"Kau memang masih hidup rupanya," cibir sosok itu merendahkan. "Baguslah. Aku tak perlu repot-repot menyeretmu keluar dari wilayah kekuasaanku."
"Eh?"
Ace pun menatap enigma itu lebih jelas.
"Kenapa?"
Ace menoleh ke guci kremasi Drake yang masih berdiri di tegak di lemarinya. "Aku ini sudah bangun?"
"Tentu saja. Apa perlu kujelaskan lagi?" dengus sosok itu. "Orang-orang memang sering tolol jika sudah ditinggal mati. Cih."
Ace pun meraih tangan sosok itu sebelum berdiri meninggalkannya. "Tunggu, kau bilang ini di wilayahmu?" tanyanya dengan mata berkaca.
"Benar."
"Jadi, kau tahu dimana ruh kekasihku? Namanya Drake. Drake Alberto."
Ace tahu, dia mungkin mulai tidak waras. Sayangnya Ace memilih sinting jika untuk menemukan Drake lagi. Persetan ini nyata atau mimpi. Ace akan menempuh jalur apa pun untuk melihat kekasihnya sekali lagi.
"Drake? Itu nama pasanganmu?"
"Iya."
Sosok itu mendadak berubah penampilan. "Apa dia terlihat seperti aku?" (*)
(*) Jadi, di sini Mike adalah iblis yang bisa menjelma. Dia sekarang memakai penampilan Drake di depan Ace.
DEG!
"BIBLE!" Refleks Ace pun berdiri dan memeluk sosok itu. "Oh, ya Tuhan! Drake!" jeritnya hingga didorong beberapa langkah ke belakang.
"Jaga jarak, Bodoh! Kelakuanmu ini benar-benar-"
Ace tetap maju untuk memeluk kembali. Dia tak peduli geraman menolak di sisi telinganya. Dia rindu. Dia ingin memeluk sang kekasih lebih lama, tetapi tubuh itu sudah kembali seperti semula.
"Aku bukan kekasihmu. Minggir."
Ace pun mendongakkan wajah. Dia menghadapi sosok tampan itu tanpa takut samasekali.
"Kumohon. Berubahlah lagi jadi dia ...." Air mata Ace kini mengalir hingga membasahi pipi. "Aku sangat butuh dia. Aku akan menikah dengannya bulan ini. Tolong ...." Sosok itu kini terdiam.
Mike sang iblis mungkin paham jenis kemelut hati manusia. Sebab jika ini memang wilayahnya, Drake tentu bukan orang mati pertama yang dibakar di sini. Semuanya rancu. Dia tak pernah ingin peduli kepada manusia, tetapi Ace beda. Dia sungguh tampak mengagumkan meski dalam kondisi terburuk hatinya. Tidak seperti manusia-manusia lain yang melayat kemari, mereka sangat buruk rupa waktu menangis dengan wajah berantakan seperti itu. "Kumohon ... hanya sekali lagi saja." Ace meremas kerah indah itu. Perlahan, dia merosot berlutut, lalu duduk menekuri diri. "Drake ... Drake ...."
"Kau sangat mencintai lelaki itu?"
Ace menutup wajahnya dengan telapak tangan. "Aku tak pernah seperti ini pada siapa pun."
"Tapi sia-sia jika kuturuti permintaanmu." Sosok itu sepertinya tak punya ampun. Rautnya keras, dan tetap menjulang di hadapan Ace tanpa rasa belas kasih. "Aku ini iblis. Tidak seperti dirimu. Jadi, kekasihmu takkan kembali meski aku berubah seperti dia."
Ace menjawab lirih. "Aku tahu. Maaf, otakku sedang penuh. Aku hanya sangat merindukan dia." Mereka kini berpandangan.
Ace tak peduli ini fakta atau bukan, tetapi dia sungguh takjub melihat iblis itu berubah lagi. Jadi wajah pria Italia, perempuan berlipstik ungu, bocah akil balig yang membawa permen, orang tua renta yang cara berdirinya mirip veteran, lalu menjadi lelaki muda Asia.
"K-Kau ...."
"Sekarang percaya perkataanku?"
"...."
"Mereka yang baru kau lihat, aku sudah memakan ruhnya dengan sukarela."
"A-Apa?"
"Termasuk milik kekasihmu itu." Bersambung