App herunterladen
42.85% An Empress and Warrior / Chapter 15: Melanjutkan Perjalanan

Kapitel 15: Melanjutkan Perjalanan

Terpisah dari kejadian aneh dan tidak terduga yang dialami oleh Qin Lang dan temannya di tempat lain, Tsai Fei kembali melanjutkan perjalanan. Entah ke mana tujuannya, dia belum tahu. Dia tidak boleh terlalu lama berada di rumah nenek dan kakek tua itu. Selain tidak enak menumpang hidup, dia juga tidak mau menjadi beban. Siapa tahu ada yang mengikuti dan tahu identitas sang putri.

Sepanjang perjalanan dia hanya sendirian berteman keledai muda yang diberikan oleh sepasang kekasih tua itu.

Fei awalnya menolak dan karena keduanya terus memaksa, Fei memberikan mereka kancing bajunya yang terbuat dari emas.

"Semoga mereka baik-baik saja dan tetap bahagia tanpaku," gumam Fei sambil menghela napas.

Dari kejauhan dia menatap ke arah pelabuhan dan desa kumuh itu. Beberapa hari tinggal di sana sudah cukup untuk menabung energi dan melanjutkan perjalanan yang entah ke mana rimbanya.

Dia ingat bahwa ayahnya pernah membawanya ke sebuah desa. Desa kecil tempat ibunya berasal. Mungkin saja di sana dia mendapatkan keluarga. Kalau tidak, Fei bertekad hidup sebagai pengembara. Namun, tak selamanya dia bisa hidup seperti itu. Pesan ayahnya adalah perintah yang harus dilaksanakan, hanya dia yang tahu di mana pedang kerajaan dan hanya dia harapan yang masih hidup.

"Hidup terlalu kejam padaku, jadi aku harus lebih kuat," kata Fei seolah bisa mengajak bicara si keledai muda yang manja itu.

Fei terkekeh pahit. Sejak kecil hidupnya selalu saja enak walau tidak manja dan kini dia menjelajahi dunia hanya seorang diri. Terkadang, bayangan ayah, ibu dan kakak-kakaknya muncul bagai mimpi manis sekaligus buruk.

"Baiklah, sekarang hanya ada kita berdua. Setidaknya tidak terlalu kesepian," ucap Fei sambil menatap ke arah pelabuhan.

Dia terkejut begitu melihat asap dan pelabuhan itu sudah menjadi lautan api hanya dalam sekejap. Dia hanya beristirahat tidak lebih dari 30 menit dan kondisi di bawah sana sudah sangat berubah.

"Apa yang terjadi?"

Batin Fei menjadi tidak tenang antara akan melarikan diri atau turun mencari keberadaan dua orang tua yang sudah menolongnya.

Kalau dia turun bukankah itu cari mati? Namun, jika dia memilih kabur, apakah dalam sekejap sang putri sudah berubah menjadi seorang perempuan yang bodoh dan pengecut?

Pergolakan batin begitu dalam dan menyakitkan kepala.

"Bagaimana ini. Kalau kabur aku akan menjadi pencundang dan seumur hidup dalam pelarian," gumam Fei.

Menarik napasnya dengan dalam, akhirnya Fei memutuskan untuk kembali ke bawah sana (dari dataran yang lebih tinggi, karena pelabuhan biasanya ada di posisi yang lebih rendah).

Kalau harus mati, dia akan mati sebagai ksatria. Hanya itu yang ada dalam benaknya.

"Aku akan mati terhormat," gumamnya sambil meneruskan perjalanan dengan gerakan agak lambat karena keledai tidak secepat kuda.

Sesampainya di tempat tujuan, Fei hanya menemukan puing-puing dan api. Tidak ada manusia hidup atau jeritan. Entah mereka sudah mati atau sudah melarikan diri, Fei berharap yang kedua.

"Ada orang!"

Beberapa prajurit terlihat sigap berlari ke arahnya dan menodongkan senjata pada Fei yang sudah kalah jumlah dan kekuatan.

Fei hanya bisa pasrah dan berharap ini bukan jebakan.

"Kau siapa? Kenapa kau di sini?" tanya seseorang padanya.

Pasukan itu terlihat berpakaian rapi dan mahal, tetapi Fei yakin mereka bukan pasukan kerajaan.

"Apa kalian dari kerajaan?" tanya Fei pura-pura bodoh.

Para bandit itu tertawa terbahak-bahak. Mereka ada yang meludah dan menghina kerajaan.

"Tidak ada kerajaan atau raja di sini. Hanya yang kuat yang bisa bertahan. Kau tahu, raja atau apa pun itu, mereka hanya orang lemah. Tidak pernah ada seperti itu di sini," jelas seseorang yang berperut buncit dengan wajah sinis dan terlihat kejam.

Wajahnya dipenuhi dengan sayatan dan bekas luka. Fei menduga kalau orang ini pasti sudah berkali-kali masuk ke dalam jurang kematian dan akhirnya terselamatkan.

"Lalu, apa yang kalian lakukan di sini? Kenapa membunuh orang tidak bersalah?" tanya Fei penasaran.

Seseorang meludah di hadapannya.

"Kau hanya sandera dan berani bertanya banyak?"

Pria itu tertawa terbahak-bahak dengan suara yang menyebalkan dan sangat mengganggu telinga.

Dia sangat kesal, tetapi Fei tidak bisa melakukan apa pun. Ini bukan di istana yang semua keinginannya bisa tercapai hanya dengan ucapan saja. Terlebih lagi, kerajaan itu sudah punah dan diambil orang lain. Sekelompok bajingan yang tidak tahu diri.

"Kau cantik juga."

Seorang pria datang mendekat dan mulai menyentuh dagu Fei. Wajahnya begit bengis dan terlihat seperti orang yang sangat tampak.

"Sialan kau! Berani menyentuh aku!"

Fei berteriak, tetapi sia-sia. Dua pria lainnya sudah menahan dirinya dan tidak bisa bergerak lagi. Fei sengaja tidak melawan demi keselamatan dirinya.

Ketika pria bengis itu hendak menyentuh dia lagi, seseorang menghentikan. Seorang pria dengan topeng hitam menutupi wajahnya.

"Sebaiknya jangan sentuh dia dan bawa sebagai tawanan. Dengan begitu tuan akan senang," kata pria itu tanpa mengenalkan dirinya.

Semua orang terlihat begitu sopan dan takut padanya.

"Aku tidak takut mati," kata Fei mengancam.

"Tapi aku tidak menginginkan kematianmu," jawab pria itu dengan tenang.

Pria penjahat dengan ekspresi tampan, wajah tenang dan suara yang dalam selalu lebih menakutkan dibandingkan dengan penjahat ganas dengan emosi yang meluap-luap. Fei kini merasa dirinya sudah dalam masalah yang sesungguhnya.

"Kau tidak tahu siapa aku," kata Fei seolah dia masih bisa mengancam.

"Kenalkan dirimu di depan tuan, aku tidak membutuhkan identitas. Bahkan, jika kau turunan surgawi itu tidak berarti apa-apa bagiku. Aku sudah lama seperti ini, tidak percaya surga dan neraka," jelas pria itu masih dengan nada suara yang stabil.

Fei pernah mengenal seseorang yang seperti ini, dia adalah He Xue pelatihnya sejak kecil yang sudah dianggap sebagai teman dan paman.

Diam-diam dia mengingat kembali pamannya itu.

"Kau, kalian semua bajingan," ucap Fei untuk pertama kalinya berucap dengan sangat kasar.

"Simpan tenagamu dan kuberitahu, hanya bajingan yang bertahan hidup lebih lama. Kalau kau ingin hidup lama, jadilah bajingan dan lupakan menjadi orang baik. Tidak ada orang yang benar-benar baik di dunia ini. Mereka hanya baik pada orang tertentu dan baik itu sangat subjektif," jelas pria itu.

Fei terdiam dan tidak melawan. Entah kenapa ucapan manusia di hadapannya ini begitu benar dan dalam.

Pria itu memerintahkan pasukannya untuk bersiap pulang. Siapa sangka mereka menemukan Fei di tengah pelabuhan jelek dan buruk itu.

"Kita kembali saja, Jiang Feng si bajak laut sudah musnah dan sekarang pelabuhan ini hanya tinggal kenangan dan nama saja," kata pria bertopeng itu dan mereka bersiap berangkat.

Fei masih terdiam dan belum bisa memutuskan dalam pikirannya apakah yang terjadi saat ini berkah atau malah bencana?

"Kusarankan kau jangan melawan dan membuang energi," jelas seseorang dan mereka bertolak ke suatu tempat yang tidak diketahui Fei.

Baru beberapa hari jadi buronan dan kini Fei resmi menjadi tawanan dari sekelompok orang yang tidak dikenal.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C15
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen