Semuanya terjadi begitu cepat. Dia melompat dari semak-semak tidak jauh dari tempat kami berdiri, secepat kilat dia melompat dan menerkam Phillica. Itulah keterkejutan terbesar yang pernah kualami, kepanikan mulai menderaku ketika teriakannya menjadi satu-satunya suara yang tertangkap telingaku.
"Aaaaargghh! Clidert, tolong aku!!" teriaknya dengan diiringi isak tangis membuatku tidak sanggup membiarkan hal ini terus berlanjut. Akan tetapi, rasa takut mulai menggelayuti hati ketika dia menarik tubuh Phillica dan berlari meninggalkanku. Jika aku yang biasanya maka aku akan tetap diam, perasaan sakit karena penyesalan setelah menyelamatkan orang lain kembali terbayang di pikiranku. Tapi orang itu adalah dia, seorang gadis yang entah bagaimana telah membuatku terpesona oleh keelokannya. Haruskah aku tetap diam? Dan kurasa jawabannya adalah TIDAK. Aku harus menyelamatkannya dari sang hewan buas yang terusik karena wilayah kekuasaannya telah kami datangi.