App herunterladen
55.67% The Hidden Smile / Chapter 54: Nadia #9

Kapitel 54: Nadia #9

Musik tengah mengalun memenuhi kamar Alex, hentakan-hentakan yang membangkitkan semangat. Alex sibuk menikmati alunan musiknya sambil menggerakan anggota tubuhnya, menari mengikuti hentakan.

Sudah seminggu sejak Alex keluar dari rumah sakit. Kini kakinya sudah tidak dibalut dengan gips lagi dan ia sudah tidak berjalan dengan bantuan tongkat lagi. Ia dapat mengendarai motornya sendiri ke manapun dan tidak harus dengan mobil Nadia lagi yang dianggapnya sebagai pemerasan. Ia juga sudah dapat menari lagi seperti biasanya, tapi lebih hati-hati.

Hari ini adalah jadwal Nadia menginap di rumah Alex seperti yang biasa mereka lakukan. Mereka akan belajar bersama, makan bersama, pergi bersama, berkelahi bersama, hingga tidur bersama selama akhir pekan ini. Nadia berbaring di ranjangnya sambil membaca serial komik terbaru milik Alex tanpa memperdulikan apa yang sedang dilakukan pemuda itu.

Alex berhenti menari dan mendekatinya.

"Kemaren ada cewek yang ngedektin gue abis lomba." Nadia tidak memperhatikan.

"Trus dia kenalan sama gue." Nadia tidak bergeming.

"Akhirnya kita tukeran nomor handphone dan udah ngobrol selama seminggu ini." Nadia tetap tidak bergeming.

Alex merasa kesal dan mengambil komik itu dari tangan Nadia.

"Ih! Apaan sih?!"

"Lo denger nggak tadi gue ngomong apa ke elo?" tanya Alex kesal.

"Ya terus kenapa?" tanya Nadia kesal lalu merebut kembali komik itu namun tidak mendapatkannya.

"Lo nggak mo komen sesuatu gitu? Ato nanya cantik apa nggak, anak mana…"

"Emang penting buat gue? Urusan lo lah!" Nadia sudah tidak mencoba merebut komik itu lagi dan kembali berbaring.

Alex mengembalikan komik itu pada Nadia lalu duduk di dekatnya. Gadis itu kembali membaca dan tidak menghiraukan Alex di sampingnya yang menatapnya dengan serius.

"Kita tuh udah dewasa, banyak hal yang udah berubah. Ada banyak hal yang udah gue tau dan gue rasain, tapi herannya gue mau lo selalu ada bareng gue." Nadia berbalik dari komik itu padanya.

"Ada banyak hal yang nggak harus gue peduliin kalo itu nggak berefek buat gue." Sahut Nadia.

Alex mendekatkan wajahnya pada wajah Nadia hingga mata mereka bertemu. Tidak satupun dari mereka yang mundur. "Lo nggak pernah kepikiran kalo kita berjodoh, gitu?" tanya Alex pelan.

Nadia langsung tertawa mendengar pertanyaan Alex dan memalingkan wajahnya. "Maksud gue, ngapain coba kita deket selama ini? Udah sepuluh tahun lebih kali. Who knows, kan?" lanjut Alex.

"Kita deket mulai dari zaman kita masih polos sampe sekarang udah terkontaminasi polusi jalanan, itu karena kita sahabatan, Alex. Orang tua kita juga temenan. Nggak usah sok kebawa perasaan, deh!" Jawab Nadia santai lalu kembali membaca komik.

Beberapa saat kemudian, Nadia sepertinya masih memikirkan pertanyaan Alex yang tadi hingga membuatnya tidak bisa berkonsentrasi pada komiknya. Ia kembali berpaling pada Alex. "Dulu lo itu emang lebih tinggi dari gue, tapi lo selalu takut sama gue apalagi kalo gue udah teriak-teriak nggak jelas. Lo bahkan nangis waktu itu sampe gue dimarahin nyokap gue, dan elo dilarang nyokap lo buat maen sama gue sampe seminggu." Katanya lalu tertawa.

Alex hanya mendengarkan di sampingnya dengan setengah hati. "Sekarang, lo bilang kita udah dewasa, lo mikirin soal kita mungkin berjodoh. Lo lupa kalo ada cewek yang ngedeketin elo?"

Alex akhirnya berbalik padanya. "Ternyata kita emang udah dewasa dan udah ada banyak banget hal yang udah berubah. Termasuk elo yang udah lebih ngerti soal perasaan dan bahkan gue nggak nyadarin. Lagian tante Rossari nggak bakal mau lo lebih deket lagi sama gue. Soalnya lo jadi jahat gara-gara temenan sama gue." Lanjut Nadia lalu bangun dan duduk di samping Alex yang masih terdiam.

Nadia merangkul pemuda itu lalu tersenyum manis. "Kalo lo mo ngelanjutin hubungan lo sama cewek itu, gue nggak punya hak buat ngelarang lo. Tapi untuk tau dia cantik atau enggak, atau anak sekolahan mana, itu nggak penting buat gue." Bisiknya.

Alex tersenyum. "Gue tau, pasti lo bakal minder kan kalo tau dia lebih cantik dari lo? Dan lo juga bakal ngelabrak dia kalo lo tau dia anak sekolahan mana." Sahut Alex lalu tertawa yang membuat Nadia melepaskan rangkulannya dan memukul kepalanya.

Alex segera turun dari tempat tidur setelah menerima pukulan dari Nadia yang menatapnya kesal. Alex yang sedang menyiapkan extra bed untuk dirinya sendiri terus tertawa karena hipotesis yang baru saja ia buat sepertinya tepat sasaran, jika dilihat dari ekspresi Nadia. Gadis itu kembali mengambil komik untuk dibacanya, namun kembali kesal saat Alex sudah mematikan lampu dan tidur.


AUTORENGEDANKEN
Weird_Unicorn Weird_Unicorn

DON'T FORGET TO LEAVE A TRACE PLEASE...

so be kind to COMMENT AND VOTE

p.s* your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C54
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen