Keesokan harinya, Tsai Fei terbangun ketika matahari belum terbit. Kira-kira pukul 5 pagi. Dia sudah terbiasa dengan jam bangun yang teratur sejak masa kecilnya. Walau ketika ada ayah dan ibunya, Tsai Fei selalu malas bangun pagi. Rasa kantuk dan mata tertarik lebih kuat dibandingkan semangat untuk bangun pagi atau melakukan latihan tata krama.
Jika sang putri mulai berulah, biasanya hanya ayahnya yang bisa menyelesaikan perkara kenakalan Tsai Fei.
Sang putri membuka matanya perlahan dan dia sedikit merasakan dadanya sakit mengingat semua kenangan indah di masa lalu.
Tsai Fei tidak pernah menyangka bahwa kenangan kenakalan dirinya bisa menjadi ingatan indah di masa sekarang. Untuk saat ini dia sangat menyesali perbuatannya di masa lalu. Anak muda dengan segala kebebasannya, kini berubah menjadi kesendirian dan ketidakmampuan melakukan apa pun. Tsai Fei sekarang hanya seorang putri yang dalam pelarian. Entah bagaimana dia bisa merebut kembali kekuasaan demi kehormatan ayahnya dan janjinya pada sang raja.
"Ayah, aku merindukanmu," gumam Tsai Fei tak bisa menahan rasa rindunya yang mendalam.
Beberapa kata yang terucap berupa kerinduan mendalam pada sang ayah. Entah berapa kali dia memanggil nama ayahnya dan berapa kali pula mata indah itu meneteskan air bening tanpa sadar.
"Kau!"
Perempuan itu duduk dan menatap pria yang di hadapannya dengan tajam. Sedikit rasa kesal, malu dan juga ... bagaimana dia harus mengatakannya? Terasa terciduk? Entahlah, yang pasti Tsai Fei merasa aneh.
Tsai Fei terkejut ketika dia selesai menangis diam-diam. Ternyata dia tidak benar-benar diam-diam, seseorang sudah mengamati dirinya sejak lama. Entah itu kesalahan Tsai Fei yang tidak waspada atau pria itu yang salah karena melihat seseorang dalam kepedihannya.
"Aku kenapa?" ucap Qin Lang dengan ragu bagaikan seorang pemuda bodoh yang baru saja tertangkap basah mengintip gadis cantik mandi atau berdandan.
"Kau tidak bisa melakukan hal memalukan itu. Mengintip itu perbuatan bodoh dan terlarang. Kau tahu, kau bisa dipenggal karena mengintip putri," ucap Tsai Fei asal bicara saja.
Kenangan masa lalunya membawa dia agak tenggelam dalam keindahan dan juga kepedihan yang tercipta dalam satu malam. Sebagai manusia biasa, Tsai Fei butuh waktu untuk melepaskan dan merelakan segalanya. Sekarang dia belum cukup untuk menyusun rencana, kemampuannya belum mencapai tahap tersebut.
"Putri? Lagipula aku hanya melihatmu bukan mengintip," jawab Qin Lang dengan ragu.
Pria yang selama ini tidak pandai berkata-kata, mendadak jago memainkan kata dan jawabannya pada Tsai Fei. Memang dalam kondisi terdesak semuanya bisa berubah dan menjadi tidak biasa.
"Maksudku seorang gadis. Kau tidak bisa mengintip gadis!" teriak Tsai Fei. Dia sengaja meninggikan suaranya agar terdengar marah dan menutupi kesalahan katanya barusan. Dia hampir saja membocorkan rahasia dan menjadi bodoh seketika.
"Gadis? Kau menyebut dirimu gadis? Bukankah itu lucu?"
Qin Lang tertawa terbahak-bahak. Baru kali ini dia menertawakan seseorang dengan begitu puasnya. Melihat wajah Tsai Fei yang kesal, dia malah merasa kalau itu semakin lucu dan menyenangkan. Entah sejak kapan Qin Lang menemukan cara untuk mem-bully seseorang. Dia merasa menemukan keindahan dan juga keunikan ketika bersama Tsai Fei.
Tsai Fei mendecih kesal, "Cih! Apa yang salah dengan itu? Aku benar-benar perempuan," ucapnya sambil menatap dadanya dan seolah dia memang butuh pengakuan kalau dia memang perempuan.
Seumur hidupnya baru kali ini dia merasa butuh menjelaskan jati dirinya. Selama ini dia malah lebih suka menjadi laki-laki, apakah sesuatu sudah terjadi pada Tsai Fei sampai dia membutuhkan pengakuan?
"Tidak, tidak! Aku sudah gila. Kenapa aku merasa sedih dan butuh pengakuan dari pria bodoh ini? Dia bahkan terlalu bodoh menjadi temanku. Tidak mungkin! Aku pasti sudah gila. Terlalu lama bersama rakyat jelata aku menjadi bodoh begini," jerit Tsai Fei dalam hatinya.
Walau menderita dalam batin, dia tetap berusaha tampak tenang walau usahanya itu akan sia-sia di hadapannya Qin Lang.
"Baiklah, kau memang perempuan tak perlu melepaskan pakaian untuk membuktikannya. Aku percaya!"
Qin Lang merasa malu dan merona karena Tsai Fei. Tingkahnya sangat absurd dan seolah dia adalah gadis yang nekad melepaskan pakaiannya demi membuktikan bawah dirinya memang seorang gadis.
Tsai Fei menyadari kebodohannya, dari tadi dia masih memegangi kerahnya dan memang terlihat seperti hendak melepaskan pakaiannya. Baju merah itu terlihat rapuh dan sedikit lagi akan terbuka. Bagaimana bisa seorang putri melakukan hal bodoh di hadapan pria tak dikenal?
Tsai Fei sangat malu dan merasa dirinya bisa mati atau ingin menghilang aja dari muka bumi. Mendadak dia juga menjadi pemalu dan aneh. Semuanya tidak normal dan entah sejak kapan Tsai Fei memiliki perasaan itu.
"Apakah aku sudah dewasa? Ayah dan ibu selalu bilang bahwa aku akan menjadi malu kalau sudah dewasa?"
Tsai Fei berbicara dalam hatinya dan mengorek ingatan di masa lalu. Dia dan segala keindahan itu memang tak mungkin bisa dilupakan begitu saja. Ayahnya selalu mengatakan bahwa dia akan berubah jika sudah dewasa. Lalu, ibunya hanya bisa pasrah mendengar nasihat yang sebenarnya adalah pembelaan sang raja pada putrinya. Putri kecil yang terlalu dimanjakan sampai dia tidak pernah merasa terkekang dan bebas melakukan apa pun bagaikan anak laki-laki.
"Tidak mungkin! Apakah benar kata ibu?"
Tsai Fei menggali lagi kenangannya. Ibu pernah mengatakan kalau dia akan menjadi sangat aneh dan pemalu jika suatu saat mencintai seorang pria. Tsai Fei ingin muntah dan berlari keluar dari gua.
"Hei, mau ke mana?" tanya Qin Lang kebingungan. Dia tidak melakukan apa pun dan sekarang gadis itu terlihat aneh.
Sambil menggaruk kepalanya dia berjalan mengikuti Tsai Fei. Tentu saja setelah membereskan semua sisa api dan segala macam untuk tidak meninggalkan jejak di sana.
"Gadis ini memang aneh. Andai aku bisa memilih, tidak mau berurusan dengan gadis," kata Qin Lang sambil memprotes entah kepada siapa.
Dia tidak memiliki ide soal perempuan. Terakhir berhubungan dengan seorang perempuan itu adalah ibunya dan Jiang Ning hanya sebentar saja. Dia tidak begitu dekat. Jadi kalau pada umumnya bajak laut selalu identik dengan perempuan dan pencurian, maka bajak laut yang ini malah tidak memiliki pengalaman dengan perempuan. Dia terlalu polos untuk mengerti segala hal busuk itu.
"Gadis memang aneh," ucap Qin Lang sambil berjalan keluar gua. Ketika dia melihat ke luar, dia mendengar teriakan dan itu pastilah milik Tsai Fei.
"Fei!" teriaknya sambil berlari.
Begitu sampai di mulut gua, segerombolan orang muncul dengan pakaian compang-camping. Mereka pastilah pencuri atau perampok.
"Jangan bergerak!" teriak seseorang dan Qin Lang mematuhi mereka karena Tsai Fei sudah ditangkap dan ditodongkan pisau di lehernya.