App herunterladen
3.58% Kerasukan Roh Psychopath (21+) / Chapter 14: (14) Trauma.

Kapitel 14: (14) Trauma.

Di sebuah rumah sakit, terlihat dua wanita beda generasi sedang menangis.

Mereka adalah Nara dan Mama nya. Mereka sedang menunggu dokter keluar dari UGD , dimana ada Hana yang sedang terluka parah sedang di tangani.

Hana di temukan tak sadarkan diri dengan luka- luka yang cukup parah semalam.

"Nara, kamu cepat hubungi paman mu, bilang kalo Hana di rawat di rumah sakit," perintah sang Mama di sela- sela isakan tangis nya.

"Iya Ma," Nara mengambil ponsel di saku celana jeans nya.

[Halo paman]

[Iya Nara,]

[Bagaimana kabar paman dan keluarga disana?]

[Kami baik, disitu bagaimana?]

[Begini paman, sebenar nya Nara menghubungi paman karna_] ucapan Nara terputus, ia tak dapat melanjutkan kata- kata nya.

[Ada apa sayang?]

[Sebenar nya Hana sekarang di rawat di rumah sakit, paman sama Bibi cepat kemari ya,]

[Masuk rumah sakit? Bagaimana bisa? Dia sakit apa?]

[Nanti Nara ceritain kalo udah sampek sini]

[Baiklah Nak,]

Panggilan pun di akhiri...

"Bagaimana Nara?" tanya sang Mama.

"Paman seperti nya syok banget Ma,"

"Semoga Hana gak kenapa- napa,"

"Iya Ma."

Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruang UGD tersebut. Nara dan Mama nya segera bertanya pada dokter.

"Dokter bagaimana dengan keponakan saya?"

"Dia sudah melalui masa kritis nya, dia akan segera di pindahkan ke kamar anggrek setelah kondisi nya membaik," jawaban dokter membuat dada kedua wanita itu lega.

"Syukurlah," Nara dan Mama nya bersamaan.

"Kalau begitu saya permisi dulu,"

"Baik dok, terima kasih."

Sepeninggal nya dokter, Nara dan Mama nya bergegas melihat Hana yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Kedua wanita itu menangis lagi saat melihat kondisi Hana.

Beberapa saat kemudian, datang lah beberapa perawat. Mereka memindahkan Hana ke kamar anggrek nomer 04.

"Ma kenapa Hana belum sadarkan diri juga ya?" Nara khawatir.

"Mungkin sebentar lagi sadar. Hana, cepat sadar ya nak," sambil mengelus pucuk kepala Hana yang di penuhi perban.

"Mama pulang aja, biar Nara yang nemenin Hana. Mama dari semalam gak tidur,"

"Gak apa- apa sayang, kamu aja sana yang pulang. Kamu lagi hamil muda, jangan kecapean,"

"Nara gak capek Ma. kalo misal Nara capek, Nara bisa tiduran di sofa kok,"

"Ya udah kalo gitu, Mama mau pulang dulu ya, sekalian mau mandi dan masak bubur buat Hana dan kamu,"

"Baiklah Ma,"

"Ya udah Mama pulang dulu ya,"

"Iya Ma, hati- hati ya di jalan,"

"Iya sayang."

_____________________

"Aku dimana? Tempat apa ini? Gelap sekali, aku tidak dapat melihat apapun. Siapapun, toloooong,"

Di sebuah tempat yang gelap gulita, dan di penuhi dengan kabut hitam tebal. terlihat seorang gadis sedang kebingungan mencari pertolongan dalam ketakutan nya.

"Dimana ini? Bibi, Nara, tolong aku, hiks hiks hiks," ia mulai pasrah.

"Hana, kamu sudah sadar? Buka mata mu Han," ucap Nara saat Hana menyebut- nyebut Bibi dan diri nya dalam keadaan nya yang masih menutup mata.

Hana mulai membuka kelopak mata nya.

"Kamu sudah sadar, sukurlah. bentar ya aku panggil dokter dulu," Nara keluar memanggil dokter.

"Bagaimana dok?"

"Dia sudah membaik, tinggal menunggu pemulihan nya saja," ucapan dokter membuat Nara merasa lega.

"Terima kasih dok."

"Sama- sama, kalau begitu saya permisi dulu,"

"Baik dok." Dokterpun berlalu.

"Han, kamu cerita sama aku, apa yang sebenar nya terjadi? Semalam kamu di temukan tak sadarkan diri di jalan. Dan di sana, tidak jauh dari kamu pingsan, ada seorang gadis meninggal, mungkin bentar lagi polisi akan kemari untuk meminta keterangan,"

Hana menggeleng- gelengkan kepala nya. Wajah nya di penuhi rasa ketakutan. Seperti nya dia masih trauma atas kejadian semalam.

"Kamu masih trauma ya. maaf Han, kalo gitu kamu ceritakan lain kali aja ya,"

Beberapa saat kemudian, datang lah sang Bibi beserta Ibu dan ayah Hana.

Saat melihat orang tua nya datang, Hana langsung menangis, dan memeluk ibunya.

"Apa yang terjadi sayang? Kenapa bisa begini?" Tanya ibu Hana.

"Bu, peluk Hana Bu, jangan di lepas Bu, Hana takut," gadis itu penuh ketakutan.

"Baiklah Nak," sang Ibu kembali memeluk nya erat.

Setelah sekian lama, Hana akhir nya tertidur dalam pelukan sang ibu yang ia rindukan.

"Nara, kenapa Hana bisa sampai ketakutan seperti itu? Apa yang sebenar nya terjadi?"

"Nara juga gak tau Bi, semalam Hana di temukan tak sadarkan diri di jalan. Disana juga ada seorang gadis yang sudah meninggal. Untung saja Hana cuma luka- luka doang. tadi Nara nanyak, Hana malah ketakutan. Nara rasa Hana masih trauma," jawab Nara panjang lebar.

"Seperti nya polisi datang untuk meminta keterangan dari Hana," kata Mama Nara yang baru saja masuk, karna tadi keluar sebentar untuk membeli sesuatu.

"Tapi Hana masih trauma, dia juga lagi istirahat. biar aku yang akan sampaikan pada polisi," ucap Ayah Hana, yang kemudian keluar menemui polisi.

"Selamat sore pak, kami dari kantor polisi, ingin meminta keterangan pada pasien Rihana atas kejadian tadi malam," ucap seorang polisi.

"Maaf pak, putri saya masih trauma, dan dia sekarang sedang istirahat. bisakah di tunda dulu sampai putri saya pilih?" Tutur ayah Hana sopan.

"Baiklah pak, kalau putri bapak sudah pulih, mohon hubungi kami segera,"

"Baik pak."

Polisi pun berlalu pergi meninggal kan rumah sakit.

_____________________

Malam telah tiba, Nara dan Mama nya pulang ke rumah. Hana di temani oleh ibu dan ayah nya di rumah sakit.

Malam semakin larut, jam menunjukkan pukul 23:00. Suasana mulai sepi, Hana pun telah tertidur karna pengaruh obat.

"Bu, bapak mau tidur di kursi luar ya, ibu tidur di sofa, temani Hana ya. Kalo butuh apa- apa panggil saja bapak di luar," ucap Ayah Hana pada sang ibu.

"Baiklah pak."

Tak butuh waktu lama, kedua orang tua itu akhir nya terlelap tidur, karna mereka memang sudah merasa kelelahan.

Sesaat kemudian, setidur nya kedua orang tua tersebut. Ada sebuah asap hitam masuk melalui celah jendela kamar Hana.

Kemudian asap itu masuk kedalam tubuh seorang gadis yang terlelap tidur di ranjang kecil rumah sakit tersebut.

Setelah asap itu masuk sepenuh nya ke dalam tubuh Hana, tiba- tiba Hana membuka mata nya. Ia beranjak dari tidur nya, lalu keluar dari kamar itu.

Sorot mata nya berubah menjadi menakutkan. Ia melangkah tanpa alas kaki menelusuri lorong- lorong rumah sakit yang kini mulai sunyi sepi.

Hana menghentikan langkah nya, saat melihat seorang gadis sekitaran ber usia 15 tahun sedang ber susah payah mengayuh kursi roda nya.

"Kak, boleh minta tolong? Aku kesulitan mau ke kamar mandi," kata gadis itu, sepertinya dia tak ada yang menemani nya di rumah sakit ini.

"Memang nya kau sendiri di sini?" tanya Hana dengan nada datar.

"Iya kak, aku yatim piatu, dan aku tinggal di panti asuhan,"

Hana tersenyum menyeringai, kemudian ia mendorong kursi roda gadis itu.

"Kak, toilet nya disana,"

"Kita ke toilet yang lain,"

"Kenapa emang nya kak?"

"Toilet disana rusak," jawab nya datar.

"Oh, iya dah kak."

Hana membawa gadis itu ke sebuah tempat yang sangat sepi.

"Kak, kok gak ke kamar mandi?"

Hana tersenyum miring, dia duduk di depan gadis itu. Kemudian tangan nya memegangi kepala si gadis erat.

"Kakak mau apa?"

Hana memejamkan mata nya sesaat. kemudian ia membuka mata nya kembali. kini mata itu telah berubah menjadi merah. Gadis itu hendak berteriak ketakutan. Namun, tiba- tiba Hana membuka mulut nya, dan menghirup sesuatu dari mulut gadis tersebut.

Semakin lama, gadis itu semakin memucat, dan akhir nya ia kehilangan nyawa nya.

Hana tersenyum puas, dan ia pun kembali ke kamar nya meninggalkan gadis malang itu tetap disana.

Sesampai nya di kamar, Hana membaringkan tubuh nya kembali. Sebuah asap hitam keluar dari dalam tubuh nya, dan Hana pun kembali tertidur.

Bersambung...


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen