App herunterladen
13.54% Anindira / Chapter 39: Ini salah Rey

Kapitel 39: Ini salah Rey

Dira berdiri di balkon kamar Hotel lumayan lama, menunggu Kin yang sedang sibuk bekerja ternyata membosankan. Dira akhirnya beranjak, mengambil tas kecil, lalu keluar Hotel menuju cafe dekat pantai.

Dira duduk menikmati makan siangnya sambil melihat laut lepas.

"Boleh duduk disini? Semua tempat penuh, kecuali di meja ini," tanya seorang pria bertanya kepada Dira, Dira mengedarkan pandangannya keseluruh sudut Cafe dan ternyata benar, hanya meja Dira yang kosong.

"Silahkan!" Walaupun berat hati, Dira menganggukan kepalanya.

Dira makan dengan diam, tanpa peduli pria yang ada di depannya.

"Heyyy wanita rubah, kamu sedang menggoda siapa lagi sekarang?" pertanyaan dengan nada mengejek keluar dari mulut seseorang.

Dira yang sedang makan terkejut dan menoleh ke arah suara yang tidak asing baginya, Dira menarik nafasnya ketika menatap orang yang di depannya ternyata Mala dan ibunya Rey.

Dira sejenak terdiam, Dira tidak mau ada keributan di jam makan siang dan kebetulan Cafe sedang banyak pengunjungnya.

"Dia hanya duduk, Dira tidak mengenalnya," Dira menjawab apa adanya. Ibu Rey menatap Dira dengan tatapan sinis dan berujung tertawa mengejek.

"Kamu lepas dari Rey, bersama Ezza terus Ezza membuangmu kamu menjerat Kin, Kin menikah dengan orang lain, sekarang kamu mencari mangsa baru?"  ibu Rey berkata dengan lantang membuat sebagian pengunjung menatap Dira, ada yang menatap kasian, ada juga yang ikut menatap sinis.

"Tidak bu," wajah Dira memerah menahan malu dan juga menahan tangisnya.

"Saya hanya..." belum sempat pria yang di depan Dira meluruskan keadaan, Ibunya Rey menyela pembicaraannya,

"Kamu tahu wanita yang ada di depanmu ini? Dia adalah Wanita paling hina, dia menghabiskan seluruh harta anakku dan meninggalkannya disaat dia sedang koma, kamu tidak pantas membelanya. Dan parahnya lagi dia menikah dengan laki- laki lain karena kaya dan sehat."

"Bu tidak seperti itu..." seru Lina, Lina mendekat, " ibu sudah sangat keterlaluan, ibu tidak tau apa yang wanita ini lakukan di belakang kita?"

"Cukup kamu membela dia Lina! Dia wanita licik yang tidak pantas kamu bela," teriak ibu Rey tak kalah nyaring.

"Hahaha... Ibu yang membuatku malu dengan kelakuanmu, ibu tau karena kak Dira sangat menyayangi kak Rey saat itu, dia rela mengorbankan apapun termasuk harga dirinya,"

"Lin..." Dira menggelengkan kepalanya, tubuh Dira sudah lemas, matanya juga sudah berkaca- kaca, pikirannya kalut mengingat masa itu rasanya sakit sekali.

"Kak Dira diam! biar wanita yang ada di depan kakak tau kalau kakak telah berkorban banyak," Lina kembali menoleh ke arah ibunya juga Mala,

"Ibu masih mau mendengarnya? Baiklah, ibu dengar yah! Saat kak Rey sekarat, kak Dira meminta bantuanmu dan apa yang dia dapat? Ibu mengusirnya, tapi dia tetap berjuang sampai akhirnya kak Dira mendapat tawaran untuk menikah dengan Ezza dan meninggalkan kak Rey dengan imbalan 2 M. Ibu tahu uang itu untuk apa? Untuk pengobatan kak Rey hingga pulih seperti sekarang. Apa ibu pantas mengatainya dengan sebutan wanita rubah? Dia mengorbankan pernikahannya hanya untuk kesembuhan kak Rey,"  Lina berbicara setengah berteriak, Lina sudah tidak tahan menghadapi perilaku Mala juga ibunya yang semakin lama semakin tidak terkendali.

Semua yang ada di Cafe itu terdiam, suasana hening, Ibunya Rey juga tidak bicara lagi, dia tertunduk menahan malu, sungguh tidak terduga, niat hati mau mempermalukan Dira berujung dirinya yang di permalukan.

"Sementara Rey yang hendak masuk mendengar semua itu dari Lina terbengong dan shock, ternyata apa yang dia lihat adalah sebuah kesalah fahaman,"

Air mata Dira sudah tidak terbendung, semuanya di luar dugaannya, Dira mengeluarkan uang untuk membayar makanannya, lalu dengan cepat pergi dari Cafe itu tanpa tujuan, yang Dira inginkan hanya menjauh. Dira berakhir duduk di pinggir pantai, air matanya masih saja keluar walaupun Dira telah menahannya.

"Ma'af gara- gara aku, suasananya menjadi kacau," ucap pria itu. Dira menoleh dan tersenyum samar sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa," jawab Dira pelan,

"Aku salut sama kamu," ucapnya lagi,

"Apa kamu mempercayaiku? Aku bukan wanita baik- baik," jawab Dira.

"Tentu, orang yang menilai, bukan kamu," Jawabnya, "permisi, sekali lagi ma'af!" pria itu berlalu pergi.

Dira menatap laut lepas yang hampir senja, tangannya meremas pasir dan sesekali melemparkannya.

"Dira..." suara Rey bergetar, rasa menyesal memenuhi lubuk hatinya, sangat menyesal, mendengar semua kata- kata Lina tadi membuat hati Rey remuk.

"Ma'af," ucapnya lagi.

"Tidak usah minta ma'af Rey, itu sudah berlalu," Dira mengusap air matanya, Dira berdiri hendak pergi dari hadapan Rey.

"Dira..." tangan Rey menarik tangan Dira untuk masuk kedalam pelukannya. Dira berontak dan mengibaskan tangannya.

"Aku tidak mau orang lain salah faham Rey, pergilah! Anggap yang kamu dengar itu tidak benar,"

"Bagaimana aku bisa diam dengan kesalahanku yang menggunung Dira... Bahkan bodohnya aku tidak mempercayaimu, aku menyesal dan kumohon kembalilah!" Rey menitikan air matanya menatap Dira penuh harap.

"Lupakanlah!"

"Tidak Dira," teriak Rey, selama ini Rey telah menahannya, mulutnya mengatakan benci, sementara hatinya tidak, tidak pernah sepenuhnya membenci Dira.

Dira membalikan tubuhnya meninggalkan Rey, Rey mengikutinya dari belakang dan disaat Dira lengah, Rey memeluknya,

"Lepas Rey! Lepas!" Dira mencoba berontak, namun kali ini tidak berhasil.

"Aku merindukanmu Dira," suara Rey serak menahan kesedihannya.

"Ini salah Rey, lepaskan!" teriak Dira, Dira berakhir menggigit tangan Rey. Bukannya pelukan Rey melonggar, malah sebaliknya pelukan Rey semakin erat.

"Lepaskan!!" teriak Kin dengan suara menggema, amarahnya sudah maksimal, Kin tidak terima Dira di peluk oleh Rey.

Setelah mendapat laporan dari anak buahnya tentang kejadian di Cafe, tanpa ampun pukulan mendarat di wajah Rey.

Buuukkk... beberapa kali Kin memukul Rey,

"Hentikan Kin! Jangan berkelahi!" Dira sangat ketakutan melihat Kin yang menggila.

Buuukkk, "ini karena kamu telah menyakiti Dira,"

Buuuukk,  "ini karena kamu telah lancang menyentuh Diraku,"

Buuukk,  "ini karena kamu tidak bisa menjaga istri dan ibumu," Dira melerai dan memeluk tubuh Kin,

"Sudah Kin!" Dira sangat ketakutan melihat amarah Kin. Saat Kin lengah Rey mengambil balok kayu yang kebetulan ada di sekitar pantai, lalu mengarahkannya ke kepala Kin. Dira yang melihat itu segera mendorong Kin. Pukulan meleset, tangan Dira sempat menahannya tapi tetap mengenai kepada Dira, seketika darah segar keluar dari kepala Dira, Badan Dira limbung dan terjatuh.

"Diraaaa..." teriak Kin. Kin segera menahan tubuh Dira, dengan gemetaran Kin memanggil anak buahnya. Anak buah Kin dengan cepat datang, Dira segera di bawa ke Rumah Sakit.

Sementara Rey linglung, merutuki kebodohannya dan berakhir menangis sendirian.

Dira segera di tangani dengan baik. Kin, selalu ada di sisi Dira hingga mata Dira terbuka, wajah Dira terlihat cemas.

"Kin, kamu tidak apa- apa?" Dira bangun dan bertanya bahkan mengecek tubuh Kin, membuat Kin hampir tidak bisa menahan tangis, Kin segera memeluknya.

"Aku baik- baik saja beb, kamu yang tidak baik," Jawab Kin.

"Aku ingin tidur di Hotel Kin!" rengek Dira. Kin mengangguk,

Kin segera menyelesaikan administrasinya dan untuk perawatan Dira, Dokter masih memantau.

Sesampai di Hotel, Dira tidur di pelukan Kin sangat pulas, Kin beberapa kali mengecup kening Dira, kemudian ikut tertidur karena lelah.

Pagi- pagi, Kin sudah menyiapkan semua keperluan Dira sebelum menemui pertemuan bisnisnya. Dira membuka matanya dan melihat Kin sudah rapi,

"Kin, sampai jam berapa acaranya?" Dira tidak mau kebosanan melandanya kembali.

"Dua jam beb, jangan kemana- mana yah! Tangan kamu memar dan kepalamu walaupun hanya bocor saja, tapi aku takut tiba- tiba sakit, nanti jam 10 Dokter datang memeriksa," jawab Kin.

Dira mengangguk lalu bangkit dan berjalan masuk ke kamar mandi, memang betul kepalanya berdengut hebat ketika di bawa berdiri dan berjalan.

"Aku tinggal tidak apa?" Kin terlihat masih  cemas.

"Tidak Kin, aku baik- baik saja," Dira meyakinkan Kin dengan senyum yang mengembang dari bibirnya. Kin memeluk dan mengecup bibir Dira sekilas lalu pergi.


AUTORENGEDANKEN
Yanti_Wina Yanti_Wina

Terimakasih telah membaca Anindira...

Di bab ini yang kata kak Lusy emaknya macan, absen hadir meramaikan. tapi Rey jadi tahu alasan Dira meninggalkannya, pasti makin dalam tuh penyesalan dan cintanya untuk Dira.

Jangan lupa Vote- nya di tunggu! Chapter comment- nya juga, kasih Review untuk menambah semangatku!

Selain Anindira, ada juga tulisanku yang berjudul: Kembali padamu, Secrets Cinta& obsesi juga Caraku. Silahkan mampir.

Terimakasih.

Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C39
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen