Setelah Zen berhasil mengalahkan boss lantai pertama, semua player masih terpana akan apa yang mereka lihat sebelumnya. Namun tidak selang beberapa lama sorak - sorai terdengar dari tempat itu.
Saat ini semua player disini sedang merayakan keberhasilan dari kalahnya boss lantai ini dengan sangat gembira.
Asuna yang sudah tidak menggunakan jubahnya mulai mendekati Zen dan mengucapkan selamat kepada Zen, karena berhasil mengalahkan boss lantai tersebut.
"Ternyata kamu terlihat sangat cantik jika tidak menggunakan jubahmu" kata Zen setelah Asuna mendekat dan mengucapkan selamat kepadanya.
Mendengar perkataan Zen, Asuna mulai merona dan mencoba menyembunyikan wajahnya dengan menunduk. Melihat ini Zen langsung tertawa karena melihat ekspresi Asuna pertama kali.
"Ternyata saat kamu tersipu, ekspresimu sangat imut" kata Zen
Dan Zen terus mencoba menggoda Asuna, hingga salah satu player mulai meneriaki Kirito.
"Kenapa?!.. Kenapa kau membiarkan Diavel terbunuh?" kata orang itu sambil menunduk. Player tersebut merupakan Kibao, player bar - bar pada pertemuan kemarin.
"Membiarkan dia terbunuh?" tanya Kirito
"Benar, karena kau mengetahui pergerakan boss" kata Kibao dengan nada sarkasmenya.
Lalu Kibao terus memojokan semua kesalahan kepada Kirito dan mulai menggiring opini semua player untuk menyalahkannya. Para player yang sudah digiring opininya oleh Kibao, mulai berbisik - bisik membenarkan perkataan Kibao.
"Dia pasti seorang beta tester" kata salah satu player.
"Dia mengetahui gerakan boss, tapi tidak memberitahukannya kepada kita" kata salah satu player lain.
"Kamu pasti juga seorang beta tester" sebut seorang player sambil menunjuk Zen
"Ya, pasti kamu juga, karena kamu mengetahui pergerakan boss" balas seorang player lainnya.
Lalu keadaan disana mulai ricuh, semua player mulai mencurigai satu sama lainnya.
Mendengar ini semua, Kirito mulai mengepalkan tangannya dan memutuskan untuk melakukan sesuatu.
"Hei kalian, tenanglah!" kata seorang player bertubuh kekar yaitu Agil.
Namun tiba - tiba terdengar suara tawa dari seorang player yang sedang menertawakan perilaku mereka semua. Player itu merupakan Kirito yang mulai berjalan mendekati mereka.
Kirito mulai melontarkan kalimat - kalimat penghinaan kepada beta tester lain, dan Kirito menjelaskan bahwa beberapa beta tester sangat lemah selain itu, Kirito menjelaskan bahwa dia adalah player yang mencapai level tertinggi saat beta tester.
Mendengar ini, para player mulai meneriakinya cheater lalu beberapa menyebutnya Beater yang diambil dari Cheater dan Beta tester.
"Benar, aku adalah beater. Jadi jangan samakan aku dengan beta tester lainnya" kata Kirito lalu berbalik menuju kearah Zen dan Asuna berada.
"Kalian berdua sangatlah kuat, aku berharap kalian tetap hidup" kata Kirito lalu mengeluarkan menu partynya dan mengeluarkan dirinya sendiri dari party tersebut.
Akhirnya Kirito mulai beranjak dari tempat itu dan menuju lantai selanjutnya.
"Jika kau ada masalah, hubungi aku Kirito" kata Zen melihat Kirito yang sudah mulai beranjak dari tempat itu.
Mendengar itu, Kirito menghentikan langkahnya dan melirik Zen dan mengangguk. Lalu Kirito mulai melanjutkan perjalanannya menuju pintu keluar ruangan ini yang menuju lantai berikutnya.
Setelah Kirito meninggalkan tempat ini, suasana tempat ini mulai sunyi tanpa seorangpun mulai berbicara. Namun tidak dengan seorang player.
"Kau juga seorang beta testerkan?" kata Kibao kepada Zen, yang seakan - akan belum puas menyalahkan seseorang.
"Tunggulah sebentar Asuna" kata Zen kepada Asuna yang masih memerah, dan dibalas anggukan olehnya.
Mendengar ini, Zen langsung menoleh kearah Kibao dengan tatapan mematikannya.
"Kalau iya, kenapa?" tanya Zen dengan nada dinginnya.
Zen lalu mengeluarkan pedangnya dan perlahan - lahan mendekati Kibao. Melihat ini Kibao mulai menelan ludahnya dan mulai menyembunyikan rasa takutnya karena mendapatkan intimidasi oleh Zen.
Beberapa player yang berada didepan Kibao yang sudah merasa terintimidasi, mulai menghindar dan mulai membukakan jalan dan membiarkan Zen melewati mereka.
"Kalau iya, kenapa?" kata Zen kembali masih dengan nada dinginnya, setelah dia tiba didepan Kibao.
"Kau... Kau.. h-harus m-memi-nta m-maaf" kata Kibao mencoba memberanikan dirinya dan memperlihatkan bahwa dia tidak takut akan sikap Zen.
Lalu Zen setelah mendengar perkataan itu, mengayunkan pedang yang dipegangnya dan menebaskannya hingga pedang itu berhenti tepat disamping leher Kibao.
"Kalau aku tidak mau meminta maaf, kenapa?" Tanya Zen kembali.
Kibao yang merasakan pedang Zen menempel dilehernya, mulai gemetar ketakutan. Saat ini Kibao ingin mengatakan sesuatu tetapi dia merasa tidak sanggup mengatakannya karena intimidasi yang diterima dari Zen.
Melihat Kibao yang mulai ketakutan, Zen lalu menarik kembali pedangnya dan memasukannya kembali pada sarungnya yang berada dipunggungnya.
Melihat ini Kibao langsung bernafas lega, namun dia masih tidak berani mengatakan sesuatu.
"Seperti kata player tadi, kebanyakan beta tester itu masih pemula saat melakukan beta tester. Bahkan, mungkin kalian masih lebih hebat dari mereka saat ini." kata Zen sambil berbalik dan memperhatikan player lainnya.
"Namun kalian masih menyalahkan beta tester akan kelemahan kalian dan menyalahkan kami karena tidak dapat melindungi diri kalian sendiri dan teman kalian?" tanya Zen
"Apakah kalian fikir kami memulai game ini dengan level yang berbeda dengan kalian? Kami memulai game ini sama seperti kalian semua" Lanjut Zen
"Namun perbedaannya, kami hanya memiliki pengalaman dan semua pengalaman kami, sudah kami tuliskan pada sebuah buku dan dapat kalian beli dengan gratis." Kata Zen lalu menatap Kibao kembali.
"Namun, setelah apa yang kami lakukan, kalian masih menyalahkan kami?" dengan masih menatap dingin kearah Kibao.
"Kalau kalian mau menyalahkan seseorang, salahkan diri kalian sendiri karena tidak mampu, jangan menyalahkan orang lain atas ketidak mampuan kalian" kata Zen mengakhiri perkataannya.
Zen lalu membuka menu penyimpanannya dan mulai memakai sebuah jubah hitam yang didapatkannya karena keberhasilannya mengalahkan boss lantai ini. Zen langsung berbalik dan beranjak dari tempat itu menuju tempat dimana Asuna berada.
Mendengar perkataan Zen, semua player kembali terdiam tanpa berani membalas perkataan Zen. Terutama Kibao, yang saat ini sedang menahan amarahnya dan tidak berani mengucapkan satu katapun.
"Jadi, apakah kamu ingin melanjutkan perjalananmu denganku Asuna?" tanya Zen yang sudah berada dihadapan Asuna.
"Baiklah" balas Asuna dengan senyum yang terukir diwajahnya.
Mendengar itu Zen membalas senyum Asuna dan mereka mulai beranjak dari tempat itu melanjutkan perjalanan mereka.