"Ntah lah, itu sudah berlalu cukup lama. Jadi aku tak tau apa yang akan aku lakukan jika kamu menolak abang ku lagi waktu itu" Ujar ku ringan. Seolah ini bukan lah obrolan yang patut aku pikirkan.
"Lucu bukan. Bagaimana kalo kita anggap saja ini sebuah takdir yang memang tak bisa kita hindari" Ujar Anya.
Aneh bukan obrolan sensitif ini mengalir sangat lancar seolah ini bukanlah sebuah masalah yang harus di perdebatkan dengan emosi.
Mungkin emosi itu telah habis kita tumpahkan untuk hal lain sehingga tak ada lagi yang tersisa untuk kamu luapkan saat itu.
Aku tak punya waktu untuk mengasihani abang ku yang seperti nya hanya lah satu satu nya orang yang menguras perasaan nya untuk hubungan ini.
Dan aku pun tak bisa menyalahkan Anya karena dulu aku lah yang terus menyodorkan abang ku pada nya. Dan karena kini ia tampak sangat bertekat untuk menjalani hidup dengan baik.
Jadi apa yang bisa aku amuki. Seperti kata Anya. Anggap saja ini takdir yang tak bisa kita ubah semau nya.
gaes baca bab selanjutnya besok ya