Kapitel 91: Death Penalty(2)

***

"Tawaran yang menarik," tanggap Jahankara.

Padahal jika seorang raja mangkat, pilihannya hanya ada dua. Pergi dari istana untuk menjelajah dan mengabdi atau menghilang menjadi cahaya dan kembali pada Sang Ilahi.

Gasendra bangkit dan menatap sang ayah. "Seperti ucapan Ayah tadi, perbaiki saja pemerintahan karena waktu mangkat anda masih panjang."

Jahankara menatap putranya dengan bergeming.

"Kembalilah ke kamar jika ingin tidur. Saya pergi dulu," pamitnya, lalu keluar dari sana.

Jahankara menutup lagi matanya dengan tangan. "Siapa juga yang mau kembali ke kamar? Aku lebih nyaman di sini. Dasar anak sok perhatian," gumamnya dengan perasaan senang.

***

Keesokan harinya, lapangan hukuman Istana Gading telah dibuka untuk umum. Banyak para bangsawan dan rakyat berbondong-bondong datang ke sana untuk melihat hukuman mati bagi para penjahat. Atau para keluarga yang akan mengajukan protes karena salah satu keluarganya akan dihukum mati di sana.