Rosea langsung terbang ke Jerman setelah mendengar berita tersebut. Sesuatu yang mengejutkan untuknya pada akhirnya membuat semua rencana yang dia susun hancur seketika.
Dia berangkat sendirian karena Darren harus ke Indonesia. Keduanya berpisah di Bandara, masuk ke dalam pesawatnya masing-masing.
Berjam-jam lamanya gadis itu merenung di dalam pesawat pribadinya. Matanya terlihat kosong, memandang awan tanpa arti. Helaan napas berat terus keluar dari hidungnya.
Para pramugari yang melihatnya merasa kebingungan. Mereka menawarkan makan dan fasilitas lainnya. Tetapi, Rosea menolak keras. Gadis itu hanya menikmati wine yang dia minum sedikit demi sedikit.
Hingga akhirnya, beberapa jam kemudian pesawat sudah mendarat di Jerman. Gadis itu turun, berlari menemui Alaric yang kini menjemputnya bersama sang supir. Pria itu berdiri menggunakan tongkat yang menopang tubuhnya agar tidak terjatuh karena kakinya yang belum pulih sepenuhnya.
Karena aku lagi pulang kampung dan sinyal buruk. Jadi, sistem agak error sehingga banyak tulisan ‘quot’ di dua chapter yang aku post. Kalau untuk chapter ini masih sempat saya revisi. Chapter selanjutnya tidak perlu dibaca. Nanti saya post ulang besok pagi.