App herunterladen
15.78% Funny Ghost / Chapter 3: Mahapati Jatuh Cinta "LAGI"

Kapitel 3: Mahapati Jatuh Cinta "LAGI"

Hari itu Gery dan Tjokro masih berada di sebuah gua yang sangat Gelap, tempat dimana dukun yang membangkitkan Tjokro tinggal. Terlihat pancaran sinar yang sangat tajam Ketika Tjokro dibangkitkan. Tjokro terbangkitkan kembali sebagai pria yang gagah dan rupawan membuat Gery tercengang melihatnya. "Amazing, aku lagi mimpi bukan ya", gery menepuk - nepuk pipi nya. Gery menoleh ke arah sang dukun, rupanya dukun itu telah terkapar kehabisan tenaga,

"Loh,, mbahhh,, mbah,,,mbah dukun,, kenapa ini". Gery menepuk - nepuk pundak mbah dukun.

"Sepertinya dia kehabisan tenaga", jawab Tjokro.

"Benar Gusti Patih, tapi ingat lah, kau harus balas dendam secepatnya, karena waktu mu di dunia ini hanya 1 tahun saja", tegas mbah dukun

"Ku simpan kata - kata mu. Terima kasih". Tjokro memegang bahu mbah dukun.

"Sampai jumpa di dunia yang abadi Gusti Patih". Mbah dukun memejamkan matanya,

"Jasamu akan ku ingat dan akan ku balas nanti".

Lalu Gery membawa Tjokro ke Rumahnya karena dia tak tahu lagi harus menyembunyikan Tjokro dimana. Sepanjang perjalanan ia disambut oleh para hantu yang bersujud kepada Tjokro. "Selamat Berjuang Gusti Patih". Ucap salah seorang hantu. Namun Tjokro hanya membalasnya dengan senyuman. Gery terlihat sangat bingung dan juga takut. Ia hanya bisa memegang tangan Tjokro karena ia tidak tahu jalan pulang.

Mereka berjalan kaki menyusuri hutan. Namun tak ada satupun hantu yang berani mengganggu mereka, karena mereka mengetahui kesaktian Mahapati Tjokro Adi Kusumo yang saat ini hidup diantara kematian.

Tanpa disadari sampailah mereka di depan rumah Gery. Mbo Sum membukakan pintu dan kaget melihat Gery datang bersama Tjokro, terlebih Tjokro datang dengan rambut gondrong dan baju pendekar pada masa kejayaan kerajaan jawa di jaman dahulu kala.

"Walah,, Mas jam piro iki? Mbo khawatir lho.. iki.. iki sopo mas?", tanya Mbo Sum yang kaget melihat Tjokro.

"Ini om ku, mulai hari ini dia akan menemaniku tinggal disini", jawab Gery.. dan Tjokro pun hanya tersenyum.

"Walaaahh,, roker e,, gondrong.. koyo opo yo?", tanya Mbo Sum yang masih penasaran.

"Ya om ku abis syuting film".

Gery langsung menyudahi pembicaraan dengan Mbo Sum, ia berdalih sangat Lelah sehingga ingin langsung tidur saja. Tetapi ia bingung akan menempatkan Tjokro dimana, karena dia tidak punya kamar tamu, dan tidak mungkin Tjokro dibawa ke kamar Ayahnya.

Lalu mata Gery tertuju pada gudang. Akhirnya ia menyuruh Tjokro tidur di Gudang. "Mbah tidur disini aja ya" . Tjokro menghampiri Gery dan melihat - lihat ruangan. Nampaknya ruangan itu sangat lusuh, banyak sarang laba - laba dan sangat berdebu.

"Loh..loh..loh.. mosok aku dikasi sarang tikus begini ger.."

"Tapi ga ada ruang kosong lagi mbah", jawab Gery.

"Wis aku turu karo sampeyan yo?". (aku tidur sama kamu ya)

"Ihh,, ogah.. masa aku tidur sama syetan".

"Eh, ger,, ger.. wis dadi manungso iki". (sudah jadi manusia ini)

Gery pergi meninggalkan Tjokro, lalu ia masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu,, dan saat ia menengok ternyata Tjokro sudah ada di kamarnya sedang tiduran dan memakai selimut Gery. "Ohhh my Gooooddd,,, enyahlah dari kamar ku..". sambil menggebuknya dengan bantal guling.

"Ger,, aku tidur sini ya ger,, plis". Tjokro merayu Gery dengan muka memelas sambil peluk bantal .

"Yaudah,, malem ini aja ya,, sebal.."

"Makasi lo ger.."

Gery yang masih kesal lalu menggerutu di dalam hati, namun ternyata Tjokro mendengarnya. Gery lupa jika ia sedang Bersama dengan hantu yang sangat sakti. Akhirnya merekapun saling tertawa.

Dibalik jendela diluar kamarnya, beberapa hantu yang sudah lama mendiami rumah Gery mengintip. Mereka bersyukur dengan adanya Tjokro kini Gery bisa tertawa. Karena hari - hari Gery selama ini selalu kesepian, tiada yang perduli dengannya. Ia hanya sendiri, dan terkadang diganggu oleh para hantu yang ada di rumahnya.

Keesokan harinya Gery mengajak Tjokro ke salon untuk potong rambut dan membelikannya baju. Ia meminjamkan baju ayahnya terlebih dahulu dan merapihkan rambut Tjokro dengan menguncirnya. Tjokro kini terlihat lebih rapi dibandingkan kemarin dan siap dibawa ke Mall.

Tjokro mencoba beberapa baju, dan akhirnya dibelikanlah beberapa baju untuknya. Selanjutnya mereka ke salon untuk memotong rambut Tjokro. Lalu mereka bertemu dengan hair stylist langganan Gery, seorang pria yang agak sedikit feminim.

"Hai Ger,, lama ga kesini?", sapa si stylist.

"Iya nih kak Bemby,, biasa lagi bokek,, oh ia ini om ku, om Tjokro".

"Hai om,, nama saya bemby, stylist andalan Gery,, mau dipotong model apa? Amerika? Korea?", tanya Bemby sambil genitin Tjokro.

"Halaa,, model mas - mas jowo ae lah.."

"Ok deh nek kalo begindang".

Kemudian Gery pergi ke ruang tunggu, ia duduk sambil baca komik. Sementara Tjokro bersiap untuk gunting rambut. Pertama - tama ia dikeramasi, lalu banyak kecoa yang keluar dari rambutnya. "Omaigat, ini rambut apa kebon binatang", kata bembi yang kaget melihat kecoa keluar dari rambut Tjokro.

Rambut Tjokro yang tebal itu sulit sekali digunting, berkali - kali gunting yang digunakan Bembi patah. Bembi pun kebingungan, lalu ia pergi kebelakang untuk mengambil gunting baru. Melihat Bembi yang kelelahan, Tjokro pun berinisiatif menggunakan kekuatannya. Ia mengangkat jarinya, lalu diarahkannya seperti gunting dan menggerakan jarinya.

Akhirnya rambutnya terpotong lurus sebahu. Setelah Bembi kembali, ia kaget melihat rambut Tjokro yang telah terpotong, lalu Tjokro menghipnotis Bembi agar Bembi merasa bahwa ia lah yang telah menggutingnya, kemudian Bembi melanjutkan gunting rambut Tjokro menjadi lebih pendek.

Gunting rambutpun selesai. Mereka pulang kerumah melewati taman dengan berjalan kaki.

"Nah kalo gini kan jadi beneran manusia,, coba kaya tadi malem,, nyeremin kaya hantu", ucap Gery yang hendak memuji Tjokro.

"Omongan dalam hati jangan dikeluarin napa Ger,,"

"Percuma,, disimpen juga mbah bisa denger.."

"Ia juga sih.."

Lalu Tjokro menoleh kesamping. Saat ia menoleh, seorang gadis cantik lewat agak jauh di depannya. Gadis itu mengenakan dress berwarna merah,, ia sangat cantik dan mempesona,, matanya berwarna biru, dan rambut ikalnya yang pirang itu seperti terkibas oleh angin.

Dia adalah Michelle, seorang pelatih grup cheerleaders. Michelle tersenyum kepada Tjokro, sang mahapati pun terpana seolah wajahnya di terpa angin - angin cinta. Mata Tjokro tidak bisa lepas memandang Michelle.

Di dalam hati, Tjokropun berpuisi:

Nalika srengenge dadi cahya..

Aku ndeleng esemanmu..

Senajan angin teka ngganggu..

Ora ana sing ngalangi aku..

Kanggo ndeleng kaendahan iku..

Saat mentari bersinar..

Kulihat senyum diwajahmu

Meski sang angin terus mengganggu

Tak ada yang bisa menghalangiku

Melihat keindahan itu.

Layaknya seseorang yang telah lama mati bersama dendamnya, ia tidak pernah merasakan sesuatu hal yang indah. Selama ratusan tahun ia hanya tinggal di keraton menunggu datangnya seseorang yang bisa membangkitkannya kembali. Dalam lamunan itu iapun tersadar, lalu ia menepuk pundak Gery,

"Ger,, ger,, itu sapa ya cantik banget?".

"Mana aku tau,, aku juga baru liat", jawab Gery.

Michelle mengusap dahi dan rambutnya dengan tangan dan nampak sexy sekali, lipstick nya yang berwarna merah itu sangat cocok dengannya.

"Mbah,, mbah,, hey,, ngedip mbah,, malu ama tanah kuburan", sambil mengipas tangannya ke arah wajah Tjokro.

"Ger,, cepet ger", Tjokro berjalan cepat sambil pincang - pincang.

"Mbah ngapain pake pincang - pincang sih".

"Aku wiss tuwe ger"

"Elah,,sekarang mbah umur 35!! ampun deh".

Tjokro berusaha mengejar Michelle, namun ternyata Michelle telah ditunggu oleh seorang pria tampan yang datang dengan mobil sport mewahnya. Dia adalah Alex Wu anak pengusaha paling kaya di Indonesia.

"Wah itu siapa itu?"

"Hahh,, Alex Wu,, gak salah tuh", jawab Gery

"Alex Wu? siapa itu?", tanya Tjokro yang penasaran.

"Itu anak nya Anton Wu Pengusaha paling kaya di Indonesia, saingan papa ku", jawab Gery.

Kemudian Tjokro pun patah hati karena belum sempat berkenalan dengan wanita cantik itu, ia mengajak Gery untuk segera pulang.

Sesampainya di rumah, Tjokro terkejut karena Gudang yang akan menjadi kamarnya sudah berubah menjadi sangat nyaman. Gery membuka pintu kamar dan sangat mengejutkan,, ruangan itu berubah menjadi kamar yang sangat nyaman..

"nah,,suprizeeee", kata Gery sambil membukakan pintu.

Tjokro terpana melihat kamar yang sangat nyaman itu, bahkan terlihat lebih nyaman dari kamarnya pada masa jaman kerajaan dahulu kala.. "Waaahhhh apik tenan iki Ger", Tjokro nampak sangat senang.

Pada malam harinya Tjokro terus terbayang - bayang wajah Michelle, lalu ia teringat dengan Diana, gadis belanda di abad ke 17

***

FLASH BACK

Waktu itu hari pertama Tjokro berkenalan dengan diana..

"Nama saya Diana Van De Rulls".

"Nama saya Tjokro Adi Kusumo".

Ia teringat ketika ia dan Diana berjalan mengelilingi pasar rakyat dan mencoba beberapa makanan tradisional. Mengingat hal itu Tjokro menjadi senyum - senyum sendiri sambil tiduran dikasur dan memandangi langit - langit kamarnya.

Namun ia juga teringat ketika kematian memisahkan nya dengan Diana,, pada saat itu sebenarnya ia menyaksikan Diana dipaksa Stephen untuk pergi meninggalkannya.

"Kanda Patih kau harus bangun, rakyatmu menunggumu", teriak Diana

"Itu tidak mungkin terjadi", jawab Tjokro dengan lemah.

"Tolong jangan tinggalkan aku, aku mencintai kamu"

"Aku juga mencintai kamu".

Sambil mengusap rambut Diana, Tjokro pun memejamkan matanya.

"No,, No!!!! No!!!!!".

Jendral Stephen menghampiri Diana dan membawanya pergi. Tapi sesungguhnya pada waktu itu Tjokro belum mati, ia masih menahan sakitnya peluru yang menembus badan nya, Ia membuka matanya dan melihat ke arah Jendral Stephen yang sedang mengambil kuda nya lalu pergi. Disitulah dendamnya dimulai.

***

Menyadari itu Tjokro diselimuti amarahnya,, dengan amarah yang sangat tinggi,, ia mendatangkan petir yang sangat keras,, kemudian hujan turun sangat lebat..

"AAAAARRRRGGGGGGHHHHHHH,,Aku akan membunuh keturunanmu Steph!!!", teriak Tjokro.

Suara petir terus terdengar,, Gery keluar dari kamarnya,, Terdengar suara tangis, sementara itu petir tak kunjung reda. Gery menoleh kearah kolong meja dan menemukan mbok sum di kolong meja makan.

"Aduh,, mbo sum ngapain di kolong meja"

"Takut petir mas,, petirnya kenceng banget", jawab Mbo Sum

Gery dan Mbo Sum sedikit kebingungan, karena saat ini belum memasuki musim hujan, tentu ada yang tidak beres dengan petir dan hujan ini. Gery berjalan ke kamar Tjokro. "ini pasti ulah dia", lalu Gery membuka pintu kamar Tjokro, dan melihat Tjokro dengan posisi kepala dibawah kaki diatas,,

"Oh my GODDDDD,, ngapain si mbah?"

"Lagi nahan emosi ger,, kalo aku emosi aku bisa ngeluarin petir dan badai", jawab Tjokro

"Oh,, pantesan,, jadi itu yang tadi barusan perbuatan mbah?", tanya Gery.

"Bisa dibilang begitu"

"Haduuhh mbah,, kontrol emosi dong.. udah,, udah tidur sana yang bener"

Gery kembali ke kamarnya,, tetapi nampaknya Gery senang dengan keberadaan Tjokro di rumahnya. Selama ini ia kesepian karena orang tuanya tinggal di luar negri. Dengan adanya Tjokro, rumah menjadi ramai.

"Klo dipikir - pikir ada untungnya juga sih, si mbah disini, rumah jadi berisik,, dari kecil aku cuma ditemenin mbo Sum.. rasanya sepi banget hidupku".

Gery terlelap dalam senyumnya, seolah ia menemukan dunia baru dengan om pura - pura nya itu.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen