App herunterladen
54.54% YOU. / Chapter 11: Pertanyaan

Kapitel 11: Pertanyaan

Leon sudah sampai ke apartemennya dan melihat Max sedang duduk menonton tv.

"Kau ga pergi kerja?" Tanya Leon pada Max

"Ah, Kau sudah pulang. Aku menunggumu karena pacarmu tidak mau makan. Beri dia makan sana." Jawab Max.

Leon hanya mengganggukkan kepalanya. Leon melihat semangkuk bubur yang sudah dibelikan oleh Max. Leon membawa bubur itu kedalam kamarnya. Saat masuk kedalam kamarnya, Leon melihat Lucinda yang sedang duduk menatap kosong kedepan.

"Kamu kenapa tidak makan?"Tanya Leon sembari berjalan mendekati Lucinda.

Suara Leon membuyarkan lamunan Lucinda. Lucinda menoleh kearah Leon.

"Aku sedang tidak ingin makan." Jawab Lucinda.

Leon duduk dipinggir tempat tidur. Leon mengamati keadaan Lucinda. Luka di sudut bibirnya masih terlihat sangat jelas. Tangan Lucinda yang tertutup perban itu juga pasti masih terasa sangat sakit. Lucinda yang merasa Leon mengamati dirinya tiba-tiba merasakan pipinya memanas. Lucinda tiba-tiba saja mengingat tentang Leon yang memeluknya kemarin. Pelukan Leon sangat nyaman bagi Lucinda. Saat ini Lucinda sangat malu karena mengingat kejadian kemarin.

"Ke...kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Lucinda gugup ditambah dengan wajahnya yang memerah.

"Karena kamu sangat cantik." Jawaban dari Leon ini secara otomatis membuat wajah Lucinda semakin memerah bahkan lebih merah dari tomat.

"Ap...Apa sih!" Ucap Lucinda sambil memalingkan wajahnya.

Leon tertawa melihat tingkah lucu Lucinda, apalagi saat ini Leon bisa melihat dengan jelas wajah Lucinda yang memerah. Sudah pasti wanita itu sedang malu.

'Menggemaskan.' Pikir Leon.

"Sudah. Kamu harus makan biar kamu cepat sembuh." Ucap Leon. Leon mengaduk bubur tersebut lalu terlihat seperti ingin menyuapi Lucinda.

"Hei, aku bukan anak kecil. Aku bisa makan sendiri." Ucap Lucinda saat sendok yang berisikan bubur itu tepat berada di depan mulutnya.

"Jangan banyak protes. Kamu sedang sakit Luce. Bukan mulutmu." Perintah Leon.

"Tidak. Aku bis-" Ucapan Lucinda terputus karena Leon tiba-tiba memasukan sendok itu kedalam mulutnya. Lucinda terkejut dan mau tidak mau ia harus mengunyah bubur itu dan menelannya. Lucinda menatap Leon galak, sedangkan pria itu hanya tersenyum puas sambil bersiap itu menyuapi Lucinda lagi.

'Ah. Aku memang tidak bisa melawannya.' Pikir Lucinda. Lucinda hanya bisa pasrah dengan keadaan Leon yang menyuapinya.

Setelah makan, sekarang Lucinda sedang duduk menonton televisi di apartemen Leon. Lucinda tadinya ingin mengucapkan terima kasih pada Max karena Lucinda merasa tidak enak sudah membuat Max repot dengan mengobatinya. Tapi, Leon mengatakan Max sudah pergi berkerja.

Jadilah kini hanya tinggal Lucinda yang menonton tv bersama Leon. Sebenarnya, tadi Lucinda berkata ia ingin pulang dan juga ia ingin izin pada Mr. Tom untuk tidak masuk kerja namun Leon menolaknya. Leon bilang Lucinda baru bisa pulang jika keadaanya sudah membaik dan juga Leon sudah mengabari Jill menggunakan handphone Lucinda. Leon memberi kabar bila Lucinda sedang sakit. Dengan sedikit perdebatan akhirnya Lucinda kalah. Lucinda memang tidak bisa menang melawan kata-kata Leon.

'Tunggu dulu. Kenapa orang ini tau Jill temanku?' Pikir Lucinda heran. Tetapi Lucinda teringat jika Leon adalah orang gila yang aneh. Akhirnya Lucinda hanya membiarkan pertanyaan itu berada dalam otaknya saja.

Setelah sedikit perdebatan itu, mereka melanjutkan menonton tv. Diantara keduanya tidak ada yang berbicara. Lucinda melirik kearah Leon yang sedang fokus menonton.

"Boleh aku bertanya?" Tanya Lucinda memulai percakapan. Sebenarnya banyak hal yang ingin Lucinda tanya pada Leon. Mungkin ini waktu yang tepat.

Leon menoleh pada Lucinda yang saat ini duduk disampingnya.

"Apa?" Tanya Leon.

"Apa pekerjaan Max?"

Leon menyipitkan matanya. Muncul rasa kesal saat Lucinda menanyakan tentang Max.

"Kenapa memangnya?" Ketus Leon

"Tidak ada. Aku penasaran kenapa dia bisa mengobatiku dengan sangat baik." Jawab Lucinda jujur. Sebenarnya Lucinda menebak jika pekerjaan Max pasti berhubungan dengan hal yang berbau kesehatan jika dilihat dari cara Max mengobati lukanya.

"Dia seorang dokter." Jawab Leon singkat. Leon berpikir apakah Lucinda tertarik dengan Max? Padahal ia benar-benar yakin jika dirinya lebih tampan daripada Max. Jauh lebih tampan.

"Boleh aku bertanya lagi?" Tanya Lucinda.

"Ya." Jawab Leon malas. Jika Lucinda menanyakan tentang Max lagi, maka Leon akan menyuruh Max untuk tidak usah pulang. Sangat berbahaya jika ada Max disini.

"Kenapa kemarin kau bisa tiba-tiba muncul?" Tanya Lucinda lagi.

"Kemarin aku sedang berjalan didekat sana lalu aku mendengar teriakan. Saat aku dekati ternyata itu kamu." Sebenarnya Leon sudah memperkirakan jika Lucinda akan menanyakan tentang kehadirannya kemarin. Lucinda tidak perlu tahu yang sebenarnya. Menurut Leon, tidak ada alasan bagi Lucinda untuk tahu yang sebenarnya.

"Bohong." Jawab Lucinda tak percaya. Jelas-jelas Lucinda tahu jika jalanan itu sangat sepi. Lucinda juga tidak melihat Leon. Sangat kecil kemungkinan untuk disebut kebetulan saat Leon muncul diwaktu yang sangat tepat seperti itu.

"Tidak apa kalau kamu tidak percaya." Jawab Leon santai.

"Boleh aku bertanya lagi?" Lucinda masih ingin tahu banyak tentang hal-hal aneh yang terjadi padanya sejak Leon masuk kedalam hidupnya.

"Tidak. Kamu terlalu banyak tanya." Tolak Leon.

"Kenapa begitu!" Marah Lucinda. Ia kesal karena Leon tidak mau lagi menjawab pertanyaannya

"Sudahlah. Sekarang giliranku bertanya." Ucap Leon.

"Apa?" Bingung Lucinda. Apa yang ingin pria ini tanyakan padanya? Tumben sekali pikir Lucinda.

"Kenapa kemarin kamu bisa diserang?" Tanya Leon sedikit ragu. Leon khawatir jika pertanyaannya membuat Lucinda kembali takut. Namun, Leon tetap harus menanyakannya agar Leon tahu jika orang yang menyerang Lucinda hanya sendiri. Jika tebakan Leon benar, maka Leon sudah menanganinya.

"Aku tidak tahu. Aku saat itu sedang berkeliling mencari foto yang bagus untuk pekerjaanku, lalu tiba-tiba aku merasa ada yang mengikutiku."

"Sejak kapan kamu merasa diikuti?" Tanya Leon

"Aku lupa... sepertinya setelah aku mendapatkan foto di gang sempit itu." Jawab Lucinda sambil mengingat kejadian yang menimpanya.

"Lalu?"

"Setelah itu aku awalnya mencoba untuk biasa saja, namun orang itu mengajarku. Aku langsung lari saat itu juga." Tambah Lucinda dengan badan yang sedikit bergetar karena mengingat kejadian mengerikan yang terjadi dalam hidupnya kemarin.

"Sudah. Tak apa. Sekarang kamu sudah aman." Ucap Leon lalu menggenggam tangan Lucinda. Ia sadar jika Lucinda saat ini merasa ketakutan.

Lagi-lagi perlakuan Leon membuat Lucinda menjadi salah tingkah. Saait ini ia merasakan panas di wajahnya.

'Ah jika terusa bersama orang ini bisa-bisa aku jadi gila' Pikir Lucinda

Setelah mendengar cerita Lucinda, Leon yakin hanya ada 1 orang yang menyerang Lucinda. Dan orang itu juga sudah Leon lenyapkan. Dan juga, sepertinya Lucinda memang hanya sial saja. Ia menjadi target acak dari orang itu. Leon bernafas lega.

" Eum... Leon." Panggil Lucinda.

" Iya?" Tanya Leon menatap wajah Lucinda.

"Terima kasih."

***


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C11
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen