App herunterladen
21.42% BUKAN SALAH JODOH 2 / Chapter 6: Orang yang menyebalkan

Kapitel 6: Orang yang menyebalkan

Aoran menahan nyeri di telapak kakinya, noda darah tampak membekas pada lantai menyisakan jejak langkahnya, Lily segera keluar dari kolam dengan tubuh yang menggigil.

"A, Aoran.." panggilnya dengan suara lirih, jelas dia takut memanggil nama itu. Lily mengambil name tag yang Aoran injak tadi, name tag yang terbingkai kaca dengan peniti pada bagian belakangnya.

Aoran berhenti melangkah, mendengar suara gadis di belakang sana memanggil namanya, sebenarnya dia merasa nyeri hingga ulu hatinya berdenyut sakit, tapi dia tak bisa menangis atau meringis, mengingat harga dirinya sangatlah penting.

Ketika Lily memanggil namanya ini bukankah menjadi alasan yang tepat agar dia berhenti melangkah dan menarik nafas dalam, sedikit menahan nyeri yang membuatnya ingin menangis ini.

"Ini!" Ujar Lily menyusul langkah Aoran dan menyerahkan me tag di telapak tangannya, dia memang ingin menyerahkan milik Aoran ini sejak awal dan kebetulan mereka bertemu di sini meski dengan keadaan seperti ini.

Aoran membalikkan, dia menahan nyeri hingga urat lehernya tampak menonjol keras.

Gadis ini serius? Dia bodoh apa tolol sih!

Aoran melangkah sambil terpincang mendekati Lily, dia mengambil name tag bertuliskan namanya dari telapak tangan Lily.

"Pergi dari hadapanku! Dan jangan pernah sekalipun menampakkan wajahmu yang jelek itu!" Dengus Aoran kesal.

Pak!!

Dia melempar name tag miliknya ke arah tong sampah dan mendarat dengan sempurna. Melihat wajah marah Aoran membuat Lily terhenyak, dia terkejut.

"Kau!" Aoran mengacungkan jari telunjuk pada wajah Lily, bersiap mengumpat, rasanya dia ingin berteriak, pergi kau lumut, kau parasit! Kau wanita benalu, kau tak punya malu!

Tapi sekali lagi rasa nyeri di telapak kakinya lebih memilukan daripada hasrat ingin mengumpat.

"Akh!!" Teriaknya kesal, entah benar benar membenci Lily atau terlalu nyeri menahan luka teriris di telapak kaki yang terkena tetesan air bercampur kaporit dari tubuhnya.

Lily menundukkan kepalanya, dia salah melakukan ini ya? Dia benar benar tak berpikir panjang dan terlalu berani, seharusnya dia sadar diri siapa dirinya di dunia ini.

Melihat lantai yang merah membuat pupil mata Lily bergetar, gadis itu kembali mendongakkan kepalanya.

"Aoran!" Ujarnya tiba tiba sambil membungkuk di hadapan Aoran, gadis itu menyentuh kaki Aoran.

"Kakimu berdarah.." ujar Lily cemas, gadis itu mencari sesuatu agar bisa membantu luka Aoran.

Aoran sontak saja menarik kakinya,.dia merasa jengah melihat seorang gadis yang berlutut di hadapannya.

Lily tak menemukan medikal kit di sini, dia akhirnya mengambil handuk di kursi dan itu adalah milik Aoran.

Saat ia menarik handuk satu kaos putih terjatuh, dan tanpa berpikir panjang Lily mengambil kaos tipis itu. Dia kembali pada Aoran, kembali berlutut dan membersihkan luka Aoran hingga kering, dia membalut luka itu dengan ujung kaos yang dia robek dengan tangannya.

Aoran jelas sungkan, dia berusaha menghindar tapi tidak bisa.

Saat gadis ini membungkuk, dari atas sana Aoran bisa jelas melihat apa yang menyembul dari kemeja basah transparan yang Lily kenakan.

Gila ya! Dia sengaja kan, dia pikir dia akan berhasil membuat aku tersentuh dengan kebaikannya? Lalu aku akan luluh dan berpihak padanya. Duh tolong! Dia terlalu banyak membaca komik, dia terlalu berharap! Dia tak sadar tempatnya! Gusar Aoran dalam hati, dia mengangkat kepala mencari pemandangan lain tapi sesekali dia lepas kendali dan kembali tak sengaja menunduk, dan mendapati dada Lily yang tak sengaja terekspose dari balik kancing kemeja, dan pakaian putih yang basah, itu tampak sangat memalukan.

Setelah selesai membalut luka Aoran, dia tak mendapatkan satu katapun, pemuda itu langsung pergi meninggalkan Lily begitu saja.

Bruk!

Aoran melemparkan handuk pada Lily, dan membuat gadis itu segera menutupi tubuhnya yang kedinginan, Aoran benar benar meninggalkannya seorang diri di sini.

****

"Sebenarnya apa yang terjadi Aoran, kenapa kau sampai terluka? Kau tak terlibat perkelahian atau pembullyan kan? Itu tak boleh nak!" Ujar Vino kesal.

"Ck! Mom bisa kau katakan pada Daddy, kalau aku tidak melakukan semua itu, apa ada perkelahian menyebabkan luka di telapak kaki? Aku hanya terluka karena ubin yang retak!" Gusar Aoran kesal dengan sikap ayahnya yang sangat berlebihan kalau dia sedang tertimpa masalah sedikit saja.

"Besok bongkar semua ubin di sekolahmu!" Ujar Vino kesal, dia meninggalkan Aoran yang juga tampak kesal.

"Apa yang Daddy katakan? Mengganti semua semua lantai kolam?" Tanya Aoran tak percaya dengan ucapan Vino tadi. Vira hanya menggelengkan kepala tak paham.

"Jangan dengarkan apa kata ayahmu, kenapa kau bisa terluka seperti ini? Mommy tahu kau bukan anak yang ceroboh dan sembarangan, apa terjadi sesuatu di sekolah?" Tanya Vira sambil membersihkan luka di telapak kaki Aoran.

"Sedikit.." balas Aoran singkat dan.ogah ogahan.

"Katakan, ada apa? Mommy tak masalah sih kalau kau berkelahi, sesekali anak laki laki wajar saja kan, tapi mommy tak percaya kalau kau berkelahi." Ujar Vira serius merawat luka cukup panjang di kaki Aoran.

"Kau tahu aku tak mungkin berkelahi.." lirih Aoran malas mengingat ingat kenapa dia bisa konyol dan terluka sampai seperti ini.

"Aoran, berkelahi pun tak masalah buat mommy, yang penting kau menang! Itu juga akan membuat mommy bangga!" Ujar Vira dengan senyuman kecil di bibirnya. Aoran malah mencibir lelucon tak lucu itu.

"Ada seorang gadis bodoh yang menyebalkan di sekolah, dia bertingkah aneh dan konyol, dia bahkan berani mendekatiku dan menghalalkan segala cara agar bisa bicara denganku, dia terlihat mengerikan dan benar benar jelek!" Gusar Aoran dengan wajahnya yang tampak begitu tak suka.

"Kau bukan sedang mengumpat ibumu kan, ucapanmu itu mengingatkan mommy pada masa masa susah. Kenapa kau mengatakan dia aneh dan konyol? Kau tak boleh bicara begitu Aoran." Ujar Vira menasehati anaknya.

"Mommy lihat saja apa yang dia lakukan padaku, dia bahkan sampai melukaiku, entah apa lagi yang akan dia lakukan esok hari.." Vira melongo tak percaya.

"Jadi gadis itu sengaja melukaimu sampai seperti ini?" Vira masih tak percaya.

"Menurutmu mom? Bukankah dia sangat berbahaya kan?" Ujar Aoran, pemuda itu bersandar malas pada sofa.

Vira akhirnya menyelesaikan luka di telapak kaki Aoran, wanita itu sudah memberikan obat dan plaster pada luka itu, dia ikut duduk di samping Aoran, mencoba mengajak putranya ini berdiskusi, meski dia sadar betul kalau Aoran tidak dalam mood yang baik.

"Kau harus lebih hati hati lagi, dan yakinkan kalau gadis itu masih dalam batas wajar, kalau dia sungguh berbahaya dan melewati batas, kau harus meminta aku atau Daddy mu untuk mengurus masalah ini, ini bisa jadi masalah yang serius Aoran, jadi kau tak boleh membahayakan dirimu sendiri. Mommy dengar gadis gadis zaman sekarang tuh nekad nekad.."

"Ya mom.." balas Aoran patuh.

"Apa yang berbahaya dan nekad?" Vino muncul dari ruang tengah dan bergabung di ruang keluarga bersama anak dan istrinya kembali. Dia membawa sesuatu di tangannya.

"Apa ada hal serius di sini? Apa putramu melukai orang lain atau sampai merenggut nyawa?" Tebak Vino asal dengan sorot mata menghakimi Aoran, putranya itu tampak malas bicara dengan ayahnya.

"Tidak ada hal seperti itukan, kau tahu itukan sayang.." balas Vira memeluk suaminya yang melebarkan kedua tangan pada sandaran sofa. Melihat bagaimana orang tuanya tampak mesrah membuat Aoran tambah sinis, dia mau buru buru pergi saja deh dari sini.

"Kau mau kemana?" Baru saja mau beranjak, Vino sudah sadar saja dengan niat anaknya.

Terpaksa Aoran kembali duduk malas.

"Kita dapat undangan makan malam. Ini acara pertemuan dewan usaha, aku dengar keluarga Lu mengundang kita secara resmi, mereka ada peluncuran produk baru dan--" Vino menghentikan ucapannya melihat wajah putranya yang tampak berbeda. Vira menautkan alis menyadari sorot mata Vino pada wajah putranya.

"Ada apa dengan putramu, kenapa tiba tiba dia tersenyum, ini membuatku merinding!" Lirih Vino mengejek wajah sumringah Aoran yang langsung berubah dingin.

"Sudahlah, aku mau ke kamar saja!" Balas Aoran kesal, Vino selalu saja suka menggoda putranya itu.

"Eh, eh tunggu. Daddy dengar putrinya mengalahkan rekor nilai mu!" Ujar Vino mengejutkan Aoran.

Pemuda itu menghela nafas berat.

"Tersarah mu dad! Kalau mau marah, marah saja! Aku tidak berniat mengambil kembali tempat itu! Lagipula Miran berhak! Dia memang keren dan berbakat!" Ujar Aoran membelakangi orang tuanya, dia tak sadar sudah memuji Miran.

"Ooh.. jadi gadis itu bernama Miran!" Desis Vira dan Vino kompak.

Aoran memutar bola mata kesal, pemuda itu meninggalkan orang tuanya yang berbisik di belakang punggungnya.

"Jangan bilang dia terluka karena menolong gadis itu?" Duga Vira konyol.

"Bisa jadi, kau dengar tadi.. dia bilang keren dan berbakat! Aoran memuji orang lain, itu terdengar mustahil! Apa aku sedang mimpi?" Vino ikut menimpali sambil tertawa geli.

Duh please! Aku bisa dengar semua itu! Aoran benar benar merasa lelah hari ini. Dia rasanya mau pingsan saja.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen