Mei-Yin baru saja keluar kelas. Ia tetap berdiri di depan pintu kelasnya hingga satu per satu teman-temannya dijemput.
Setengah jam sudah berlalu tapi Xiao Yi belum juga tampak. Akhirnya Mei-Yin memutuskan untuk pergi mencari dimana keberadaan Xiao Yi.
Cukup lama gadis kecil itu berkeliling. Suasana di sekolah juga sudah sepi. Ia sudah hampir menangis karena tidak kunjung menemukan Xiao Yi.
"Bibi, dimana?" panggil Mei-Yin dengan rasa ketakutan.
Gadis kecil itu cemas ditinggalkan sendirian karena ia tidak tahu arah jalan pulang.
Di depan pintu gerbang, Li Zheng Yu memarkirkan mobilnya. Ia bergegas menjemput Mei-Yin setelah mendapatkan kabar dari Ling Zhi jika putrinya belum pulang.
"Kemana sebenarnya gadis itu membawanya?" gerutu Li Zheng Yu seraya berdecak kesal.
Baru saja sehari membiarkan Xiao Yi mengasuh putrinya. Namun sudah membuatnya merasa khawatir. Bagaimana jika sampai setahun? Mungkin setiap hari akan selalu membuatnya sangat repot.
Dengan langkah lebar Li Zheng Yu menuju pos keamanan untuk memastikan mereka masih ada di dalam atau tidak. Petugas keamanan mengatakan sudah tidak ada orang lagi karena sudah setengah jam mereka pulang. Namun Li Zheng Yu merasa ada yang janggal.
Ia belum puas jika belum memastikan sendiri. Li Zheng Yu segera berjalan melewati koridor kelas. Satu per satu ruangan ia periksa untuk mencari Mei-Yin.
Hingga langkahnya terhenti saat mendengar suara tangisan dari dari arah belakang kelas. Tanpa pikir panjang Li Zheng Yu berlari menuju arah sumber suara.
"Mei-Yin, apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau sendirian?" Li Zheng Yu lantas berjongkok di depan putri kecilnya. Mengusap air matanya yang mengalir di pipi mungilnya.
"Dimana Bibi Xiao Yi?" lanjut Li Zheng Yu dengan sangat geram kali ini. Jika sampai Xiao Yi meninggalkan putrinya, sekarang juga akan memberinya pelajaran.
"Aku tidak tahu dimana bibi," sahut Mei-Yin.
"Sebaiknya kita pulang." Li Zheng Yu menggendong tubuh Mei-Yin ke dalam pelukannya.
"Bagaimana dengan bibi?" ujar Mei-Yin.
"Biarkan saja, nanti ayah yang akan mengurusnya," ujar Li Zheng Yu dengan datar.
Niatnya menjadikan Xiao Yi pengasuh Mei-Yin adalah untuk meringankan. Namun kini justru sebaliknya, lebih merepotkan daripada sebelumnya.
Li Zheng Yu membawa pulang Mei-Yin terlebih dahulu karena ia harus makan siang.
Xiao Yi merentangkan kedua tangannya dan berguling ke samping. Ia tidak menyadari jika hanya berbaring di atas kursi panjang yang tidak terlalu lebar.
Bugh ….
"Aduh," rintih Xiao Yi sembari memegangi kepalanya dengan tangan karena membentur tanah.
"Dimana aku?" Xiao Yi memandang ke sekeliling sambil mengerjapkan kedua bola matanya untuk memperjelas pandangannya.
Gadis itu lantas menepuk jidatnya setelah mengingat dirinya masih berada di sekolah Mei-Yin.
Dengan tergesa-gesa Xiao Yi segera bangkit dan berlari menuju kelas Mei-Yin. Namun ia merasa aneh karena sepanjang melewati koridor tidak ada seorangpun yang terlihat. Suasana sekarang sudah senyap.
Tadi dengan sengaja mematikan ponsel agar tidak ada yang mengganggunya. Tapi tidak disangka ia terlalu terbuai dalam mimpi yang sangat indah.
"Kenapa semua orang menghilang?" ujar Xiao Yi dengan panik. Ia sudah memeriksa ruang kelas Mei-Yin tapi tidak menemukannya.
"Habislah aku. Tuan Li pasti akan mencincang tubuhku jika tahu Mei-Yin hilang," ujar Xiao Yi sembari mengusap gusar wajahnya.
Kemana sekarang ia harus mencarinya? Ia bahkan tidak tahu keberadaannya saat ini.
Xiao Yi mencari ke segala sudut yang ada di sekolah itu. Tapi hasilnya tetap nihil meskipun sudah berkali-kali berkeliling. Dari pada pusing Xiao Yi ke pos penjagaan tapi petugas keamanan yang bertugas tidak ada di tempatnya.
Ingin menghubungi Li Zheng Yu tapi ponselnya ternyata kehabisan baterai. Dengan langkah lesu akhirnya Xiao Yi meninggalkan sekolah itu.
Xiao Yi terus melangkah melewati trotoar karena lupa tidak membawa uang sepeserpun. Sudah cukup jauh ia melangkahkan kakinya hingga perlahan kakinya terasa pegal.
"Kemana anak itu?" gumam Xiao Yi dengan perasaan frustasi. Ia terus mengacak-acak rambutnya sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Mengamati ke sekeliling baramg kali bisa menemukan Mei-Yin.
Xiao Yi mengernyitkan dahinya ketika ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya.
Dari mobil keluar beberapa orang bertubuh kekar lantas berjalan ke arahnya. Xiao Yi beringsut mundur karena tatapan mereka mencurigakan. Serta Xiao Yi merasa tidak pernah bertemu dengan mereka sebelumnya.
"Siapa kalian?" seru Xiao Yi dengan suara lantang. Ia sudah bersiap siaga jika mereka akan melakukan sesuatu padanya.
"Sebaiknya kau ikut kami jika tidak ingin kami melakukan kekerasan," ujar salah seorang di antara mereka dengan nada dingin.
"Memangnya siapa kalian? Beraninya kalian memerintahku seenak kalian," ujar Xiao Yi sembari mendengus tanpa rasa takut sama sekali.
"Tidak usah banyak bicara dan mencoba untuk kabur karena akan sia-sia saja."
Belum sempat Xiao Yi untuk melawan kedua tangannya sudah di cekal oleh kedua orang pria tersebut.
"Lepaskan aku!" sentak Xiao Yi sembari memicingkan matanya.
Kedua pria itu tidak peduli meskipun Xiao Yi sudah meronta. Mereka justru mengikat kedua tangan Xiao Yi di belakang punggungnya.