Galen menghentikan sejenak aktivitas makan malamnya, lalu mengembuskan napas secara kasar. Pandangannya lurus ke arah depan, berusaha untuk menenangkan pikiran dan perasaannya. Beruntung Galen mempunyai orang tua seperti Mawar dan Maxime.
"Gini, tadi Zelene wajahnya disiram air panas sama Laura. Terus tadi aku udah bawa dia juga sih ke rumah sakit, tapi pas aku mau temuin dia. Zelene malah bilang ke Mamanya kalau dia lagi pengen sendiri," jelas Galen.
Mawar tersenyum, dari cara menjelaskan Galen dapat membuktikan jika anak lelaki semata wayangnya menyukai Zelene. "Oh, kamu suka sama Zelene? Hm?" godanya.
Di saat seperti ini, ada saja cara Mawar untuk menghibur Galen agar tidak sedih lagi. Perasaan tidak enak yang mengganjal di hati Galen perlahan-lahan hilang, karena candaan juga godaan yang diberikan Mawar kepadanya.
"Pasti Galen suka sama Zelene, soalnya Zelene cantik 'kan?" tebak Maxime asal.
Galen tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepala. "Enggak, apaan sih Pa, Ma."