Tubuhku lelah, mataku sudah tidak kuat lagi. Kupaksa diriku naik tangga untuk menuju lantai 2 dimana apartemen kecilku berada. Sudah 15 menit aku berdiri di depan pintu, kunci sialan yang entah kemana itu tak kutemukan, padahal jelas-jelas tadi ada di dalam tas. Otakku sudah tidak kuat berfikir lagi, tubuhku pun lelah, malam yang melelahkan, film yang mengaduk emosi membuat tenaga ku hilang sudah.
'sh*t, kemana benda sialan itu?'
Ku acak-acak isi ransel dan masih tak kutemukan kunci itu. Akhirnya kuputuskan untuk menginap di rumah salah satu temanku, mungkin Danny tidak akan keberatan jika aku numpang tidur semalam. Wait, dia ada kencan hari ini, kuhembuskan nafasku berat. Kukerahkan seluruh tenagaku yang tersisa untuk berfikir,
'Harry!'
Segera kutelfon Harry memintanya agar aku bisa menginap, dengan penuh semangat Harry mengatakan "Iya". Aku berbalik ke arah halte, karena jalan yang biasa aku lewati untuk menuju ke halte terlalu jauh dan lama jadi lebih baik aku lewat gang saja biar lebih cepat. Dengan pikiran seperti itu, aku segera berjalan ke gang yang berada tak jauh dari rumahku. Gang ini adalah jalan tercepat jika ingin ke halte, normalnya aku tidak menggunakan jalan ini karena sepi dan kotor tapi saat ini aku tidak peduli, yang penting aku bisa tidur dengan cepat.
Sampai di pertengahan gang aku merasa sesuatu mengikutiku, bayang-bayang hitam yang terlihat didinding yang ada dikanan kiriku membuat ku merinding, kupercepat jalan ku jadi setengah berlari.
'Mungkin hanya perasaanku' ucapku menenangkan diri.
Tinggal beberapa langkah lagi aku sampai di jalan utama, beberapa mobil terlihat bersliweran. Aku merasa sedikit lega, karena sudah terlalu lelah dan kehabisan tenaga aku memutuskan untuk memperlambat jalanku agar bisa menarik nafas.
Grep
Seseorang menarik tanganku kebelakang, tangan itu menutup mulutku sementara tangannya yang lain berada di pinggangku. Tiba-tiba tangan lain menarik resleting celanaku turun yang membuat ku kaget dan secara otomatis menendang orang brengsek yang melakukannya. Karena seluruh tubuhku yang bergetar ketakutan, tendanganku tidak dapat mengenai sasaran. Dengan kaki yang masih bergetar aku mencoba menendang selangkangannya, hal ini membuat seseorang yang sedang berusaha memaksaku itu terjatuh.
"What the hell" teriak orang itu kesal
"Jika kau tidak menurut, akan kupastikan kau merasakan sakit yang tak pernah kau bayangkan, you bitch"
Ada dua suara. Dua suara berarti dua orang. Dengan cahaya yang hanya berasal dari bulan, mataku tidak dapat menangkap sosok yang ada didepanku dengan jelas.
'Aku harus kabur!!'
Dengan posisi yang sekarang bebas, aku berlari secepat mungkin untuk menjauh dari orang-orang brengsek ini.
"No, No... tidak semudah itu. Kau bisa pergi setelah kami puas!" Gerakan orang itu lebih cepat dariku, dia menarik lengan dan rambutku dengan kuat.
"Leave me alone you bastard"
Aku melayangkan tinju ke wajahnya tapi segera ditepis dengan lengannya yang jelas-jelas lebih besar dari milikku. Dia balas tinjuku dengan pukulan telak dibagian sambing kepala ku. Dengan sigap pria ini menarik celana jeansku dan celana dalam ku yang membuat bagian bawah tubuhku ter-exspose. Pria yang tadi kutendang sekarang sudah berdiri, dia bersiul ketika melihat tubuh bagian bawahku yang tak ditutupi kain lagi.
"Such a nice body, wow so smooth" gumamnya sambil mengelus pahaku
"What the fu*k, lemme go!!!" teriakku berusaha melepaskan diri dari mereka, jarakku hanya beberapa langkah dari jalan utama kuharap polisi atau siapapun datang dan menghentikan bajingan ini.
'Seharusnya aku tidak lewat gang sialan ini'
Terus kutendang kakiku kesembarang arah, karena tendangan yang tidak tepat sasaran aku malah mendapatkan balasan yang menyakitkan, mereka menendang tubuhku beberapa kali sampai tubuhku babak belur dan jatuh ke jalanan yang kotor. Salah satu dari mereka berada dibelakangku sambil memegangi tanganku sedangkan yang lainnya memegangi lututku, membukanya selebar mungkin, aku jadi tidak bisa melakukan perlawanan lagi. Dia membuka resletingnya dan mengeluarkan pen*s nya yang sudah menegang kemudian tanpa basa-basi berusaha mendekatkan benda itu ke hole ku.
"Noooooooooo..... Fu*k, go awayy!!!" aku berteriak dengan seluruh tenaga sampai tenggorokanku terasa sakit.
"Shut up!" ucap orang yang berada dibelakangku. dengan tangannya yang bebas dia memegangi mulutku, memastikanku tidak berteriak lagi.
'It's over, it shouldn't be like this. I don't wanna be raped. Please anyone safe me!'
Kupejamkan mataku, takut melihat kenyataan yang ada, orang didepanku masih berusaha memasukkan pen*s nya ke dalam tubuhku, aku takutttt.
Brakk Brakkk Brakkk
Suara-suara keras memenuhi telingaku, ketika aku membuka mataku yang sudah basah karena air mata, aku melihat dua orang tadi sudah tersungkur ke bawah dengan luka yang sangat parah berada tepat di wajah mereka. Seseorang yang memukuli mereka kemudian berbalik menghampiriku.
"Baby... It's fine, you safe now, Daddy's here" Dengan tubuh yang masih bergetar kupandangi pria yang berada didepanku,
"D-Daddy?"
"Yes Baby, it's daddy. Let's go home"
Tanpa berkata apapun lagi Daddy – Ashlan membawaku kedalam pelukannya, dia mengangkatku dan membawaku keluar dari gang sialan ini dan membawaku masuk ke dalam mobilnya. Dia tidak mendudukkanku di sampingnya tapi dia membiarkanku berada di pangkuannya seolah itu adalah hal terwajar di dunia. Kusembunyikan wajahku di dadanya yang bidang, isakan kecil masih terdengar didalam mobil yang kini melaju cepat membelah New York. Daddy terus menenangkanku, dia mengelus punggungku dan mengatakan "It's fine, don't be afraid, you safe now".
***
-Author POV -
"No...Please Don't"
"Lemme go..."
"Don't do that please, lemme go..."
Keringat dingin membanjiri tubuh mungil Lucas. Tangannya menggenggam erat selimut yang menutupi tubuhnya, teriakan memilukan terus menggema. Mimpi buruk seperti ini selalu datang padanya, sudah tiga hari sejak Ashlan membawa Lucas kerumahnya setelah kejadian mengerikan yang menimpa Lucas malam itu.
"I don't wanna.. Go... Lemme go..."
Lucas terus berteriak histeris, keringat mengalir deras dipelipisnya. Setelah lama berteriak dalam mimpi, dia tiba-tiba terbangun, sadar bahwa yang dialaminya hanya mimpi meskipun terasa begitu nyata. Lucas mencari sosok Ashlan yang selalu berada disampingnya, menemaninya tidur.
"Daddy?" Lucas meraba sebelah kanannya dan tak menemukan siapapun. Panik, Lucas mengamati sekelilingnya.
"D-Daddy! Daddy!!!" Lucas berteriak dengan seluruh tenaganya
"Daddy!!!!!"
Di ruangan lain, Ashlan telah selesai dengan fiting terakhir tuxedo yang akan dikenakannya disebuah acara penghargaan akhir pekan ini. Telinganya menangkap suara teriakan Lucas yang terdengar sangat memilukan dan kencang seolah Lucas menggunakan seluruh tenaganya yang tersisa untuk memanggilnya.
Ashlan berlari secepat mungkin menaiki tangga lalu menuju kamarnya untuk mencari sosok dari suara teriakan memilukan itu.
"Babby..." Begitu membuka pintu, Ashlan segera menemukan sosok Lucas yang meringkuk dipojok ruangan mencari perlindungan.
"D-Daddy?" Seluruh tubuh Lucas bergetar
"Sshh Babby... daddy's here. It's fine you safe now"
"Daddy..." Tangisan Lucas pecah ketika Ashlan menangkupkan kedua tangan besarnya ditubuh Lucas. Ashlan membawa Lucas dengan perlahan ke ranjang mereka. Ashlan mendudukkan Lucas di pangkuannya, dia mengelus perlahan punggung Lucas yang masih bergetar.
"Daddy kemana?" Setelah merasa lebih tenang Lucas bertanya kepada Ashlan.
"I'm so sorry baby, I need to do something"
"Y-You promise me, You will never ever go when i'm sleeping"
"Yes, This is my fault. I'm very sorry baby"
"N-No.. you promise me!" ucap Lucas dengan cemberut dan wajah kemerahan setelah menangis
"I'll do anything, please forgive me baby"
"Anything?"
"Yes, baby. Anything for you"
"Kalau begitu aku ingin Daddy bersamaku selama seharian penuh"
Tersenyum, Ashlan menatap Lucas dengan mata penuh kekaguman
"Tentu, daddy akan selalu bersamamu"
***
Dengan senyum yang merekah dibibirnya, Lucas berjalan masuk ke restauran tempatnya bekerja. Kemarin adalah hari yang sempurna, Ashlan sangat memanjakannya, seharian penuh Ashlan memberikan segala yang Lucas inginkannya. Ashlan memeluk dan menciumnya, meskipun cuma kecupan ringan di kening atau pipi tapi Lucas sudah sangat senang. Lucas masih belum terbiasa dengan ciuman dibibir atau hal lain yang mengarah ke sex. Kejadian yang dialami Lucas cukup membuatnya merasakan trauma ketika akan melakukan sex lagi. Meskipun begitu, Ashlan terlihat tidak keberatan dengan kondisi Lucas yang seperti ini.
"Good morning, Luc" sapa Danny
"Hey Danny, morning"
"You looks good today"
"I always looks good"
Danny tersenyum melihat sahabatnya yang terlihat sangat bahagia. Moodnya sangat bagus, bahkan bajunya berbeda sekali dengan biasanya. Biasanya Lucas hanya mengenakan pakaian seadanya, tapi hari ini dia memakai koleksi Loui Vuiton yang sedang hits dipasaran.
"Ready for another busy day?"
"Yass!"
Setelah berganti baju dengan setelan kerja, Lucas dan Danny memasuki main dining room dan mulai melakukan pekerjaannya. Hari Minggu ini akan terasa sangat panjang, dia tidak bisa bersama Ashlan karena mereka berdua sama-sama harus bekerja. Lucas terkadang sangat ingin bertanya tentang pekerjaan Ashlan, tapi setiap mereka bersama, Lucas lupa semuanya.
Akhirnya shift Lucas selesai, sudah jam 10 malam. Lucas segera berganti pakaian, meskipun dia sangat ingin bertemu Ashlan tapi jam kerja Ashlan membuat mereka belum bisa bertemu malam ini. Ashlan akan pulang larut malam.
"Hey guys"
"Gimana kalo kita hangout bareng? sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama" Ucap Harry penuh semangat
"Good idea, I miss new gossip" Sahut Danny
Akhirnya bukannya pulang tapi Lucas dan teman-teman kerjanya memutuskan untuk keluar dan bersenang-senang. Beberapa menit kemudian mereka sampai di bar langganan yang dekat dengan restauran.
"Btw, kalian tahu? film yang kita tonton kemarin ternyata directornya terkenal banget. Aku liat beritanya di tv sejak kemarin" Ucap Alex ditengah pembicaraan
"Ahh, aku sudah tahu. Karena itulah aku merekomendasikan film itu. Dia adalah director favoritku. Setiap film yang digarapnya selalu mendapatkan Oscar dan Cannes" sahut Finn
"Ehhh... serius? aku tidak mengerti soal dunia perfilman" ucap Lucas
"Memang siapa directornya?" tanya Danny
"Namanya..." tiba-tiba ponsel Alex berbunyi yang membuat mereka terpaksa menghentikan percakapan barusan.
"Sorry, I need to go now. Have fun! see you guys" Alex berdiri dan meninggalkan mereka, dia terlihat terburu-buru. Teman-temannya yang melihat tingkahnya hanya bisa mendengus, mereka sudah terbiasa dengan ini.
Tidak terasa sudah jam 1 malam, mereka memutuskan untuk pulang. Danny sudah dijemput oleh kekasih barunya sedangkan Finn berjalan kearah yang berbeda. Gara-gara mabuk Harry harus mengantar Lucas pulang, Lucas sudah tidak bisa berjalan dengan baik, langkahnya tidak karuan. Harry harus merangkulkan tangannya dipinggang Lucas untuk membantunya berjalan.
"Hey, watch your step! kau hampir menabrak tiang listrik"
"What? No... Jangan membuatku terlihat seperti orang yang sedang mabuk. Aku tidak mabuk sama sekali, Harry"
"Oke baiklah, terserah kau! pegangan yang erat padaku, nanti nabrak tiang lagi"
"I told you... I'm not..." Belum selesai dengan kalimatnya, Lucas sudah terjatuh kebawah.
"Lihat kan kau jatuh lagi, apa kubilang..."
Harry mencoba mengangkat Lucas, bagi Harry berat badan Lucas bukanlah masalah. Lucas memiliki tubuh yang mungil jika dibandingkan pria lainnya. Selain itu dimata Harry, Lucas terlihat lebih cantik dengan rambutnya yang panjang menjuntai sampai bawah telinga.
"Luc..." Panggil Harry kepada temannya yang teler itu.
Lucas yang sudah hampir kehilangan kesadaran tidak bisa berdiri lagi. Harry membantu Lucas berdiri, dia menyingkirkan rambut Lucas yang menjuntai diwajahnya. Tanpa sadar Harry mengelus bibir Lucas dengan lembut. Harry berfikir apakah bibir Lucas akan terasa manis seperti kelihatannya? Harry sangat penasaran, dia menarik dagu Lucas agar lebih dekat dengannya lalu mendekatkan bibirnya kebibir Lucas.
Disaat yang sama sebuah Limousin mendekat kearah mereka, Ashlan keluar dari mobil dan berjalan mendekati mereka.
"Baby!" Panggil Ashlan dengan suara berat dan mengancam.