App herunterladen
82.35% The Boss Is Devil / Chapter 14: 14

Kapitel 14: 14

Pecat?

Emily melotot mendengar kata kata yang disampaikan kepada Sean, dengan beraninya ia memecar dirinya setelah apa yang dilakukannya selama ini.

"Bapak mecat saya? jangan bercanda pak?"

"Saya serius Em, saya pecat kamu karena kamu udah membantah perintah saya"

Dia sangat membenci bosnya ini, pikirnya gampang menghubungi para dewan yang jumah gak sedikit untuk dihubungi satu persatu

"Gak bisa gitu dong pak, bapak gak bisa seenaknya memecat saya seperti ini" ucapnya menahan emosi

"Kenapa tidak bisa, saya pimpinan diperusahaan Vargo Vers apa yang saya tidak bisa lakukan termasuk memecat kamu Em"

Mood bossnya benar benar sedang kacau, dilemparkannya dokumen dokumen itu didepan Emily, membuat Emily bergidik ngeri. Tetapi ia tidak akan mudah dipecat seperti itu.

"Apa bapak tau peraturan diperusahaan ini tidak semudah itu bapak memecat saya, karena harus ada surat peringatan pertama, surat peringatan kedua, surat peringatan ketiga jika saya memang tidak mematuhinya baru bapak bisa memecat saya"

"Saya diperusahaan bapak masih kontrak loh pak, bapak mau membayar saya sementara kontrak saya masih panjang. Dan itu sangat banyak" Ucap Emily membuat Sean berpikir lagi

Sean mencerna kata kata sekretarisnya itu, benar juga apa yang dikatakannya jika dia dipecat tanpa alasan yang tidak masuk akal maka dia harus membayar ganti rugi. Oh no. Sean tidak akan mau membayarnya. Karena dia sangat lah pethitungan soal keuangan.

"Bener juga kata kamu, saya tidak mungkin membayar kamu, bisa bisa kamu keenakan berpoya poya dengan uang yang saya beri"

Bos Devil, pikirnya dia sematre itu. Dia tidak akan mau keluar dari perusahaan ini karena gaji yang begitu besar dibanding dengan perusahaan lainnya.

"Nah itu bapak tau, maka dari itu, bapak gak bisa mecat saya, tanpa saya bapak gak bisa apa apa loh" ledek Emily

"Kamu!!!" teriak Emily

Emily tertawa melihat ekspresi bosnya seperti itu. Tapi memang benar jika tidak ada Emily dia tidak bisa apa apa.

"Bener loh pak, buktinya saja sebenarnya saya masih libur pak dua hari lagi, tetapi bapak menyuruh saya masuk sekarang" ledek lagi Emily.

"Em, kamu sepertinya sedang membodohi saya" ucapnya

"Saya gak maksud membodohi bapak tapi memang kenyataannya seperti itu" jelasnya

"Terserah kamu Em,saya capek ngadapi kamu, sekarang batalkan semua rapat besar ini dan bilang juga kemereka akan diundur satu minggu lagi" perintahnya

"Batal pak?"

"Iya Emily"

"Baik pak"

Dengan kesal Emily keluar dari ruangan Sean, dia menginjak nginjak lantai seakan Sean ada dibawahnya.

BOS DEVIL SIALAN

"Sia sia dia melakukan semua kalau ujung ujungnya dibatalkan juga" ucapnya emosi

****************

Disuasana malam hari ini begitu cerah, Emily yang sedang berjalan menikmati pemandangan malam. Jalanan begitu ramai banyak yang berlalu lalang dijalan. Apa karena ini malam minggu?

Banyak sekali pasangan yang lalu lalang didepannya. Emily tersenyum ringis melihat itu.

Tiba tiba ponsel Emily berbunyi ia segera meronggoh isi tasnya untuk menemukan ponselnya.

"Hallo" ucap Emily

"Em, sekarang kamu dimana?"

"Saya berada di jalan Pak, kenapa?"

"Kamu sekarang kemari"

"Kemana pak"

"Kamu jalan menuju ke cafe Y, saya tunggu disana gak pake lama!"

"Tapi pak saya...."

tut tut tut

Bos sialan, maksud dia apa menyuruh dirinya untuk menemuinya disaat hari libur seperti ini. Emily menghentakkan kikinya ke aspal, dia tidak peduli diliat orang banyak yang lalu lalang.

Akhirnya dia membuka google map dimana tempat itu berada, dia terkejut bahwa tempatnya lumayan jauh. Ingin memesan taksi tapi pasti akan macet karena ini adalah malam minggu.

Emily memutuskan untuk jalan kaki dia melangkah dengan cepat, dia bukannya takut sama bosnya tetapi dia tidak ingin gajinya dipotong gara gara hal sepele ini.

"Capek banget, aku nyerah aku nyerah" ucapnya yang telah berjalan lumayan jauh akhirnya ia duduk sambil meminum yang dia beli tadi.

tring tring tring

Ponsel Emily berbunyi kembali.

"Hallo"

"Em , kamu dimana, sudah berapa lama saya tunggu kamu kenapa belum sampai juga!" bentak Sean

"Pak bisa gak, gak usah teriak gitu saya ga budek pak. Saya capek pak kayanya saya nyerah aja de ke sana" ucapnya

"Saya tidak mau tau, dalam waktu lima belas menit jika belum datang gaji kamu untuk bulan ini tidak ada!"

tut tut tut

Aaaaaaa. Sean Alvaro, bisa bisanya ia berkata seperti itu. Bagaimana jika ia mendapatkan gaji bulan ini, dia harus membiayayi uang operasi ibunya dan uang sekolah adik adiknya. Dia memikirkan cara untuk bisa sampai disana. Lalu tanpa pikir panjang Emily memesan ojek online dari aplikasi.

Butuh lima menit dia untuk menunggu ojek online itu, dan dia langsung menuju ke Cafe Y.

Sesampainya disana, dia melihat tidak ada cafe tersebut, dia mulai panik ternyata cafe tersebut tidak ada, mau bertanya ke mas mas ojek online tadi keburu sudah pergi. Lalu ia membuka google maps lagi dan melihat ternyata posisinya benar tetapi dimana dia.

"Maaf mas numpang tanya. Cafe Y dimana ya?"tanya Emily kepada orang orang sekitar

"Oh Cafe Y, ada diujung sana mbak, mbak jalan aja terus lalu belok kiri, cafenya diujung mbak"

"Oh gitu ya, makasih ya mas"

Die kesal setengah mati. Apa bosnya mengerjai dirinya untuk kesana. Dia harus berjalan lagi untuk sampai kesana.

"Akhirnya ketemu juga" ucap Emily memasuki cafe tersebut.

Dia mencari dimana keberadaan bosnya itu, akhirnya bertemu juga. Emily langsung duduk karena ia lelah sekali.

"Pak, bisa saya minum dulu, saya haus pak" ucap Emily saat bosnya memulai omongan.

Sean menggelengkan kepalanya dan memesan minuman untuk sekretarisnya itu. Tidak lama pesanan datang Emily langsung meminumnya sampai habis.

"Bapak ngapain sih nyuruh saya kesini" ucap Emily kesal

Sean memerhatikan baju Emily begitu jelek menurutnya.

"Kamu bisa gak usah pake baju seperti ini saat bertemu saya"

Emily memang hanya memakai baju kaos dan celana levis saja.

"Memangnya kenapa kalau saya pake baju ini, ini kan bukan jam kantor jadi saya bebas" protesnya

"Tapi sangat jelek Em, saya tidak suka"

What. dia berkata dia jelek memakai ini. Ingin rasanya Emily membunuhnya sekarang juga disini jika tidak ada namanya hukum negara di negaranya.

"Kamu antat saya pulang ke apartemement" ucapnya berdiri dari kursinya.

Emily membelalakkan matanya tidak menyangka bahwa ia jauh jauh datang kesini hanya untuk mengantar bosnya ke apartementnya.

"Gak bisa gitu dong pak" protes Emily

"Saya tidak mau tau Em, lakukan perintah saya atau saya tidak akan menggaji kamu" Ancamnya pergi dari situ.

Emily marah, karena dia merasa dikerjai oleh bosnya ini. Lalu mereka pergi dari kafe tersebut.

****************

"Bisa tidak kamu bawa mobilnya lajuan dikit, pelan banget sih" ucapnya

"Bapak gak liat, didepan ada mobil, mau mobil bapak saya tabrak" ucap Emily kesal

"Coba saja kamu menabraknya, uang gaji kamu saja tidak cukup untuk membayar kerusakan mobil saya" sombongnya

Sombong sekali bosnya ini.

Mereka sampai di parkiran apartement Sean, mereka keluar dari mobil.

"Nih pak kuncinya, kalau bapak ingin nenyuruh saya lagi datang kesini saya ingin bapak tidak melakukannya seperti tadi" protesnya

"Kenapa? kamu gak iklas?" tanyanya

"Bukan gitu pak, liat waktu dong pak, ini hari libur saya kenapa harus saya"

"Karena saya menggaji kamu untuk itu"

"Saya bukan supir pak"

"Memang bukan supir saya, tapi kamu digaji untuk melakukan perintah yang saya berikan"

Devil sialan!!!

"Sana kamu pulang" usir Sean

"Bapak usir saya?" tanyanya

Sean memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada Emily.

"Lima puluh aja pak, mana cukup pak. Rumah saya jauh dari sini" ucapnya

"Ya sisanya kamu sendiri" ucap Sean pergi meninggalkan dirinya begitu saja

Dasar pelit bosnya memberikan ongkos hanya segini.

"Aku sumpahin jomblo seumur hidup!" teriak Emily

Lalu dia meninggalkan tempat ini


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen