Tama mendekati ayahnya yang kini telah berangsur membaik, dengan terduduk lesu Tama mencoba untuk tersenyum walau hati dan pikirannya jelas bukan berada ditempatnya sekarang.
"Aku akan menikahi, Nisa. Ayah." Ucap Tama pada Burhan.
Burhan tersenyum, "Bagus lah, terima kasih kamu telah mengabulkan permintaan dari ayah."
"Iya ayah, sekarang ayah istirahat ya, kita akan membicarakan hal ini lagi besok." Ucap Tama lalu membetulkan selimut yang melekat pada tubuh ayahnya.
"Kamu serius kan? Tidak karena ayah sedang sakit lantas kamu menerima Nisa?" Tanya Burhan sebelum Tama meninggalkan kamarnya.
"Tidak ayah. Bukan itu alasannya, aku menikahinya karena aku yang menginginkannya. Ayah tidak [perlu khawatir." Ucap Tama lembut pada sang ayah.
"Baiklah, ayah benar-benar tenang sekarang." Ucap Burhan lalu berusaha memejamkan matanya.