App herunterladen
7.61% Duda Tampan : Mengejar Istri yang Kabur / Chapter 31: Bab 31 - Penawaran kedua

Kapitel 31: Bab 31 - Penawaran kedua

Xiao langsung memicingkan matanya mendengar perkataan Li Zheng Yu yang sangat tidak masuk akal.

Brakk ….

Dengan keras Xiao Yi menggebrak meja yang ada di depannya.

"Apa maksudmu?" tanya Xiao Yi dengan suara meninggi.

"Aku yakin kau tahu kemana arah pembicaraan kita karena tampaknya kau bukanlah seseorang yang masih lugu dan polos," ujar Li Zheng Yu sembari terkekeh. Merasa lucu melihat ekspresi wajah Xiao Yi malam ini.

"Kau pikir semua gadis itu sama? Mereka akan menyerahkan diri hanya karena uang?" sentak Xiao Yi.

"Aku hanya memberikan penawaran. Jika kau tidak bersedia, sama sekali tidak masalah bagiku. Silahkan kau cari setengahnya karena uang itu tidaklah sedikit. Aku tidak yakin kau bisa mendapatkannya dalam waktu dekat," ujar Li Zheng Yu diikuti dengan tawa yang meremehkan.

"Dasar pria mesum. Seharusnya kau sadar diri, umurmu bahkan tidak lagi muda. Membayangkan semalam aku bersentuhan denganmu saja membuatku jijik dan ingin berendam seharian," cibir Xiao Yi. Sama sekali tidak peduli jika pria itu akan marah ataupun tersinggung. Meski pria itu masih terlihat rupawan tapi setelah mengetahui umurnya membuat Xiao Yi merasa sangat tidak suka.

Li Zheng Yu hanya tersenyum meremehkan. Lagi pula sebentar lagi gadis yang ada di depannya juga akan bertekuk lutut. Ia tidak akan diam saja setelah  di masa lalu gagal menikah dan sekarang Xiao Yi berani menghinanya.

"Cepat berikan uangnya karena aku harus segera pulang," desak Xiao Yi agar tidak perlu berhadapan dengan Li Zheng Yu lagi. Setelah ini ia juga harus pergi ke tempat lain untuk meminta bantuan.

"Kau tidak perlu khawatir. Anak buahku sudah berangkat ke rumah kalian. Mereka pasti akan menyelesaikan semuanya."

"Benarkah?" Xiao Yi menyipitkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang dikatakan pria itu.

"Jika kau tidak percaya bisa menghubungi temanku. Aku bukanlah tipe pria yang suka berbohong."

"Awas saja jika sampai kau berbohong. Aku akan membuat perhitungan padamu," ancam Xioa Yi. Sebelum akhirnya meninggalkan ruangan Li Zheng Yu.

"Kau memang gadis yang sangat menarik," gumam Li Zheng Yu dengan seringai penuh arti. 

================================

Dengan nafas terengah-engah, Xiao Yi sudah berada di depan rumah. Terlihat kini ada beberapa orang pria asing di sana. 

"Tuan, aku mohon jangan sita rumah peninggalan orang tuaku," ujar Fang Yin sembari terisak-isak.

"Jika tidak ingin disita maka bayar sekarang juga," ujar seorang pria paruh baya yang memiliki kumis tebal di atas bibirnya.

"Aku tidak memiliki uang sebanyak itu," ujar Fang Yin dengan posisi berlutut di hadapan seorang pria paruh baya.

Melihat sahabatnya sedang mengalami kesulitan Xiao Yi lantas berlari ke arahnya.

"Fang Yin, apa yang kau lakukan? Cepatlah berdiri." Xiao Yi menarik tangan Fang Yin karena tidak rela jika harus memohon.

"Xiao Yi, aku harus memohon agar masih bisa tinggal di rumah ini," ujar Fang Yin.

"Kalian berdua sebaiknya tidak usah berdebat. Cepat kemasi barang-barang sekarang juga karena kau harus mengosongkan rumah malam ini juga," perintah pria itu sambil berkacak pinggang.

"Tunggulah sebentar karena aku sudah mendapatkan uangnya," tukas Xiao Yi. Lalu mengedarkan pandangannya ke arah gerbang berharap anak buah Li Zheng Yu segera datang.

"Mana? Cepat berikan sekarang juga karena kami tidak ingin membuang-buang waktu berada disini."

"Xiao Yi, mana uangnya?" bisik Fang Yin.

"Tunggulah sebentar lagi." Jika sampai pria itu berbohong maka ia tidak akan segan untuk melaporkannya ke polisi atas dasar penipuan.

Sudah lima menit pria itu menuruti kemauan Xiao Yi. Tapi sampai sekarang tidak ada seseorang yang datang.

"Dasar penipu," ujar rentenir tersebut. Matanya yang tajam menatap ke arah Xiao Yi.

"Sekarang keluarkan barang-barang apapun yang tidak berguna di rumah ini. Karena besok akan ada seseorang yang datang untuk membeli," perintah rentenir pada anak buahnya.

"Tunggu!" sergah seorang pria yang baru saja melewati gerbang rumah Fang Yin.

Rentenir tersebut memandang ke arah Li Zheng Yu. Mengamati penampilannya dari atas hingga bawah. Agak mengenalinya tapi tidak terlalu peduli.

"Tidak usah ikut campur dengan urusan kami jika kau tidak membawa uang," cibir Rentenir sembari tersenyum mengejek.

Weiheng yang berada di belakang Li Zheng Yu lantas melangkah ke arah sang rentenir. Lalu membuka koper yang dibawanya.

"Aku akan membayar separuh hutangnya sehingga kalian bisa datang kembali besok pagi," tukas Li Zheng Yu.

Fang Yin dan Xiao Yi bisa bernafas lega karena sudah kedatangan dewa penolong.

"Aku tidak membutuhkan dibayar separuh. Aku ingin malam ini juga lunas," ucap sang Rentenir dengan tegas.

"Apa? Mana bisa begitu? Tuan kira mudah mendapatkan uang sebanyak itu," tukas Xiao Yi dengan nada kesal.

"Xiao Yi, tenanglah. Jika kau marah-marah seperti itu mana bisa membujuknya." Fang Yin mengusap pundak sahabatnya.

Li Zheng Yu hanya diam saja karena tidak ingin terlalu jauh melibatkan diri dengan urusan mereka. Jika mereka butuh Xiao Yi tinggal menyetujui permintaannya.

"Aku tidak peduli karena itu bukanlah urusanku," ucap sang Rentenir.

"Cepat buang semua barang yang tidak penting dan lusuh," perintahnya lagi pada para anak buahnya.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C31
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen