Kapitel 102: Masa lalu yang sulit terlupakan

"Maaf jika terkesan ikut campur, tapi aku penasaran. Ada masalah apa?"

"Kesalahpahaman." Aura menjawab singkat.

"Dia ibumu?"

"Ibu tiri. Ehm … terima kasih atas bantuan Anda, Dok. Saya permisi," pamit Aura. Ia tidak mau membahas masalah keluarga dengan orang asing. Mereka hanya kenal di rumah sakit karena Satya yang merawat Aldo. 

"Aku akan mengejarnya," gumam Satya sambil tersenyum simpul.

Gadis itu sangat menarik perhatiannya. Apalagi, jika Aura sudah tersenyum. Dunia terasa berhenti berputar, detak jarum jam berhenti, dan ribuan kunang-kunang mengelilingi tubuh Aura.

"Aura! Apa yang mama katakan?" 

Julia menghampiri adiknya yang masuk dengan pipi merah. Ia terperangah melihatnya. Wanita itu segera mengajak Aura duduk.

"Bilang sama kakak, apa yang mama katakan padamu? Kenapa wajahmu merah? Mama … menamparmu?"

"Tidak apa-apa, Kak. Mama hanya sedang emosi."