"Iya. Lalu kenapa? Apa yang salah dari mba Santi. Dia baik. Dia merawatku dengan tulus selama ini. Sementara mamah sama papah, kalian hanya memikirkan pekerjaan, kolega, sosial. Kalian hanya pintar mengaturku ini dan itu. Memaksaku harus begini harus begitu. Kalian tidak tahu apa yang aku butuhkan."
Tadi aku terkejut dengan ucapan Bapak mengenai statusku sebagai pembantu. Dan sekarang aku lebih terkejut dengan jawaban Mas Aden. Tidak mungkin. Tidak boleh. Apa pun yang terjadi aku dan mas Aden tidak boleh lebih dari pembantu dan majikan. Aku mengusap air mataku dan segera berlari ke dapur. Kudengar pintu kamar di buka. Mas Aden pasti bergegas pergi setelah perdebatan itu.
Aku datang ke rumah mereka saat di Jakarta dulu ketika usiaku lima belas tahun. Dalam usia itu aku telah merantau ke Jakarta. Di kampung, seusia itu sudah punya anak. Dan aku benar-benar tidak tergiur dengan pernikahan dini.