Selepas memesan makanan, Dean menuntun Shena untuk duduk di bagian pojok kedai. Selain karena belum ada yang menempati, di tempat tersebut juga bisa membuat siapa saja dapat melihat pemandangan alun-alun kota yang mulai ramai pengunjung.
"Kamu suka tempatnya tidak, Shen?" tanya Dean.
Shena tersenyum sembari mengangguk. "Suka. Tempatnya juga nyaman."
"Yang buat nyaman itu bukan tempatnya," kata Dean.
"Lalu siapa?"
"Orang yang mengajak kamu ke sini," jawab Dean. Membuat kedua pipi Shena bersemu.
Sadarlah Shena. Dean itu playboy! Dia pasti sudah sering menggoda gadis-gadis lain seperti itu.
Tetap saja gagal. Shena tidak bisa memenangkan dirinya ketika berhadapan dengan Dean. Pesona Dean terlalu kuat untuk Shena tolak. Dan juga, mana mungkin Shena mampu menolak pesona pria yang sangat Shena cintai?
Dean memang tidak setampan Barents, tapi Dean adalah satu-satunya pria yang berhasil membuat Shena merasa nyaman. Setelah ayahnya.
***