App herunterladen
85.27% Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 110: Masa Lalu Yang Hilang

Kapitel 110: Masa Lalu Yang Hilang

Tangan Fei merapihkan rambut depan Hong yang tersibak angin.

"Jangan terlalu lama kena angin dik, kau bisa sakit"

"Kak Fei ini, Hong ini kuat, masach kena angin saja sakit, tenang saja kak"

KaiLe sampai terdiam di tempatnya, bagaimana bisa ia berdiam diri begitu saja melihat pujaan hatinya dipegang sana sini oleh orang lain, tapi, berpikir itu FeiEr, kakaknya sendiri, Kai pikir itu mungkin tidak masalah, walau detak jantungnya berdebar sangat kencang dipenuhi api cemburu, sentuhan Fei pada Hong sudah lebih dari sentuhan seorang kakak pada adiknya sendiri.

"Em ehem!" Kai sengaja bersuara keras agar Fei menyadari dirinya, tapi Fei hanya meliriknya, ia tidak peduli dan terus menyentuh Hong,

"Lihat pipimu, kotor begini"

"Kakak Fei ini, ini tidak kotor hanya kena kue sedikit" Protes Hong saat tangan Fei membelai pipinya.

"Tetap saja, nanti kalau gatal bagaimana? Kulitmu ini begitu halus kalau sampai ibunda melihatnya beliau akan marah"

Fei menghentikan gerakan tangannya, sadar akan tatapan mata Hong padanya.

"I ibunda?" Tanya Hong, matanya besar, embun tipis mulai mengumpul di bawahnya, dadanya berdetak kencang, tiba-tiba dalam kepalanya ada bayangan seorang wanita cantik yang melihat ke bawah ke arahnya,

"Hehehe HongEr kesayangan ibunda"

Hong berbaring di pahanya, tiba-tiba Hong tak bisa menahan air matanya, Fei melihat wajah Hong yang tiba-tiba pucat cemas.

"Adik, kau kenapa?" Fei kelepasan, ia harusnya tahu kalau saat ini Hong kehilangan ingatannya, harusnya ia menjelaskannya pelan-pelan, Fei menoleh pada KaiLe berpikir apa yang harus mereka lakukan.

"Eh adik kita masuk ke dalam yuk, istirahat dulu yah" Fei bangun dan membantu Hong berdiri, hingga Hong yang belum sempat berdiri tiba-tiba lemas di tangan Fei.

"Adik!" Seru Fei dan KaiLe bersamaan.

...............

YangLe masih sibuk menerima beberapa tamu dari istana saat seseorang sudah berdiri di depan pintu, melihat lurus ke arahnya.

YangLe mengibaskan tangannya membubarkan beberapa pejabat administrasi yang memang sudah menyelesaikan urusan mereka, melihat orang yang tak lain Fei yang mendekat cepat, hampir melabrak YangLe seandainya tidak ada BuAn yang menghalanginya dengan pedang panjangnya.

"Sreett!!"

Tatapan mata Fei pada YangLe tajam, seolah siap menerjangnya andai Bu tidak ada di sana.

"Apa yang anda berikan pada adik? Kenapa ia selalu merasa tersiksa saat berusaha mengingat semua masa lalunya?" Suara Fei keras.

YangLe menurunkan pedang BuAn yang menghalangi dada Fei, memberi kode pada pengawal pribadinya itu agar menurunkan pedangnya.

"Bu"

BuAn menegakkan tubuhnya kembali siaga, menurunkan pedang ke sisi tubuhnya.

YangLe menuju ke kursi dan duduk, menunjukkan kursi kosong pada Fei agar ia juga duduk.

"Tuan muda silahkan"

Fei masih emosi, ia marah dan dadanya masih naik turun menahan gejolak, tapi ia tidak bisa begitu saja menerjang putra mahkota itu, posisinya saat ini tidak memungkinkan bagaimanapun caranya, terpaksa mengikuti kemauan YangLe dan duduk.

YangLe dengan santai mengangkat cangkir tehnya.

"Adik Hong mengalami luka cukup parah dan lupa ingatan, itu bukan hal aneh kalau ia merasa tersiksa saat berusaha mengingat masa lalunya, seharusnya, tuan muda Jie tidak terburu-buru memaksakannya, itu membuat ia lemah"

Fei gagap, ia tidak bisa bicara, ia sendiri tak mengerti banyak dengan apa yang terjadi pada Hong, walau ia punya firasat kalau kondisi Hong tidak sesederhana yang diutarakan Putra Mahkota, tapi ia tidak punya bukti apapun, dikepalkan dua tangannya ke atas pangkuan pahanya, ia berdiri.

