dari barang-barang Kpop-nya itu."

Arga mengangguk-angguk. "Boleh juga, tuh."

"Ya udah, gue pulang sekarang, deh."

"Eh? Nanti aja. Main game sama gue dulu, abis itu kita makan malem bareng."

"Gak ah, gue mau pulang sekarang," tolak Rian.

"Duh, gimana sih, bro. Gue kan udah janji bakal anterin lo pulang, tapi sebelum itu temenin gue main sama makan dulu, lah."

"Gak deh. Lo gak usah repot-repot nganterin gue," tolak Rian lagi.

Arga mendengus. Ia lalu menatap ke arah jendela, dan seketika, bibirnya yang tadi melengkung ke bawah kini melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman.

"Kayaknya lo gak bakal bisa pulang sekarang, deh, Yan," ujarnya sambil tetap menatap ke arah jendela. Rian pun mengikuti arah pandang Arga.

"Sialan," umpat Rian segera ketika melihat rintik hujan yang turun dari luar.

Arga terbahak ketika mendengar umpatan spontan dari Rian itu. Tak ada pilihan lain lagi bagi Rian, ia tentunya tak akan keluar di saat hujan sedang turun. Untuk saat ini, Arga berterima kasih pada hujan yang turun tepat waktu, membuatnya bisa menahan Rian di rumahnya.

"Nah, gak ada pilihan lain lagi buat lo. Lo harus nemenin gue mabar. Kalau ujannya lama, sekalian aja lo nginep di sini. Kita mabar sampai subuh!" kata Arga dengan penuh semangat.

"Mabar, mabar. Tugas Fisika sama Kimia emang udah lo kerjain?"

"Eh? Emang ada tugas?" tanya balik Arga.

"Ya ada, lah! Baru aja dikasih tadi. Makanya, yang dipikirin jangan cuma game. Kerjain tugas lo dulu!"

"Huwaaaa tugas sialan! Baru juga gue mau nyantai!" erangan penuh frustrasi Arga memenuhi ruang tamu.

Sementara itu, Rian menghela napas singkat. Kenapa harus hujan lagi, sih? Benar-benar merusak mood-nya untuk hari ini.

⛈️🌧🌦

To be continued


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C10
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen