"Tunggu, tidak ada identitas," Ujar Justin.
"Profiler Leo menahannya, Agent Rose di dalam juga tidak akan diberitahu identitasnya," Ujar officer bernama Dave itu.
"Why ?," Tanya Louis.
"Dia melakukan 70 penyerangan dalam 10 tahun. Terkadang ia melakukannya sendirian dan dia punya komplotan. Yang aneh adalah, dia hanya akan membunuh satu korban atau tidak sama sekali, Dia seperti majikan anjing yg membawa dan mengarahkan anjing – anjingnya untuk makan malam," Jelas Dave.
"Lalu apa tujuannya menyerang ?," Tanya Justin bingung.
"Kalau dia psikopat dia akan bertindak sendiri menerkam mangsanya, karena disitu kesenangannya," Ujar Steve.
"Kau benar," Sahut Louis.
Para pria itu menyeruput kopi mereka dan kembali terdiam.
"Omong – omong agent Rose baru berusia 20 tahun kan ?," Tanya officer bernama dick.
"Yeah," Sahut Justin.
"Dia sangat cantik, berapa lama kalian bekerja sama ?," Tanya Dave.
"Ini tahun kedua," Jawab Steve. Ia mulai mencium bau – bau perbincangan yg tidak sehat.
"Tubuhnya ramping dan tawanya renyah, ah imutnya," Ujar Dick.
Justin, Louis dan Steve secara tidak sadar bersama – sama meletakkan cangkir dan menatap kedua officer itu.
"Oke boleh minta nomornya tidak ?," Tanya Dick.
Justin dan Louis menggebrak meja, " Apa kalian tidak bisa profesional ?!!!," Tanya Justin dan Louis bersamaan.
Dave dan Dick langsung terdiam sambil menelan mudah. Barang sedetik, Sir Theodore keluar.
"Lou, Justin, Steve kalau kalian mau pulang, pulang saja. Ixchel pasti lama," Ujarnya.
"Kami akan menunggunya ," Ujar Louis.
Pria berusia 50 tahun itu lantas duduk bersama anak – anak muda itu.
"Kau tau identitasnya, sir ?," Tanya Justin.
"Tentu, tapi ini rahasia diantara kami. Tidak banyak yg tahu, hanya aku, profiler dan beberapa officer," Jawabnya.
"Kenapa dirahasiakan ?," Tanya Steve.
"Itu yg diminta profiler," Jawab Sir Theo pendek.
"Kalau begitu, apa kau bisa mendeskripsikan tersangka ?," Tanya Louis.
"Well, dia kurang cocok kalau disebut psikopat. Tapi dia semacam pengendali atau bos dari psikopat. Jadi anak – anak buahnya adalah para psikopat," Jelas Sir Theo.
"Dan kekuatannya dari uang," Sahut Dave.
"Kau tahu sesuatu tapi kenapa diam saja," Justin menggera pada Dave.
"Kalau dari yg kudengar tadi dia bisa saja dikenai hukuman mati, tapi melihat potensi dan kemampuannya, masih dipertimbangkan kalau ia akan diterapi psikis dan digunakan sebagagai sumber daya," Jelas Sir Theo.
"Benarkah ?, secerdas apa dia ?."
"Dia pernah menjadi salah satu personil anonymous, kalian tahu mereka kan ?."
Justin ternganga karena terkejut.
Louis meraih data diri si tersangka yg dipegang Dave.
"Kau benar,"Gumam Louis.
"Hmm, kenapa Lou ?," Tanya Steve.
"Dia kuliah di usia 16 tahun di MIT jurusan rekayasa jaringan dan menamatkan studi kedokteran di Stanford. Dia dokter spesialis forensik dan medikolegal," Ujar Louis.
"Apa korban pembunuhannya dipakai untuk praktek ?," Tanya Steve.
"Dia punya bisnis kasino juga. Entah ia menggunakan kecerdasannya untuk apa," Sahut Sir Theo.
"Tapi dia juga dosen di Alabama University," Sahut Dave tiba – tiba.
"Dosen ?."
"Bagaimana bisa baru tertangkap ?," Tanya Steve.
"Dia hanya membunuh sedikit korban dan tidak prnah meninggalkan bekas," Jawab Sir Theo.
Louis kembali menutup pintu besi ruangan interogasi.
Waktu menunjukkan pukul 02.30 tapi Ixchel
belum juga keluar.
*Profiler : profiler adalah alat investigasi yg digunakan oleh lembaga hukum untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka dan menganalisis pola yg dapat memprediksi tindak pidana dan korban di masa depan. Intinya semacam investigator gitu ya gaes J.
Mata kami seolah membeku dalam tatapan.
Hidungnya, matanya, tak ada yg berubah dari wajahnya. Aku tidak punya alasan untuk tidak mengenalinya.
"Ah, jadi ini alasannya kau memanggilku, profiler ?," Tanyaku.
"Yeah."
"Agent Rose, Begitu kan mereka memanggilmu ?," Tanya pria yg berada di seberangku.
"Dan panggilanmu adalah Big Boss, kan ?," Balasku.
Pria itu tiba – tiba saja tertawa terbahak – bahak.
"Aku tidak menyangka kau sudah sebesar ini dan karir pembunuhanku akan segera berakhir," Ujarnya.
"Kenapa kau membunuh ?," Tanyaku.
"Aku membunuh agar kau bisa menemukanku."
Aku meringis dan tertawa pelan, "Karena aku seorang agen detektif ?," Aku balas bertanya.
"Aku ingin kau menemukanku tanpa mencariku, dan akhirnya kita bertemu," Ujarnya.
"Apa salahnya menghubungiku ?, kau tidak perlu berulah dan menyakiti orang lain. Kenapa harus membunuh ?," Tanyaku mulai geram.
Dan ia mengalihkan pembicaraannya.
"Apa Mum masih menganggap aku putranya ?."
"Bagaimanapun, kau tetap Greyson Jamora. Putranya dan kakakku."
Aku mengatur napas dan menahan air mata.
"Sekarang jawab aku Grey, kenapa kau membunuh orang orang ini ?," Tanyaku.
"Karena aku ingin."
"Kau mengendalikan para psikopat, Grey. Apa alasanmu melakukannya ?," Giliran Profiler yg bertanya.
"Kau tahu siapa ayahku, profiler. Aku merasakan bagaimana puasnya melihat wajah orang kesakitan dan pancuran darah segar," Jawab Grey.
Aku berdecak kesal.
"Kau membunuh tidak lebih dari 10 orang, tapi kenapa kau mebiarkan anak buahmu membunuh korban – korbanmu ?, bukan kau sendiri yg melakukannya ?," Tanya Profiler.
"Aku bukan psikopat," Jawabnya santai.
"Lalu ?."
Tiba – tiba Grey menatapku dengan ekspresi datar yg tenang dan pupil normal. Seolah ia ingin aku mempercayai kata – katanya.
"Aku hanya ingin Dad berhenti menganggapku lemah."
Aku tersentak dan seketika air mataku menetes.
"Aku ingin Dad berhenti mengusik Mum. Cukup usik aku saja," Ujar Grey.
"Listen, Grey," Sahutku.
"Aku baru saja diculik Dad beberapa hari yg lalu. Dia bilang kau tumbuh dengan baik sekarang, dan kurasa di mulai mengakui keberadaan dan kekuatanmu. Jadi, apa kau bisa berhenti membunuh sekarang ?," Tanyaku dg suara bergetar.
"Dan, kenapa kau harus membunuh untuk membuktikan kekuatanmu ?," Tanyaku lagi.
"Seperti yg Dad lakukan, aku melakukan hal yg sama."
Aku mengernyit, " Apa maksudmu ?."
"Aku ingin tahu kenapa Dad melakukan semua kejahatan ini. Membunuh, membantai, mencuri dan lainnya. Kau tahu kenapa mum stroke ?. Karena ia baru tahu kenyataan itu setelah bertahun – tahun menikahi buronan," Jelas Grey.
Aku menghela napas dan meggeleng.
"Dengar Ixchel, aku sangat kecewa dg Dad. Jadi aku mencari tahu kenapa sikap dan kelakuannya begitu buruk. Dan, profiler aku punya motif kuat kenapa aku membunuh orang – orang ini dengan tanganku sendiri. Karena mereka adalah lawan bisnisku dan beberapa buronan an mereka beberapa kali mengancam nyawaku," Jelas Grey.
"Baiklah, terimakasih sudah menemuiku, Grey. Sekarang posisimu adalah tersangka dan aku penegak hukum, kau siap menjalani semua prosedurnya ?," Tanyaku.
"Tentu," Jawabnya mantap.
"Grey," Panggilku.
"Kau bodoh."
"Aku bodoh ?," Ulangnya.
Seketika dadaku menyesak dan aku tidak bisa menahan air mataku.
"Kau.. Kau jahat !, kau bodohh !!, kenapa harus melakukan semua ini, kenapa tak temui saja aku !, huh ?!," Jeritku.
Aku terisak – isak dan berusaha menahan air mataku.
"Kau tidak bisa buka dinding ini, hah, prof ?," Tanya Grey yg entah mengapa panik.
Profiler membuk dinding pembuka dan melepaskan borgol Grey. Ia langsung berjongkok memelukku.
"Maafkan kakak pembunuhmu ini," Bisiknya.
Aku mulai berhenti menangis dan tidak menyangka ia akan memelukku seperti ini.
Pukul 04.00, aku pulang ke rumah. Justin menurunkanku dn Louis di halte terdekat. Kami hanya perlu berjalan untuk sampai ke rumah.
Tiba – tiba Louis berjongkok.
"Naiklah," Ujarnya.
"Aku berat, Lou," Ujarku lesu,
"Ayolah."
Aku naik ke gendongan Louis dan kembali berjalan menuju rumah,
"Lou," Panggilku.
"Yeah ?."
"Apa yg paling kautakutkan ?," Tanyaku.
"Jatuh cinta."
"Kau mau bilang karena aku takut jatuh kan?, jangan bercanda," Ujarku.
"Aku tidak bercanda. Aku org yg sangat loyal dan jatuh cinta bisa mengalihkan duniaku."
"Whoa, aku penasaran gadis seperti apa yg membuatmu jatuh cinta. Biar kutebak !."
"Nanti kuberitahu, tapi tidak sekarang," Ujarnya.
"Oke, janji ya."
"Janji," Sahutnya.
"Kalau begitu apa hal yg paling kautakutkan ?," Rose balik bertanya.
"Sendirian," Ujarku.
"Kenapa kau takut dg hal sialan seperti itu ?, ada aku disini dan kau tidak akan pernah sendirian," Ujarnya.
Aku tertawa dan mencubit pipinya.
"Drama apa yg baru saja kau tonton, huh ?, drama korea ?," Tanyaku.
"Aku ini pria, makannya mulutku manis," Guraunya.
"Oke si manis, turunkan aku," Ujarku.
Louis menurunkanku di depan rumah dan disanalah kami berpisah.
"Tidurlah," Ujarnya.
"Bye !."
"Bye !."
Aku menyalakan lampu – lampu di rumah dan menyusuri rumahku yg lumayan berantakan.
"Jadi kau adiknya Grey ?."
Aku tersentak dan spontan menoleh. Ada seorang wanita bersurai merah berdiri di pojokan ruang tamuku.
"Siapa kau ?," Tanyaku dg tenang.
"Aku ?, aku anak buahnya."
Dan aku langsung ingat, berarti gadis ini psikopat. Tapi bukankah semuanya tertangkap ?, berarti dia lolos.
"Hmm, nice to meet u, aku adiknya Grey. Kau yakin hanya anak buah ?, bukan pacarnya ?," Godaku.
"Kau pandai basa – basi," Ujarnya.
"Aku tidak basa – basi, hanya menyambut tamu tak diundang. Ada apa kau kemari ?" Ujarku santai.
"Aku takut dia meninggalkan kami, apa yg terjadi dg Grey ?," Tanyanya.
"Tenang saja, kakakku org yg sangat setia. Dan dia tidak akan dihukum mati," Jawabku.
"Aku tidak bisa melakukan hobiku."
Aku mulai merinding dan berusaha tetap tenang.
"Duduklah, aku akan memberitahumu tentang Grey," Ujarku seraya mengambil minuman di kulkas.
Dan ketika ia duduk aku menyalakan setrumnya, sofaku beraliran listrik.
"Ah !."
Aku mengenakan sarung tangan kain dan memborgolnya lalu menyetrumnya beberapa kali. Lantas segra menelpon polisi.
"Kau tak seharusnya disini nona, bagaimana bisa kau kabur ?," Tanyaku.
Aku menariknya dan mendorongnya keluar, tapi ketika kami sampai di pintu ia tiba – tiba tertawa tebahak -bahak.
"Kau menjebak orang yg salah !," Ia menarik tangannya yg sudah terborgol.
"Louis !," Jeritku keras, berharap dia mendengarku.
Aku terus menahan serangannya dan sesekali menghindar, sementara ia terus menodongku dengan pisau. Untung saja aku sudah menekan tombol darurat untuk menelpon polisi. Aku menahannya dan menarik bahunya untuk membuat tangan kanannya terkilir, sayangnya bahuku tergores.
Polisi pun datang.
Ia berusaha melarikan diri dan aku terpaksa menggores betisnya.
"Hei, kenapa panik mendengar sirine ?, itu ambulans," Godaku.
"Shit !," Umpatnya.
Aku menarik tangan paksanya hingga terkilir dan ia kembali bisa kuborgol.
Polisi pun datang.
"Agent Rose ?."
"Hey, Dave. Thank's for coming," Ujarku.
Dave mengambil alih gadis itu dan Louis baru saja datang.
"Kau baik – baik saja ?," Tanya Louis panik. Tampaknya ia bangun tidur.
"Telat," Ujarku berpaling sambil mendengus.
"Hey, come on.."