"Aku akan membawa adik pulang, bagaimanapun rumah adik bukan di sini"

Tapi baru satu langkah, suara YangLe menghentikannya.

"Kurasa ini bukan saat yang tepat tuan muda, kondisi keamanan di luar sana sangat rentan, anda mungkin akan gagal melindungi adik Hong" suara YangLe.

Fei menghentikan langkahnya, membalikkan tubuh melihat YangLe yang terlihat cukup tenang di kursinya, walau mengangkat kepalanya dan melihat Fei sejenak.

"Apa maksud anda?" Tanya Fei.

"Siapapun itu orang yang mengincar HongEr bisa jadi mengambil kesempatan saat kalian keluar istana, selama ini istana adalah tempat yang paling aman untuknya, aku bahkan tidak berani keluar"

Fei mendekat.

"Aku dan DaHuang bisa melindungi adik, anda jangan lupa DaHuang adalah pendekar dengan kemampuan tinggi, aku dan DaHuang lebih mampu melindunginya di luar sana daripada membiarkan ia tidak aman di sini lebih lama"

YangLe menurunkan cangkir tehnya, menarik bibirnya menyeringai, hal yang membuat Fei agak ragu, tatapan mata YangLe menunjukkan hal yang lebih besar dari yang ia ketahui selama ini.

"Tuan muda Jie, anda jangan lupa, anda kini berada di kawasan Hua, ilmu bela diri Hua berbeda dengan Tang, setinggi apapun kemampuanmu di Tang, anda tidak akan pernah siap dengan apa yang ada di Hua, percayalah padaku untuk ini, bahkan BuAn yang memiliki ilmu tenaga dalam tinggi dan kemampuan beladiri tak terkalahkan bisa lengah sewaktu-waktu"

Fei menelan ludahnya bulat, memang benar, ia dan DaHuang bahkan kewalahan mengatasi serangan di hutan Arwah, entah apa yang akan dihadapinya di luar sana, lebih dari yang bisa ia duga, apa ia bisa melindungi adiknya di luar sana, tapi, berada di dalam istana juga bukan hal yang aman, apa yang harus ia lakukan?

................

Di kamar Pangeran muda.

NuMa menyodorkan bubur yang sudah agak hangat ke depan Hong yang duduk di atas ranjang, tapi Hong menggelengkan kepalanya.

"Hong belum lapar bibi Nu, Hong tidak apa-apa kita keluar saja cari udara segar yah"

NuMa dan beberapa pelayan kecil sibuk melayani Hong yang tak boleh kemana-mana karena kondisinya, tapi pemuda itu begitu keras kepala, sejak bangun ia hanya ingin keluar kamar saja, NuMa sampai kewalahan mencegahnya.

"Yang Mulia, Yang mulia sedang tidak enak badan, istirahat dulu yah, tabib bilang kalau Yang Mulia terus kesana sini nanti bisa jatuh pingsan lagi, ampuni kami Yang Mulia, kalau sampai Yang Mulia Putra mahkota tahu kami telah lalai kami bisa kena hukuman berat"

Sun dan NuEr mengiyahkan.

"Iyah Yang Mulia"

Hong melirik NuMa dan lainnya satu persatu, tapi ia sudah kebosanan di sana, udara di luar sana begitu cerah, sangat sayang sekali untuk dilewatkan, Hong melipat tangannya di depan dada dan memasang wajah cemberut.

"Heh kakak ini, apa saja selalu dicegah, Hong bosan sekali"

Sun dan NuEr mencuri tawa melihat wajah menggemaskan Hong saat ia terlihat marah.

"Hehehe Yang Mulia manis sekali"

Suara keras dari arah pintu.

"Yang Mulia Putra Mahkota tiba!"

NuMa dan para pelayan segera membalikkan badan dan berlutut memberi hormat.

"Salam hormat Yang Mulia Putra mahkota"

YangLe yang masuk bersama BuAn di sampingnya mengibaskan tangannya, segera para pelayan itu bubar.

Hong mengalihkan kepalanya saat melihat YangLe mendekat, YangLe tersenyum, dari wajah Hong ia tahu anak itu mungkin sedang marah padanya karena tidak mengijinkan ia keluar kamar, bahkan bertemu dengan Fei dan KaiLe juga dibatasi.

Perlahan putra mahkota itu duduk di pinggir ranjang, meraih tangan Hong.

"Adik kau marah sama kakak?"

Hong menarik tangannya,

"Tidak, siapa yang marah?"

Ia mungkin mengatakan itu dari mulutnya, tapi YangLe tahu adiknya itu sedang marah padanya, ia bahkan tidak mau melihatnya.

###################


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C110
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen