App herunterladen
29.41% Please Untie Me / Chapter 5: Siapa yang membunuh?

Kapitel 5: Siapa yang membunuh?

Pagi ini tak seperti biasanya. Mendung begitu menggelayut langit membuat suasana yang biasanya cerah kini beralih kelabu.

Bekas - bekas pemeriksaan polisi masih tertinggal disana. Sedangkan kedua mayat pemuda itu telah diturunkan untuk dilakukan otopsi.

Suasana yang suram ini nyatanya sukses membuat seisi rumah ketakutan. Ini bisa dilihat dari sepinya aktivitas yang dilakukan. Bila biasa nya ketika waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 atau mungkin kurang dari itu, sudah disibukkan dengan beragam aktivitas rumah tangga, kali ini tampak lengang. Tak ada yang berani untuk membuka kamar mereka.

Dan Kejadian yang baru kemarin mereka saksikan membuat para pelayan memilih menutup rapat kamar mereka.

Memang bukan saja karena rasa takut tapi juga perintah dari Fugaku - san yang menyuruh mereka untuk tetap ditempat sama polisi menemukan titik terang akan kasus pembunuhan yang terjadi.

Sementara itu, di bagian rumah lainnya , atau lebih tepatnya kamar Sasuke, dapat dilihat 2 orang pemuda tengah tertidur pulas. Keduanya saling berpelukan dan berbagi kehangatan. Mata si surau kuning masih terlihat sedikit membengkak menjadi tanda bila kejadian semalam membuatnya menumpahkan banyak airmata.

Sedangkan si mata bermanik hitam yang tidur disampingnya begitu tenang menjadikan lengannya sebagai bantal bagi pria kecil dipelukannya.

Perlahan mata sasuke mulai terbuka. Senyumnya sedikit mengembang saat tahu sosok pria yang tidur disampingnya. Dibelainnya erat pria berkulit Tan eksotis itu. Perlahan, mulai dari ujung rambut turun kebawah menuju pipinya dan berakhir pada ujung bibirnya.

Lembut dan kenyal, itu pikir sasuke. Sedikit berlama - lama dia menyentuh bibir manis itu sampai dia sadari si pemilik nya mulai tersadar dari mimpi indahnya.

Mata naruto agak sedikit berat untuk membuka , mengingat dirinya langsung tertidur usai menangis . Dia sedikit terkejut ketika mengetahui sosok tuannya ada tepat dihadapannya. Menatap matanya langsung, sembari tersenyum. Membuat pipi naruto sedikit memerah. Rasa malu ketika mengingat kejadian semalam membuatnya sedikit sungkan.

Dia coba untuk menjauh kan diri dari sasuke namun terlambat. Tangan kiri si surau hitam yang sedari tadi menjadi bantalan kepala naruto itu mendorongnya semakin mendekat.

Perlahan didekatkannya wajah sasuke. Dekat... Dekat dan semakin dekat. Sampai mereka sadari kedua ujung hidung mereka sudah saling berhadapan. Wajah naruto yang merah semakin memerah saja. Bibirnya sedikit bergetar. Dan telinganya sudah seperti kepiting rebus yang mengeluarkan asap.

" Hihihihi... Dobe, lihat wajahmu! Benar - benar lucu, " tawa sasuke melihat saksi pemuda di depannya itu.

"Teeemmeee, baka! " dipukulnya tubuh sasuke keras membuat pria itu sedikit melindungi diri.

Ya meski dalam percakapan normal naruto selalu menambahkan kata -sama dalam panggilannya. Tapi tidak ketika sasuke sudah menggoda nya. Seolah lupa hubungan majikan dan pelayan dalam diri keduanya .

Sasuke masih tersenyum sembari diresapinya suasana pagi ini. Dan melihat tingkat pria kecil dihadapannya membuat pria tampan ini semakin sumringah.

Sementara itu naruto yang tadinya diam, kini beranjak dari kasur sasuke berniat untuk keluar ruangan namun belum sampai di ujung pintu lengannya telah ditarik sasuke.

" kau mau kemana baka? "

" Tentu saja bekerja tuan, "

" Haaaah, kau tetaplah disini sampai suasana tenang. Lagipula tou-san meminta kita semua menetap dikamar sampai polisi memberi keterangan, "

"Benarkah itu? "

"Hn"

"Souka, kalau begitu aku akan pergi ke kamarku, "

"Kuantar"

"Haah? "

"Baka, kalau terjadi sesuatu padamu bagaimana? Apalagi kau kan bodoh tentu aku harus mengantarmu, "

"Hai.... Hai, " desah naruto malas. Dan sasuke segera bergegas menganti pakaiannya.

Segera mereka beranjak pergi. Dan benar saja sepanjang perjalanan tak ada satu pun aktivitas yang terjadi. Apalagi dilihatnya langit begitu mendung terasa memberi kesan suram.

Dan bisa ditebak bagaimana ekspresi kedua pasang anak muda itu.

Tidak ada percakapan.

Diam nampaknya menjadi pilihan terbaik bagi mereka sementara langkah keduanya menelusuri lorong ruangan menuju kamar Naruto.

Belum 100 meter mereka tiba teriakan terdengar dari arah kamar pelayana. Membuat keduanya saling memandang untuk kemudian memutuskan untuk berlari mencari asal suara.

Mata Naruto membelalak dan nafasnya tercekat melihat pemandangan mengerikan yang ia dapatkan di depannya. Tubuhnya langsung lunglai dan jika tidak ditahan sasuke mungkin naruto lebih memilih pingsan ketimbang harus melihatnya.

Ya, sesosok mayat pria muda dengan puluhan luka tusuk bersimbah di atas kasur. Matanya membelalak menunjukkan rasa takut yang luar biasa. Tubuhnya tak bisa dibilang utuh lagi. Sayatan - sayatan terlihat dengan brutalnya menggores tubuh pria malang ini.

" Ssa...ssaa...ssuu..keee," pandang naruto terbata. Tubuhnya menggigil hebat. Ketakutan luar biasa membungkus tubuhnya. Apalagi setelah tahu bila pria yang menjadi korban kali ini adalah pelayan yang lebih muda darinya.

"Tenanglah naruto," Sasuke langsung memeluk tubuh kecil itu dengan lembut.

Namun ketenangan itu tak berselang lama, suara jeritan kembali terdengar. Dan yang membuat jantung Naruto berdetak kencang ketika dia tahu siapa pemilik suara itu.

"Yuki?"

Dengan penuh kesetanan Naruto berlari sekencang mungkin. Apalagi jarak tempat dia berdiri dengan kamar yuki berada di ujung rumah. Tak peduli kakinya yang terluka karena menginjak kerikil tajam, Naruto terus - berlari dan berlari. Bahkan saat dirinya harus terpeleset jatuh, pria kecil itu tetap melanjutkan langkahnya.

Sampai ia tiba di depan pintu kamar Yuki. Segera di dobraknya pintu itu. Namun tubuhnya yang kecil dan tenaganya yang terkuras akibat berlari membuatnya kepayahan untuk bisa membuka pintu yang terbuat dari kayu mahoni itu.

Sampai kemudian Sasuke tiba dan membantunya mendobrak pintu.

"YUKIIII!!!!!" Teriak Naruto saat mendapati kondisi sahabatnya yang mengenaskan itu.

Sebilah pisau dapur dengan sempurna tertancap di perutnya. Wajah Yuki terlihat begitu pucat. Dirinya hanya mampu terduduk di ujung kasur.

" Yuki? Yuki? Kumohon sadarlah!"ditepuknya pipi Yuki dengan harapan agar sahabatnya itu sadar.

Sasuke dengan sigap mencoba untuk memeriksa leher Yuki sembari kemudian memeriksa nafas pria itu. " Dia masih hidup. Cepat panggil ambulan," perintah Sasuke.

.................

Rumah Sakit

Berjam - jam Naruto menunggu. Tangannya menggapit meminta permohonan kepada Kamisama untuk menolong nyawa sahabatnya itu. Air matanya masih betah bertengger di ujung pupil meski sebagian besar sudah tercurah dengan indah di pipinya.

"Tenanglah Naruto,"

"......"

" Istirahatlah. Kau bisa sakit bila terus begini,"

"......"

" Haaah... Baka," Segera diletakkannya kepala Naruto dipangkuan Sasuke meski sedikit ada protes dari pria bersurai kuning itu.

"Istirahatlah sebentar. Aku akan menemanimu,"

"Arigatou Sasuke-sama," ucap Naruto lirih.

.........................

Tepat 12 jam kemudian dokter keluar dari ruang operasi. Wajahnya sedikit tersenyum. " Dia baik - baik saja. Tidak ada organ dalamnya yang terkena. Hanya kehabisan darah saja. Dia akan segera sadar sebentar lagi," kata sang dokter memberikan penjelasan.

Seketika tubuh Naruto lemas mendengar penjelasan sang dokter. Air matanya kembali mengalir namun kali ini karena rasa bahagia yang menyelimutinya.

" Syukurlah....,"

" Anda bisa segera menjenguk keadaannya. Kami juga sudah memindahkannya ke kamar perawatan,"

" Wakatta.... Arigatou,"

Setelah sang dokter pergi, Naruto dan Sasuke segera pergi menuju tempat perawatan. Namun ketika mereka tiba, sudah ada Uchiha Fugaku disana. Ekspresi Yuki tak mau terbaca. Dirinya hanya terdiam memandang ke arah jendela sedangkan pemimpin rumah itu memilih untuk duduk di sampingnya.

Deheman Sasuke membuat kedua pasang pria yang ada di ruangan itu memalingkan wajahnya menuju si asal suara.

" Naru-chan!" Yuki memanggil sahabatnya. Meski terdengar lemah namun Naruto langsung memeluk pria itu.

" Syukurlah kau baik - baik saja kawan,"

" Kau tahu. Kau membuat jantungku hampir berhenti karena melihat kondisimu,"

" Terimakasih Naru karena sudah menolongku,"

" Hmmmmm,"

Senyum Yuki membuat Naruto yakin akan kondisi sahabatnya itu.

" Lalu apa yang sebenarnya terjadi Yuu-chan?" Tanya Naruto.

" Entahlah.... Tapi ketika berada di kamar, tiba - tiba saja ada pria berjubah hitam menyerangku,"

" Kau tahu siapa dia?"

Yuki hanya menggelengkan kepala.

" Mungkin saja peliharaan seseorang yang menyerangmu," kata Sasuke tiba - tiba berucap.

" Maksud anda sasuke - sama?"

"Entahlah..hanya saja semua korban yang diserang adalah kesayangan 'seseorang'," ucap sasuke sambil memandang Fugaku. Sedangkan pria paruh baya itu lebih memilih mengacuhkan sindiran sang anak.

Mengetahui tak ada reaksi dari Fugaku, Sasuke hanya mendengus kasar meninggalkan ruangan Yuki. Dan tanpa disadari sang ayah mengikuti si surai hitam itu keluar.

" Kuharap pembunuh itu tak menyentuh 'pria kecil'mu itu," sindir Fugaku ketika keduanya sudah berada di luar ruangan.

" Apa maksudmu?" Mata Sasuke menyalang tajam memandang sang ayah.

"Memangnya kau tak tahu jika 'pria kecil'mu itu juga kesayanganku. Dan bahkan PRIA YANG PALING INGIN AKU TIDURI," ucap Fugaku menekan tiap katanya sembari tersenyum penuh seringai.

"Kau.....," emosi sasuke meluap mendengar ucapan dari sang ayah. " Jika ada yang berani menyentuhnya sedikit saja. AKU YANG AKAN MEMBUNUHNYA. Tak peduli jika itu AYAHKU SENDIRI".

Senyuman mengejek menjadi jawaban dari Fugaku sembari dia berlalu. Namun baru beberapa meter dia berjalan, pria itu menghentikan langkahnya dan memandang sang anak. " Malam ini....,"

Mendengar ucapan sang ayah, darah sasuke terasa mendidih panas. Wajahnya memerah dan matanya menatap nyalang punggung sang ayah.

Segera setelah Fugaku pergi, Sasuke mengambil handphone miliknya yang terletak di saku celanannya.

"........"

" Selidiki kasus ini,"

"......."

" Aku tak peduli,"

"......."

"Bunuh saja,"

"........"

Ingin dihempasnya handphone yang tengah dia genggam. namun urun dilakukan setelah mendengar suara naruto yang memanggilnya.

" Sasuke - sama,"panggil Naruto berjalan ke arah sang tuan.

"Hn,"

"Ayo kita kembali,"

"Hn,"

Segera mereka beranjak pulang. Tak ada percakapan berarti selama perjalanan pulang.

Sesampainya di rumah, Sasuke langsung menarik lengan Naruto menuju ke kamarnya.

" Malam ini tidurlah di sini," perintah sasuke yang menimbulkan tanda tanya di wajah naruto.

"Tapi...,"

" Ini perintah naruto,"

" Baiklah Tuan," ucap Naruto tak mampu menolak.

"Mandilah dulu. Aku akan keluar sebentar. Ingat jangan kemanapun kecuali aku yang menyuruhmu. Kau mengerti,"

" Hai,"

"Bagus,"

Tak berselang lama Sasuke sudah menghilang dari hadapan Naruto.

Dan seperti yang diperintahkan sang tuan, Naruto segera melepaskan pakaiannya dan memilih untuk merendam seluruh tubuhnya di bathtup. Diresapinya panas air yang mulai merangsang seluruh indra perasanya, memberikan rasa tenang di pikirannya. Apalagi aroma lily milik Sasuke yang semakin membuat matanya semakin berat untuk terpejam.

Tok... Tok...Tok

Seseorang mengetuk pintu kamar Sasuke membuat naruto yang hendak terlelap tidur langsung terjaga.

"Siapa itu?"

Tak ada sahutan di sana.

Beberapa menit kemudian ketukan kembali terdengar. Masih lembut seperti sebelumnya.

"Tttooollooong aaakkkuu..," suara seseorang terdengar lirih dari balik pintu.

Mendengar suara yang putus asa itu segera naruto mengenakan pakaian kaos dan celana pendeknya dan berlari menuju pintu kamar sasuke.

Langkahnya sempat terhenti ketika ingat apa yang diperintahkan sasuke. Namun suara dari balik pintu itu terdengar pilu membuat naruto tak tega dan langsung membuka pintu itu.

Tak ada seorang pun disana. Naruto mencoba untuk melangkahkan kakinya keluar namun tak ada siapapun disana. Hanya ada lorong kosong dengan lampu temaram yang menyala lemah disana.

Mata naruto langsung melotot, uratnya langsung menegang saat tiba - tiba ada sesuatu yang menusuk di lehernya. Dia berusaha membalikkan tubuh mencari sesuatu yang menusuknya. Namun sayang tubuhnya langsung melemas, pandangannya mengabur dan kesadarannya melemah.

"Sssaassuuukkeee- ssaammaa," ucapnya lirih ketika seseorang dengan jubah hitamnya memasukkan tubuhnya kedalam sebuah karung hitam besar dan langsung membawanya meninggalkan kediaman Uchiha menuju kegelapan malam.

Tak berselang lama, Sasuke tiba. Namun tak ditemukan tanda - tanda keberadaan Naruto. Dirinya semakin curiga saat mendapati kamarnya sudah terbuka. Dicarinya sang pelayanan kesetiap sudut ruangan. Sayang tak ditemukan apapun disana. Hanya ada sebuah ponsel tua berwarna hitam kusam yang terletak di tengah kasurnya.

Segera diraihnya ponsel itu dan hanya ditemukan satu nomor yang ada di sana. Langsung ditekannnya nomor itu. Tak lama kemudian terdengar suara seseorang yang mengangkat.

"SIAPA KAU! DIMANA NARUTO?"Teriak Sasuke penuh amarah.

Bersambung........

Hai teman - teman. Terima kasih sudah membaca karya saya. Mungkin banyak dari kamu masih bingung mengapa cerita sasunaru kali ini jauh dari sinopsisnya?

Ya karena ini baru awalnya saja. Sebab masih banyak rahasia yang masih belum tersingkap. Sebab aku ingin menciptakan sebuah cerita yang penuh dengan banyak kemungkinan.


AUTORENGEDANKEN
ambar260292 ambar260292

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Creation is hard, cheer me up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C5
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen