App herunterladen
75% Slow Journey / Chapter 3: Hiraeth

Kapitel 3: Hiraeth

Suasana hening, dan mencekam menyelimuti ruangan ini. Dua siswi yang berhadapan dengan seorang pria yang disebut kepala sekolah itupun hanya terdiam. Seorang siswi yang bernama Ryujin menunduk merasa cemas dan takut. Akan tetapi, berbeda dengan siswi sebelahnya yang kepalanya dibalut dengan kain kasa bernama Kim Minju.Ia menatap tiga siswi lainnya yang duduk di sofa dengan tajam sembari mengepalkan tangannya.Tiga siswi bernama Nancy, Jooe, dan Minnie tersebut hanya menatap kearah Ryujin dan Minju. Jangan lupa senyuman mengejek yang selalu mereka pasang.

BRAK!!

"Hey Kim Minju!" teriak kepala sekolah dengan lantang "Baru satu hari kamu disini sudah membuat masalah. Dimana otakmu !?" lanjut kepala sekolah

Minju mengepalkan tanganya erat "Sudah aku bilang aku tidak me-"

Kringg!!

Telepon ruangan tersebut berbunyi. Kepala sekolah berdiri dari kursinya untuk menerima telepon dan tidak lama kemudian ia memijat pelipisnya "Iya pak, saya akan sampaikan" ucap kepala sekolah "Baik, saya akan mengurusnya" Lanjutnya.

Kepala sekolah menghela nafas dan menatap lima siswi di hadapannya "Kalian semua keluar tidak ada hukuman kali ini, kecuali Ryujin"

Nancy, Jooe, dan Minnie hanya tersenyum dan melangkah keluar ruangan "Aku tahu pasti diantara kita penyelamatnya" ucap Nancy setelah menutup pintu ruangan tersebut. "Memangnya apa yang tidak bisa dilakukan keluarga kita. Jangan terlalu dipikirkan ayo kita ke kelas!" Ucap Jooe sembari tertawa.

Minju yang di dalam ruangan tersebut masih bisa mendengar apa yang gadis-gadis itu ucapkan. Ia benar-benar marah. Tangannya semakin erat mengepal hingga jari-jarinya memerah.

"Ryujin, kamu tahu apa konsekuensinya?" kata kepala sekolah yang memecah suasana yang sempat hening.

"Tolong kepala sekolah jangan cabut beasiswa saya hiks"

Saat melihat Ryujin menangis, Minju segera menggenggam tangan Ryujin yang bergetar.Ia menghamburkan pelukannya pada sesosok teman baiknya ini. Iris gelapnya menatap tajam kepala sekolah yang ada di depannya.

"Jangan mencabut beasiswa Ryujin dia adalah korbannya" ujar Minju. Ia melepas pelukannya dan berdiri dari kursi "Berapa mereka membayar harga dirimu sampai rasa adil dan manusiawimu hilang?" Lanjutnya.

Brak!!

Gadis cantik itu memukul meja di depannya dan iris tajamnya tidak lepas dari kepala sekolah. Minju segera menarik Ryujin berdiri dan keluar dari ruangan tersebut.

***

"Hei sudah jangan menangis" Ujar Minju menenangkan Ryujin "dasar anak cengeng" tangannya tidak berhenti menghapus air mata temannya itu.

"Aku tidak cengeng ya!" Ryujin kembali bicara setelah sekian lama menangis.

"Sudah 10 menit aku disini melihatmu menangis dasar cengeng" ucap Minju dengan nada mengejek.

"YA! KIM MINJU AKU TI-"

Kringgg

Ucapan Ryujin terhenti saat handphone Minju berbunyi tanda panggilan masuk. "Mengapa tidak mengangkatnya?" Ryujin berucap pelan.

"Biarkan saja" Lirih Minju.

Ryujin menatap Minju yang berada dihadapannya "Angkat saja Minju siapa tahu penting".

Minju segera mengambil handphone nya "Ryujin, kamu bisa ke kelas sendiri kan? Aku ada urusan sebentar"

Ryujin menganggukan kepalanya

"Tentu aku bisa, aku bukan gadis cengeng". Mereka berdua tertawa "Aku pergi dulu ya kalau ada sesuatu hubungi aku cengeng" ujar Minju dan langsung melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Ryujin.

"YA! KIM MINJU"

Minju berlari meninggalkan Ryujin sembari mengecek siapa yang menelponnya tadi. Langkahnya terhenti di sebuah koridor saat melihat pesan yang tertera di layar handphonenya.

Papa

Cepat ke lobby sekarang!

Minju menghela nafas "Apa lagi kali ini" gumamnya. Minju segera melangkahkan kakinya ke lobby. Sesampainya disana, ia melihat Pria berjas hitam melihatnya dengan tajam. Minju mengatur nafasnya, berusaha tenang dan tidak goyah.

PLAK

"Papa aku-"

PLAK

Suara isakan mulai terdengar dari sudut bibir Minju. Betapa sakitnya saat kulit pipinya bertemu dengan tangan Papanya. Minju merasakan pipinya mulai memerah dan sudut bibirnya mulai berdarah.

"Dasar kau gila! Aku benar-benar malu dihadapan para investor saat menerima telepon dari pihak sekolah karena ulahmu" Bentak Papanya

"memang sama seperti Mamamu, sampah!".

Minju menangis semakin keras ketika memikirkan sosok Mama yang selalu menjadi malaikat pelindungnya. Matanya terpejam erat membayangkan Mamanya yang menenangkannya,dan memeluknya.

Mama....

Kedua matanya terbuka dan menatap tajam Pria berumur dihadapannya "Papa boleh memukul aku sepuasmu, tapi jangan pernah rendahkan Mamaku" Ujarnya.

"Hahaha"pria itu tertawa sinis "Baiklah jika itu yang kamu mau".

Tangan pria itu terangkat. Minju memejamkan matanya seakan siap untuk menerima tamparan dari Papanya untuk ketiga kalinya. Saat tangan itu mengayun-

"Ehem"

Kedua manusia dengan usia yang berbeda itu menolehkan kepalanya menuju suara tersebut.

"Kakak" "Irene?" ujar Minju dan Papanya disaat yang sama.

Irene mendekat ke arah dua orang tersebut

"Jangan membuat masalah disini dan kamu Minju! Aku tidak peduli jika kamu adiku, hukuman harus dilakukan" ucapnya dingin dengan iris tajam dan dinginnya tidak terlepas dari wajah sang adik "Skors 3 hari!" lanjutnya

"Papa, reputasimu akan buruk jika ketahuan orang lain kau tahu itu kan?" Lanjutnya dengan menghela nafas dihadapan Papanya.

"Aku terbawa emosi, terima kasih sudah mengingatkanku Irene kamu memang anak yang baik" ujar Papanya dengan mengelus kepala Irene.

Minju yang melihat itu pun hanya tertawa miris melihat hal dihadapannya.

"Ayo pulang ke rumah! Aku tidak ingin berita ini menyebar diantara murid yang lain" Ucap Pria itu dan segera menarik Minju kearah mobil.

Langkah Minju tertatih dan sesekali mulutnya mengeluarkan ringisan yang menandakan ia merasa benar-benar tersakiti untuk kesekian kali terhadap perilaku Papanya kali ini.

Irene memejamkan kedua matanya sejenak dan kembali menatap iba adiknya. Siapa tahu ia sudah melihat kejadian tadi dari awal. Ia menggigit bibir bawahnya dan tangannya juga terkepal

"Dasar bodoh! Apakah kamu bisa diam dan menurut saja?"

Ujung matanya kembali mengeluarkan tetesan air mata dan kepalan tangannya kembali mengerat saat melihat adiknya ditarik secara kasar.

"Maaf Minju, kakakmu yang lemah ini tidak bisa berbuat apa-apa"

***

Pritt!!

"Pertandingan selesai dan dimenangkan oleh Hanlim Art School!"

Selesai pertandingan semua pemain melangkah ke sudut lapangan untuk minum dan beristirahat. "Aku benar-benar suka jika ada pertandingan seperti ini lagi"ucap salah satu pemain Seoul National HighSchool bernama San "Kami belajar banyak dari kalian" ujarnya lagi.

Seoul National Highschool memang tidak cukup baik di bidang non akademis. Bayangkan saja baik anak direktur maupun anak pejabat berlarian merebutkan bola yang sama sekali tidak ada untungnya bagi mereka. Hanya beberapa anak saja yang baik dan ingin mengikuti kegiatan non akademis.

"Kami juga suka bermain dengan kalian dan aku ingin tim kita terus bekerja sama" ucap Yeonjun yang merangkul pundak anak yang bernama Felix.

"Hei Wooyoung,! Kau sedang main apa?" Jeongin mendekat kearah Wooyoung yang sedang memainkan handphonenya

"EH?wanita?!" ujar Jeongin curiga. Wooyoung yang melihat itu merasa terintimidasi "Ini bukan seperti yang ada dipikiranmu, dia anak baru katanya ia sudah membuat masalah disini jadi aku penasaran" ucap wooyoung.

Yeonjun yang penasaran dengan hal itu pun mendekat ke arah Wooyoung "Bagaimana bisa dia membuat masalah di hari pertama?" tanyanya dengan mengambil handphone Wooyoung untuk melihat fotonya.

Hah?

Sebentar

Dia seperti…

'Bukannya dia gadis yang di parkiran tadi?' pikirnya.

"HYUNG!!" ujar Kai dengan suara keras dan menatap Yeonjun dihadapannya dengan tatapan aneh. "aku tahu dia cantik tapi jangan sampai melongo gitu dong "ucap Kai yang masih menatap Yeonjun.

"A-ak-aku-"

"Kau menyukainya ya?" Ucap Soobin dengan tatapan yang err sedikit menjengkelkan. Yeonjun menautkan alisnya hingga membentuk kerutan tipis di dahinya. "Kalian sudah gila ya? Tentu saja tidak! Bertemu dengannya saja belum!" sungutnya dengan kesal. Dia hanya memikirkan hal lain teman-temannya malah menggodanya.

"Aku akan memberikan informasi kepadamu. siapa tahu kau akan mendekatinya nanti" ujar Wooyoung dengan menyunggingkan senyumannya

"Dia Kim Minju kelas 11"

Yeonjun terdiam, seperti ada ganjalan dalam hatinya mengingat Kembali saat melihat wanita yang disebut Kim Minju tersebut

"Hyung, ayo segera membersihkan diri dan segera pulang" Ajak Soobin. Yeonjun mengangguk pelan "o-oke"

***

Sore itu, derap Langkah kaki terdengar di koridor sepi. Terlihat tujuh laki-laki dengan postur tubuh yang bisa disebut tinggi itu melangkahkan kakinya menuju pintu keluar Seoul National HighSchool. Meskipun terlihat lelah, suara tawa dan candaan dari mereka tidak pernah berhenti. Yeonjun sedang berjalan mundur sembari badannya menghadap teman-temannya yang sedang bercanda tawa. Matanya sesekali menoleh ke sekelilingnya mengagumi betapa mewahnya sekolah ini. Tidak lama kemudian, matanya menangkap seseorang yang berdiri sendirian membelakangi tidak jauh dari tempatnya sekarang.

"Apakah dia…"

Seseorang itu berbalik dan tatapannya bertemu dengan Yeonjun

"HYUNJIN!" teriak Yeonjun. Tanpa pikir Panjang, Yeonjun langsung menghampiri Hyunjin dan memeluknya "Sudah lama tidak bertemu ya" ucap Yeonjun dengan tersenyum. Hyunjin yang terlihat menajamkan matanya dan menatap Yeonjun tidak suka langsung melepas pelukan Yeonjun dan mendorongnya.

"Siapa?" ucap Hyunjin pelan.

"Hey! Jangan bilang kau lupa. Aku Yeonjun teman kecilmu" ujar Yeonjun dan bersiap untuk memegang pundak Hyunjin. Hyunjin yang melihatnya langsung menajamkan matanya dan menepis tangan Yeonjun. "Hanya itu yang ingin kau sampaikan kan? Pergilah!"

"Hyunjin Aku-"

Ucapan Yeonjun terhenti saat seseorang menepuk pundaknya pelan. Yeonjun menoleh dan melihat Soobin memegang pundaknya dan berkata, "Hyung! Ayo pulang". Yeonjun menghela nafasnya dan melihat ke arah Hyunjin

"Hyunjinie kalau kau sudah ingat aku jangan lupa telfon ya, nomorku sama tapi hpku ganti tidak bergambar pikachu lagi" kata Yeonjun sedikit tertawa. "Aku pulang dulu" lanjutnya.

Yeonjun dan Soobin segera menghampiri teman-temannya dan bergegas pulang.

"Soobin, itu benar Hyunjin yang selama ini kukenal kan?" lirih Yeonjun. Soobin yang melihat itu tersenyum ke arah Yeonjun sekaligus memegang pundaknya dan berkata "Sepupuku itu sudah lama berubah, ku harap dia lekas sembuh" ucap Soobin pelan.

"Dia sakit?" kata Yeonjun penasaran.

"OCPD" lirih Soobin.

"Hah?!"

Soobin yang mendengar itu langsung menatap Yeonjun dengan tajam "Jangan bilang kau tidak tahu OCPD" ucap Soobin heran. "Hyung, itu materi bimbingan konseling kelas 10" Lanjutnya

"Ya! Aku kelas 12 tentu saja tidak ingat materi kelas 10" Kata Yeonjun dengan lantang "Sudahlah aku akan mencari sendiri di google" Lanjutnya

"Bye Soobinie, bye teman-teman!"

Dilain sisi,

Hyunjin terpaku di tempat berdirinya sejak bertemu dengan Yeonjun. Tidak lama bibir tipisnya terangkat dan membentuk senyuman remeh.

"Sudah lama ya, Yeonjun"


AUTORENGEDANKEN
aurelllr aurelllr

Creation is hard, cheer me up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen