Rintik hujan tiba-tiba saja turun tanpa dipanggil dan diperintah.
"Kalau begitu, aku siap menikah tahun depan, Darren. Sungguh, aku memilihmu." Sebuah kalimat yang berhasil membuat Darren tidak tahu harus bersikap seperti apa. Dia seolah hancur dan tercabik-cabik oleh sesuatu yang tidak terlihat olehnya. Rasa bingung melanda hatinya meskipun pada akhirnya, Darren tetaplah terjatuh pada seorang gadis yang saat ini menjadi seorang sekretarisnya.
Dia menghela napas berat saat mata Rosea memandangnya penuh cinta. Ini adalah sesuatu yang dahulu selalu Darren dambakan. Sangat amat dia dambakan hingga dia seringkali memimpikannya.
Tetapi, mengapa saat ini dia tidak bahagia? Justru, hatinya merasa tersakiti. Sangat tersakiti hingga bibirnya tak tahu harus berkata apa.
Hanya bisu yang ada. Suara rintik hujan yang semakin keras saat ini menguasai telinga Darren dan Rosea.