Aku berdiri begitu cepat sehingga aku akhirnya menjatuhkan kursinya. Aku merasakan jari-jari Gio melingkari lengan atasku untuk menenangkan aku.
"Gua harus pergi," kataku tanpa tujuan saat aku dibombardir dengan satu demi satu gambar Gerry yang dilanggar. Aku belum mengenal Gerry seperti yang lain karena dia lahir ketika aku masih di panti asuhan, tapi aku ingat seorang anak laki-laki berjiwa bebas yang memuja ayahnya dan memanggilku Paman Letri.
"Gua harus pergi," ulangku. "Ke Jakarta." Terlepas dari pernyataanku, aku tidak bisa bergerak.
"Kita akan pergi Letri." Gio meremas tanganku. "Ayo kita bereskan barang-barang kita."
Fakta bahwa Gio ikut denganku tanpa aku perlu meminta membantuku untuk pindah. Tapi saat Gio mulai membawaku dari dapur, Kyle berkata, "Gerry tidak ada di Jakarta. Radit juga tidak."
"Dimana mereka?" Gio bertanya sebelum aku bisa bertanya.