Devon dan Jasmina Burnwood plus Jasmina sedang terombang-ambing di atas sebuah kapal kecil yang akan membawa mereka ke tempat snorkeling. Ada beberapa turis asing dan domestik lain yang juga bersama mereka. Udara pagi itu sangat cerah tapi belum terlalu terik. Langit yang biru muda tanpa awan, kontras sekali dengan warna laut yang agak biru tua. Ketika mereka bertemu di sebuah titik horizon, jaraknya seakan-akan dekat, namun tidak bisa digapai.
Seperti biasa, Rania dan Jasmina tidak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan momen-momen itu kamera HP mereka. Beberapa remaja perempuan seumur mereka akhirnya ikut bergabung setelah mereka berkenalan. Devon mengawasi dari jauh. Dia sedang mengamati 2 perempuan paling dijaganya. Rania dan... Jasmina. Entah sejak tadi malam, dia mulai mengklaim kepemilikan terhadap gadis itu. Jasmina adalah seorang yang penting, sama seperti Rania dan ibunya. Ya... Jasmina cuma seorang adik/ tetangga/ teman yang sangat penting untuk Devon.
"Hei,bole kenalan gak? Kalian dari Jakarta juga kan?", tanya seorang cowok yang umurnya sekitar Jasmina atau Rania. Ia juga sudah mengenakan outfit snorkeling berwarna hitam. Tubuhnya tidak setinggi Devon, namun cukup berisi. Wajah putihnya cukup menarik dengan dua lesung pipi ketika dia senyum memamerkan giginya yang rapi. Ia berdiri paling depan, sedangkan di belakangnya ada 2 cowok lagi yang kira-kira seumuran dengan mereka.
"Oh Hi, I'm Rania. I can't speak bahasa. She's my bestfriend, Jasmina. Who're you?", tanya Rania sigap seakan mengerti maksud sang cowok walau bahasanya beda. Jasmina cuma melambai pelan sambil tersenyum ke arah cowok dan teman-temannya.
"Oh Hello Rania, good to know you. Fortunately I can speak a little bit of English. I'm Brian, and these are my cousin. Erik and David", jawabnya sambil mengenalkan (ternyata) sepupunya. Brian ini ternyata super ramah. Beberapa menit kemudian mereka berlima terlihat dalam percakapan hangat dalam bahasa Inggris. Rania dan Jasmina sangat menikmatinya, sampai tidak melihat ada sepasang mata elang yang memperhatian mereka dengan tatapan marah.
Ketika mereka sedang asyik mengobrol...
"Jasmina, Rania, ga usah berdiri terlalu deket dengan ujung kapal, nanti jatoh!", seru Devon sambil merangkul Rania dan Jasmina agar menjauhi 3 cowok itu. Rania dan Jasmina kaget tapi tidak bisa berkata apa-apa dan mau aja diseret oleh Devon.
"Apaan sih Devon? Ga liat apa kita udah pake baju selam begini? Tabung oksigen aja udah kepasang nih, kecamata juga, kaki juga uda kayak kodok begini. Kalo jatuh juga enggak apa kelessss, bisa langsung liat terumbu karang hihihih", Jasmina mulai mengomel. Rania juga sudah mulai mengomel dengan bahasa Inggris yang begitu cepat sampai susah untuk di translate.
"Jangan jauh-jauh, disini aja", perintah Devon sambil mendudukkan 2 gadis itu di tengah-tengah kapal. Ada aba-aba dari sang kapten bahwa sebentar lagi mereka akan sampai di tempat snorkeling. Semua diharapkan bersiap-siap. Devon tetap berdiri di samping para gadis-gadis itu seperti seekor anjing penjaga. ketiga cowok tadi paham dan mulai menjauhi gadis-gadis itu.
Rania tertawa kecil melihat mereka bertiga dan melihat sang kakak. Tadi malam, ia sengaja meninggalkan restoran agar Jasmina dan Devon dapat berbicara lebih leluasa berdua. Entah apa yang terjadi dengan mereka berdua, sepertinya Devon mulai bersikap seperti seorang pacar yang super duper cemburuan. Entah Jasmina tau atau tidak bila sang abang menyukai dirinya, tapi Rania tau bila sang abang mungkin masih menunggu saat yang tepat. Jasmina masih terlalu terluka dan trauma dengan boy number 1 dan boy number 2. Tapi ia mungkin harus mengingatkan Jasmina bahwa sang abang berpotensi menjadi pacar yang tidak sabar, posesif dan memiliki masalah dalam pengendalian emosi. Terutama bila sesuatu yang ada dalam genggamannya dan jangkauannya di ganggu. Hiii serem.
Jasmina tidak begitu tertarik dengan 3 cowok tadi. Saat ini pandangannya terpaku pada cowok cakep yang berdiri di sampingnya. Dosakah mengagumi makhluk ciptaan Tuhan yang ini? Dengan outfit snorkeling yang menegaskan tubuh kekarnya, Devon terlihat seperti salah satu penjaga pantai di California. Tampangnya sekarang seperti agak kesal, tapi justru mempertegas rahangnya yang kokoh dan alisnya yang tebal. Bahkan bulu matanya yang panjang aja terkesan maskulin hehehehe. Tangan panjangnya sibuk menggenggam kacamata Snorkeling, sehingga urat-urat membiru tampak jelas di permukaan yang putih dan halus itu. Hiiiii kenapa Jasmina pagi-pagi sudah ngawur...
Ketika aba-aba mereka harus menceburkan diri, satu persatu anggota di kapal mulai memasuki peraran dengan peralatan lengkap. Seperti perintah Devon, Jasmina dan Rania tidak boleh jauh-jauh darinya. Karena mereka hanya bertiga, mereka perlu saling menjaga dan mengingatkan. Ketika Jasmina sudah menyelam, ia langsung mencari keberadaan Rania dan Devon. Mereka bertiga saling berpegangan dan mulai berenang ke arah pusat perhatian...
Jasmina membelalakkan matanya sebesar-besarnya, ia sampai lupa bernafas! Ia langsung di sambut oleh puluhan ikan-ikan kecil yang mengelilingi tubuhnya. Walau ia memiliki screensaver bergambar aquarium dengan ikan-ikan kecil yang mirip di laptopnya, tapi memang berbeda sekali ketika melihatnya langsung. Jasmina belum mampu bergerak seinci pun. Ia mencoba menggapai ikan-ikan kecil itu, apakah mereka nyata? Beberapa ikan itu berenang berlari menjauhinya. Saat itu juga mata Jasmina tertumpu pada beberapa terumbu karang yang indah. Ciptaan Tuhan yang luar biasa. Melihat ikan-ikan itu keluar masuk seakan-akan karang itu adalah mall mereka. Luar biasa indahnya!
Seketika Rania dan Devon mendekati Jasmina dan memberikan aba-aba untuk berenang ke arah lain. Semakin banyak terumbu karang yang bisa Jasmina amati, begitu juga dengan spesies ikan yang lebih beragam. Rania langsung mengabadikannya dengan kamera khusus untuk dibawah air. Mereka saling berfoto bersama ikan-ikan dan terumbu karang. Tidak sabar rasanya Jasmina ingin memamerkan di media sosialnya tentang kegiatannya pagi ini.
Selama berada di dalam air, Jasmina baru menyadari 1 hal. Bila Devon sedang tidak membantu Rania mengabadikan ikan-ikan dan terumbu karang, mayoritas tangan cowok itu akan menggenggam erat tangan Jasmina... Kenapa ya? Takut Jasmina hanyut gitu? Hanya sesekali Devon sekaligus menarik tangan Rania, itu juga bila ia memaksa gadis itu untuk beranjak ke spot snorkeling yang lain. Hemm....
Setelah snorkeling tadi, mereka dibawa ke sebuah tempat makan outdoor dengan konsep alam. Segala makanan laut yang dipanggang disajikan dengan nasi jeruk khas bali sangat sangat sangat menggoda selera. Devon dan Rania makan dengan lahap seakan-akan tiada hari esok. Jujur sih, Jasmina juga semangat banget makannya. Ikannya fresh dan sambelnya mantap! Hihihihi
Sambil menunggu waktu untuk belajar surfing, mereka berjalan-jalan di pasar yang menyajikan aneka jualan khas Bali. Rania dan Jasmina seperti biasa sangat antusias bila dikasi kesempatan untuk belanja murah meriah. Saatnya mencari oleh-oleh untuk sahabat-sahabatnya. Jasmina langsung memborong aneka daster dengan motif khas Bali.
Jasmina melihat sebuah gelang yang terbuat dari tali kain. Tali-tali itu di rajut sedemikan rupa sehingga membentuk jalinan gelang yang cantik. Di bagian tengahnya terdapat sebuah lempengan besi polos sepanjang 4 atau 5 centi. "Bisa diukir nama mbak", jelas sang penjual. Jasmina langsung mengambil beberapa dan meminta sang penjual mengukir nama-nama di lempengan itu.
Di kejauhan, Devon menyaksikan semuanya, Jasmina membeli 2 buah gelang dan akan mengukirnya. Pikiran sempit Devon langsung berspekulasi bahwa itu pastilah oleh-oleh untuk kak Miko dan Bagas. "Kok Jasmina masih mikirin mereka sih?", jerit Devon dalam hati. Seketika perasaan cemburu buta menggelora di hatinya.
"Devon, kita cari Rania yukkk", ajak Jasmina tiba-tiba. Devon kaget! Ternyata kegiatan ukir nama sudah selesai. Devon masih marah dan kecewa dengan Jasmina.
"Males, cari aja sendiri", jawab Devon dengan ketus dan meninggalkan Jasmina. Jasmina sungguh bengong. Kenapa cowok itu?
Rania yang menyaksikan dari jauh langsung mendekati Devon. Gadis itu mencubit perut kakaknya dan menginterogasinya dengan bahasa Brazil! Devon Cuma menjelaskan kalau Jasmina baru saja membeli oleh-oleh untuk 2 cowok brengsek di Jakarta. Rania bengong. Setelah bengong ia langsung tertawa ngakak. Dasar kakak sableng,pikirnya.
Selama di pasar itu, bolak-balik Devon menghindari Jasmina dan tidak ingin menatap wajah gadis itu. Tidak mau kelihatan maksudnya. Ia tetap mengawasi dari jauh sambil menjaga gengsinya.
Devon…. Devon… Kamu tuh cowok yang super aneh. Kalau begini caranya, mana mau Jasmina suka sama kamu, batin Rania dalam hati.
Hayooo... menurut kalian, kenapa sih Devon sikapnya complicated begini? Hihihhi
Creation is hard, cheer me up!