Saat nafas Radit masuk ke mulutku, semua melonjak ke seluruh tubuhku, menyalakan kembali gairah untuk hidup yang perlahan-lahan menghilang. Saat itu kami bagaikan satu orang. Dia adalah bagian dari diriku, dan saat itulah aku menyadari bahwa dia juga sudah lama sekali seperti diriku. Tanpa dia, aku tidak akan ada lagi di dunia ini.
"Dit," aku terengah-engah, menghentikan ciuman itu dan berharap kakiku mundur selangkah.
Dia menghela napas, menundukkan kepalanya sebelum merobek rambut dengan jari-jarinya. "Jangan lakukan ini lagi. Gua mohon."
Dia memegang pipinya dan memiringkan kepalan sampai matanya bertemu dengan mataku, lalu aku tersenyum. "Gua…. Tidak. Gua hanya butuh satu menit." Aku meyakinkan diri sendiri. "Banyak yang harus diperhatikan."
Hai teman-teman, jangan lupa tambahkan ke koleksi agar mendapatkan pemberitahuan Bab selanjutnya... terima kasih