App herunterladen
20.83% My Lolicon Boy Friend [BL] / Chapter 5: 05

Kapitel 5: 05

"Insiden yang goblog"

.

.

.

.

.

.

.

Saat ini gue masih di tengah-tengah kerumunan orang, soalnya Justine masih berkelahi. Gue penasaran juga sih tuh anak berkelahi dengan siapa.

Gue terobos saja tuh kerumunan dengan Evan dan Ian ngekor di belakang gue, berapa kali Evan manggil gue, gue heraukan. Soalnya gue mau tau Justine berkelahinya sama siapa.

Gue akhirnya sudah terobos kerumunan, dan udah gue Liat Justinenya. Justine lagi injak tubuh seseorang! Sekali lagi nginjak tubuh seseorang!

Kayaknya perkelahiannya udah kelar.

Itu siapa yang dia injak sih?

Dan Si Alex ternyata udah ada disana, saat ini dua orang itu lagi berbicara.

Mereka bicara apaan ya, kayak serius gitu.

Gue melangkah kedepan, mencoba untuk mendengar apa yang mereka bicarain. Tapi percuma! Suara para manusia ini lebih ribut!

"Nenen! Lo mau kemana?!" Evan setengah teriak ke gue dari belakang.

"Gue mau kedepan! Gue kesempitan disini!"

Saat gue melangkah lagi, saat itu juga keseimbangan gue gak bisa gue kuasain, gue miring kesamping kemudian salah satu kaki Gue kesangkut dengan kaki gue yang lainnya, akhirnya gue terjatuh kedepan dengan posisi nyium lantai.

Brukk!

Tidakk!! Wajah manis ku!

Kerumunan yang tadinya ribut, menjadi Sunyi. Gue tau kenapa bisa jadi sunyi.

"Pedo!" Evan teriak.

Elah nih anak manggil gue begitu, gue tambah malu oi!

Udah jatuh dibilang pedo lagi.

Mau taruh dimana muka gue ini!?

"Nenen gimana? Masih idup dia?"

Ian bertanya nya kurang ajar bener.

Gue gak boleh cium lantai terus-terusan nih, bisa-bisa wajah imut dan manisku ternodai dengan bakteri!

Gue angkat badan gue dengan perlahan, tapi tetep dengan kepala menunduk.

Evan bantuin gue berdiri dengan Ian.

Kalem nen, kalem. Ntar lu di ketawain, kan bisa malu gue.

Gue angkat kepala gue, dan natap Evan dengan Ian yang saat ini mereka tersenyum idiot.

"Anjing lo." kata Gue pada Evan.

"Di tolong malah begitu."

"Lo tadi belajar salto ya nenen? Kok itu wajah bisa sampe cipokan sama lantai sih?" Ian bertanya, di akhir kalimat dia tertawa kecil.

Nah kan, gue dah di ejek.

"Gue tampol lu sekarang mau?" tanya Gue pada Ian. "Coba kalo lo bisa."

Gue bisa lah, dikira gue gak berani gitu nampol dia?

Gue langsung tampar kepalanya dengan keras.

Bukan nampol sih, soalnya gue dah geram sama nih anak dari tadi.

Gue bisa rasain para penonton masih mandangin Gue.

Gue balik arah dengan natap para penonton itu sambil berkacak pinggang.

"Ngapain lo semua natap gue? Belum pernah liat cowok manis jatuh nyium lantai?"

Gusti! Reputasi gue!

"Bubar lo pada semua! Perkelahiannya juga udah kelar!"

"Bubar oi bubar!" Evan ngebantu gue bicara sambil hush-hush cantik mereka.

Dan akhirnya sedikit demi sedikit kerumunannya bubar.

Demi apa, ini gue barusan ngelakuin apa sih? Gak ada banget faedahnya :") malah buat harga diri gue jadi malu-malu meong!

Gue kembali natap Alex dan Justine, yang saat ini natap heran gue.

Anju!

"Apaan lo dua orang natap gue kayak gitu?"

Kalem nen, kalem. Meski saat ini lo benar-benar malu, tapi sebagai pria lo harus kalem di situasi mana pun!

"Lo gak apa-apa kan?" Alex bertanya.

Kok cuma elu sih yang khawatirin gue Alex?

Evan sama Ian sudah cekikikan.

Justine cuma natap gue.

"Evan bawa nen ke uks, siapa tau ada yang luka. Ntar gue nyusul kesana, gue masih harus kelarin masalah ini."

Pernah liat adegan dimana seorang koboi siap menembak dengan koboi lainnya dengan keheningan padang pasir?

Kayak gitu situasinya Alex dan Justine.

"Pedo, ayo kita ke uks, siapa tau bibir lo luka gegara cipokan sama lantai." ejek Evan, yang langsung gue jambak rambutnya dengan sekuat tenaga.

"Gue sunat lo 2kali baru tau rasa." kata Gue kesel, Evan langsung nutup itunya dengan takut.

Akhirnya gue diseret pergi oleh Evan dan Ian, padahal gue penasaran itu dua orang ngomongin apaan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"BUAHAHA!! ANJER LO PEDO! CIPOKAN SAMA LANTAI!"

Itu yang ketawa si Manis, Ketawanya sampai muncrat di wajah manis gue.

"Lo ketawa gak usah sampe hujan gitu oi"

Tetep aja tuh Manis masih ketawa ngakak,  Ian sama Evan sudah ketawa sampe perutnya sakit.

Dikira gue gak malu di ketawain kayak gitu?

Gue malu lah.

"Si Alex peratian banget sih sama lo nenen." ujar Ian sambil cengir.

Gue langsung lempari dia bantal kepala yang gue pake.

"Asu lo, masih sempat banget bernarasi kayak gitu."

Bibir gue luka, tapi gak parah. Bagian bawah ujungnya sedikit ada bercak darah, jadi gue isap-isap biar darahnya gak kering. Lagian guru UKSnya istirahat.

Soal istirahat, gue belum makan. Perut gue bergerumuh merdu.

Tapi kalo gue balik ke kantin, bisa-bisa gue di tatap tajam dengan pengunjung kantin gara-gara aksi ceroboh gue.

Kalo dihitung dari skala 0% sampai 100%, saat ini reputasi gue ada di pertengahan 50%, secara tadi gue udah jatuh, terus usir para penonton tanpa tau malu, bisa gue pastikan reputasi gue saat ini turun 20% menjadi 30%, hampir mendekati kelas bawah yaitu pecundang.

Hadeh..

Gue cuma mau hidup sebagai siswa biasa aja oi!

Ini kalau gue sampe jadi pecundang, bisa-bisa ceritanya berubah jadi gloomy, unsur Humornya hilang!

Parah ini.. Parah banget!

"Wei, gue lapar.." teman-teman pada natap Gue.

"Yah makan lah kalo lo lapar, ribet banget!" kata Ian. Ini anak gak kapok-kapoknya gue pukul, mungkin gue sembelih nih anak baru dia kapok.

"Beliin gue makanan napa."

Gue canda bilang begitu, siapa tau tiba-tiba ada malaikat nyantol di salah satu mereka, dan dengan senang hati mau beliin gue makanan. Siapa yang tau yekan?

"Lo punya kaki, punya tangan, gunain." celetuk Evan.

"Yah mana bisa lah gue kekantin gara-gara insiden jatuh cakep gue." bela Gue.

"Kalo lo lapar lo makan aja yang ada disini" kata Manis

"Makan apaan yang ada disini?"

"kasur kek, pintu kek." katanya yang langsung gue pelototin.

"Emang gue Rayap!?" si Manis cengir.

Ternyata gak ada satu pun malaikat yang nyantol di mereka bertiga, semuanya bangsat bener.

Puasa sehari kayaknya gue bisa, minum air cukup lah..

Miris banget hidup gue, besok gue mau makan gimana?

Aduh gusti..

"Yang lebih penting kalo lo udah ciuman sama lantai, itu berarti first kiss lo sama lantai dong!?" kata Manis sambil histeris.

Mana ada woi! Itu gue kecelakan, yakali first kiss sama benda mati.

"Unchh! unchh! Mau dong di cipok lagi sama lantai!" Evan bicara ala nada anak alay yang minta di jablay.

"Sejarah terbaru di SMA ini, si pedo ciuman di tempat umum dengan lantai!"

Sekali lagi mereka bersorak, yang buat gue jengkel.

"Sengklek mu woi!"

Dan pada saat itu, gue di pasangin sama lantai kantin. 1Harian penuh gue di cuit cuit sama anak-anak dengan lantai.

Ini mereka yang memang goblok atau cuma imajinasi gue?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Saat ini waktunya pulang sekolah, hari-hari bahagia gue pun berakhir. Dan di sambung dengan hari baru besok.

Gue saat ini ada didepan gerbang sekolah, mau menuju ke lampu merah. Bukan buat mengemis, tapi buat ambil angkot.

Secara ini tanggal tua, uang bulanan gue juga menipis, jadi gue naik angkot. Gue juga tadi udah mencoba mencari transportasi geratis dari para teman-teman, tapi alhasil.. Semuanya pada sibuk dengan organisasi masing-masing.

"Nenra!"

Deg!

Kok jantung gue berdebar ya?

Gue natap orang yang manggil gue, itu Justine.

Tapi kenapa berhenti di depan gue?

"Lo pulang naik angkot?" Justine bertanya, gue mengangguk.

"Bareng sama gue saja."

Bareng sama Justine?

Biasanya kalo preman bilang begitu, bawaanya pasti mau malakin.

Yikes!

"Gak.. Gak usah! Gue naik angkot saja."

Penolakan gue gak di dengerin, si Justine ngasih gue helm yang berarti gue HARUS bareng pulang sama dia kali ini. Tanpa a, b, c, d.

Pasti nih orang mau malakin gue.

"Naik cepat." titahnya dingin, dengan pelan-pelan gue naik ke motornya dan make helmnya.

Kalo sedekat ini dengan Justine, aroma parfumenya ternyata enak!

Motor pun di jalankan.

Sepanjang perjalan gue baca mantra.

Minyak, minyak, minyaknya pertamina.

Kata abang gue, itu mantra manjur kalo di sebutin 3kali. Jadi gue sebutin. Kali aja manjur.

Dalam perjalanan, keheningan menyelimuti kami. Cowok talkative kek gue paling gak tahan sama keheningan seperti ini!

Gue harus cari topik pembicaraan, ntar kalo gue asal bicara. Dia pasti nonjok gue!

Kan kasian wajah manis dan imut aku ini, tehee~ 😋

"Di rumah lo ada air mineral?" Justine tiba-tiba bertanya.

Tapi itu pertanyaannya kok gitu ya?

Kan semua rumah punya air mineral buat diminum, etdah..

"Ada." jawab Gue

"Gue minta ya, tenggorokan gue panas juga Bibir gue sampe pecah-pecah gini."

Bukannya kalo sudah begitu lo mestinya minum cap kaki 3?

"Ok sip.."

"Sekalian mau ketemu sama miaw."

Gue memang sudah menduga, tujuan pertama lu itu ketemu sama kucing item itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Justine satu kali teguk air putih dingin yang gue sediakan. Untungnya gue gak sediakan segelas saja, tapi langsung sekaligus termosnya. Biar tuh anak puas minum sampe muntah-muntah.

"Lo haus banget ya?"

Justine mengangguk dan naruh gelas di meja.

"Gue juga lapar.." katanya.

"Kalo lapar ya makan lah."

Justine natap gue, gue tau tatapan itu. Tatapan orang minta makan.

"Gas rumah gue habis." bohong gue, aslinya bahan pokok makanan gue dah habis. Telor sama mie aja gak ada.

"Berarti lo gak bisa makan?" tanya Justine lagi.

"Iya. Tapi ada sisa roti kemarin kok, gue makan apa adanya aja."

Justine menaikkan sebelah alisnya. "Miaw mana?"

"Ada di kamar, gue ambilin" Justine mengangguk.

Gue buka pintu kamar gue, dan pas itu juga Miaw langsung keluar.

Nih kucing, giliran majikan aslinya muncul dia buru-buru hampiri.

Etdah..

Gue kembali lagi ke ruang tengah. Si Miaw sudah ada di pangkuannya Justine.

"Miaw sudah makan?" Justine bertanya pada gue.

"abang gue udah beri makan dia."

Justine ber ohh ria.

"Kakak lo kerja ya?" Justine bertanya Lagi.

"Iya, mereka pulangnya malam jam 8."

"Ohh.. Mau nemenin gue ga?"

Justine natap gue jadi otomatis gue natap dia, kami berdua saling bertukar pandang.

"Nemenin kemana?"

Tidak butuh jawaban yang Lama, si Justine langsung jawab "Makan. Gue belum makan jadi temenin gue."

Kalo gue temenin dia makan doang, kan gak enak. Yang ada gue jadi ngiler.

Tapi..

Uang gue di dompet sisa 20rb!

Uang angkot gue :")

Justine angkat Miaw, terus cium.

Wei, kucing di cium. Keenakan tuh kucing

Setelah itu menurunkan Miaw di lantai, dan Justine ambil jaketnya lalu natap gue.

"Ga usah ganti baju, kita langsung pergi." katanya yang kemudian berlalu.

Tau aja lu, kalau gue mau ganti baju.

Ya, mungkin gak adil juga gitu kalo semisalnya gue ganti baju, terus Justinenya tidak.

Gue ambil jaket dan cus keluar.

Gue liat Justine sudah menunggu di motornya, gue hampiri tuh anak. Sebelum itu gue kunci gerbang, biar gak ada maling yang masuk.

Justine lempar helmnya ke gue, Gue tangkep. Nih anak gak sabaran banget.

Gue tau lu laper, tapi gak usah buru-buru gitu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tempat pemberhentian kami bukan di rumah makan maupun di restaurant, tapi di tempat angkrian samping jalan, yaiyalah di samping jalan ogeb.

"Mas, baksonya 1." kata Justine, "lo gak pesan?" Justine bertanya sama gue.

"Enggak.."

"Kenapa? Kan lo belum makan, gue yang bayar."

"Gausah, gue–"

"Gak perlu banyak bacot, gue yang bayar, dan lo mesti makan. Mas baksonya kasih jadi 2"

Gue melongo tak percaya natap Justine, dia memaksa banget jadi orang.

Tapi, kalau memang gue di bayarin, gue gak boleh sok nolak.

Jika itu geratis maka aku suka!

Muehehe..

Uang 20rb gue akhirnya bisa utuh. Alhamdullilah ya, sesuatu 😙

Pesanan gue dan Justine pun selesai, mas-mas tukang baksonya kasih kami bakso yang sudah jadi itu.

Gue ambil botol kecap, dan menuangkannya di bakso gue. Setelah selesai, gue aduk. Dan santap.

"Lo cuma pake kecap doang?"

Gue mengangguk dan noleh ke Justine, si Justinenya naroh sambel nya banyak banget di baksonya. Sampe-sampe aroma tajam dari sambel itu bisa gue cium.

Nih anak gak takut sakit perut apa? Banyak gitu naruhnya.

"Lo takut makan sambel ya?" Tanya Justine kemudian

"Tidak, gue kalo makan sambel, Bawaannya kepedisan terus." Kata gue

"Yaiyalah kepedisan, namanya juga sambel nenra." Kata Justine

"Bukan maksudnya begitu, tapi pedisnya itu bisa sampe 1harian penuh." Jawab gus

Justine natap bingung gue. "Kok bisa?"

"Lidah gue sensitif sama yang pedis-pedis."

Jangan kan lidah, perasaan gue juga sangat sensitif kalo soal perbandingan lolicon dan pedo :")

"Ohh.."

"Ohiya just, tadi gue sempat liat aksi perkelahian lo."

"Gue juga sempat liat aksi jatuh cipok lantai lo tadi."

Seketika bakso yang gue telen kesangkut di leher gue, untuk kesekian kalinya.

Anjer, nih anak.. Bercandanya gak lucu amat.

"Asu.." kata gue dalem hati, gak mungkinlah gue langsung bilang begitu dengan dia, dia itu Berandalan. Plus juga tadi dia habis mukul anak orang. Ntar bakso gue gak jadi dia bayarin, kan bisa berabe. Rejeki gue hilang sudah.

"Lo berkelahi dengan kelas berapa tadi?"

"Teman kelas gue."

"Kok bisa?"

"Yaiyalah bisa, kan dianya yang bikin kesal jadi akhirnya gue hantam. Beruntungnya dia belum meninggal."

Ngeri banget lo, sumpah..

"Kasian banget teman lo.."

"Semua yang liat gue berkelahi pikirannya juga kayak lo. Malah kasihani yang gue pukul, padahal biang yang buat gue marah itu dia."

"O-oh.. Gitu ya..?"

Kok gue malah ngerasa bersalah habis ngomong kayak tadi?

"Lah.. Itu kan nenen, kok bisa sama justine?"

•To Be Continued•


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C5
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen