Memang tak perlu diragukan lagi sexual prowess Vivadhi Ranata yang telah mencapai Tahap Evolusi Elite Tingkat Delapan, yang setara dengan para Kultivator Ranah Spirit Lord Tingkat Menengah.
Apalgi sekarang tingkat evolusinya juga telah semakin meningkat dan telah berada di pinggiran Tingkat Sembilan.
Hanya dengan menggarap tubuh indah Nadhine Alisya yang tersuguhkan di hadapan dirinya saja, maka sudah dapat dipastikan bahwa sang lelaki akan langsung naik menerobos ke Tingkat Evolusi selanjutnya.
Nadhine Alisya tampak tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya, paras cantik wajah sang gadis terlihat tampak begitu genit dengan ekspresi muka yang dibuat oleh dirinya.
Sejenak Nadhine Alisya hanya duduk terdiam memandangi tubuh perkasa Vivadhi Ranata dari atas sampai ke bawah, sebelum kemudian tiba-tiba sang gadis bangkit dan 'menyerbu' ke arah sang lelaki.
Nadhine Alisya melingkarkan sepasang tangannya di leher Vivadhi Ranata dan menciumi sang lelaki dengan penuh nafsu.
Setelah sedari tadi sang gadis melihat pertunjukan panas penuh gairah dimana sang lelaki kekasih hatinya tersebut menggilir empat orang wanita lain di hadapan matanya, kini hasrat nafsu Nadhine Alisya untuk bercinta dengan Vivadhi Ranata seolah sudah berkobar - kobar dengan bergelora bagaikan api besar yang sanggup membakar seisi hutan.
Hasrat nafsu Nadhine Alisya yang sudah begitu tinggi menumpuk sedari tadi kini membuat sang gadis sangat ingin untuk segera dipuaskan sekarang juga.
"Alisya… maaf ya.. sudah membuatmu menunggu lam…" belum sempat Vivadhi Ranata menyelesaikan kalimat yang akan keluar dari mulutnya, dengan penuh bernafsu Nadhine Alisya tahu - tahu sudah memagut bibir sang lelaki dan mengadu bibir serta mulut mereka dengan begitu garang penuh keganasan.
Nadhine Alisya bagaikan seorang pengelana yang kehausan setelah berhari - hari menjelajah padang gurun dan kemudian menemukan sebuah oasis.
Saking ganasnya pagutan mulut dan ciuman bibir Nadhine Alisya, sampai - sampai Vivadhi Ranata pun dibuat gelagapan oleh sang gadis.
Vivadhi Ranata tidak menyangka, Nadhine Alisya yang biasanya tampak begitu lembut dan pemalu jika dibandingkan dengan kakak kembarnya yang begitu enerjik dan penuh semangat masa muda bisa menjadi begitu ganas juga kalau sudah tak sabaran dan sangat terangsang seperti saat ini.
Namun sebagai seorang warga senior yang usianya sudah hampir empat kali lebih tua dari pada sang gadis, Vivadhi Ranata yang sudah berpengalaman menangani wanita selama lebih dari lima puluh tahun tersebut pun dengan cepat mulai mengambil alih kendali dan membalas ciuman ganas penuh kebuasan dari sang gadis pemalu.
Lidah Vivadhi Ranata dengan penuh kelihaian pun mulai terjulur dan bertemu dengan lidah Nadhine Alisya yang sudah dengan tak sabaran menanti milik sang lelaki.
Beberapa saat kemudian, lidah Vivadhi Ranata dan Nadhine Alisya pun saling berjalin serta berkelindan dengan penuh gairah seperti dua ekor ular basah yang sedang bergulat, saling menempel dan membelit, tak mau lepas antara yang satu dengan yang lainnya.
Dengan penuh kerakusan pula Nadhine Alisya menhirup air liur sang lelaki yang membasahi lidahnya, bahkan sang gadis sampai sesekali menghipas dan menyedot mulut sang lelaki dengan mulutnya yang sudah seperti lubang vakum yang tak mengenal kata puas tersebut.
Nadhine Alisya menghisap, menyedot, meneguk dan meminum setiap tetes air liur sang lelaki yang bisa dikumpulkan oleh sang gadis di dalam rongga mulut Vivadhi Ranata.
Lidah Vivadhi Ranata dan Nadhine Alisya yang saling bertautan pun menari - nari dengan penuh erotisme di dalam mulut sang lelaki.
Lalu tak lama kemudian, saat Nadhine Alisya terpaksa harus menghentikan hisapan mulutnya yang menyedot dan meminum air luar sang lelaki untuk mengambil nafas, maka kali itu giliran Vivadhi Ranata yang menghisap cairan mulut sang gadis.
Kali ini giliran Nadhine Alisya lah yang harus megap - megap mencari nafas.
Baru setelah sang lelaki puas "membalas" ciuman rakus sang gadis, kedua insan yang telah dimabuk asmara tersebut melepaskan ciuman mereka dan saling memandang selama beberapa saat.
Vivadhi Ranata membiarkan Nadhine Alisya yang nafasnya sudah tersengal - sengal hampir pingsan kehabisan oksigen sambil membelai - belai paras wajah sang gadis yang begitu cantik penuh pesona seorang remaja yang masih berkembang bagaikan sekuntum bunga yang belum mekar sepenuhnya namun sudah memamerkan pesona keindahan dan semerbak harumnya yang mampu mengundag kumbang dan lebah untuk berebut demi mendapatkan sarinya.
Tanpa banyak berkata apa - apa Nadhine Alisya yang masih mengumpulkan nafasnya menatap mata Vivadhi Ranata dalam - dalam sambil menikmati setiap belaian penuh kasih sayang dari sang lelaki, sambil sesekali memejamkan matanya dengan penuh nikmat yang terasa lembut bagaikan sehelai kain beludru menyingkupi sekujur tubuhnya yang sedang bugil telanjang bulat tersebut.
Nadhine Alisya lalu mengambil tangan Vivadhi Ranata dan mengarahkan telapak tangan sang lelaki kepada dua buah gumpalan payudara sang gadis yang tidak memakai beha tersebut.
Nadhine Alisya menyapukan telapak tangan sang lelaki yang dipegangi oleh tangannya dan membiarkan sapuan tangan Vivadhi Ranata meraba kedua buah dada sang gadis yang terasa begitu lembut dan elastis dengan kedua buah puting susunya yang sudah begitu meruncing dan penuh akan ketegangan yang terasa begitu menggoda untuk dikulum dan dihisap oleh sang lelaki.
"Ranata..., aku udah terangsang sekali saat melihatmu asyik menggilir mereka semua dari tadi…. " kata Nadhine Alisya dengan nafasnya yang masih terengah - engah sambil mengasongkan kedua puting susunya ke arah Vivadhi Ranata.
Sang lelaki pun menyambut undangan sang gadis tersebut, dengan tangan kirinya Vivadhi Ranata meremas - remas payudara kanan Nadhine Alisya dan dengan menggunakan mulutnya sang pria pun mengulum puting susu yang satunya lagi.
Lalu setelah puas mengulum puting susu sang gadis, sang lelaki pun beralih mengulum puting susunya yang sebelah dan berganti meremas - remas buah dada yang satunya lagi.
Kemudian sang lelaki berhenti sebentar dan menggunakan kedua tangannya untuk menyatukan kedua buah gumpalan bukit kembar di dada Nadhine Alisya dan mempertemukan kedua puting susu sang gadis yang sudah begitu keras menonjol bertahta di puncak kedua bongkahan bukit kembar sang gadis.
Kedua puting susu sang gadis yang sudah begitu keras tersebut saling bergesekan satu sama lain dan sensasi nikmat bercampur geli yang sontak dirasakan oleh sang gadis dari pergesekan tersebut pun serentak membuat sekujur tubuhnya tersentak dan bergetar dengan penuh gairah.
Vivadhi Ranata pun tersenyum nakal melihat reaksi alami dari tubuh belia Nadhine Alisya yang sudah menjadi begitu sensitif tersebut.
Kemudian Vivadhi Ranata melanjutkan permainannya dan mengulum kedua buah puting susu Nadhine Alisya yang saling beradu tersebut di dalam mulutnya.....
Nadhine Alisya benar - benar merasakan sensasi kenikmatan yang bercampur aduk tak terbayangkan dengan sensasi - sensasi lainnya yang menjalar dari kedua buah puting susunya yang sudah menjadi begitu sensitif tersebut yang saling beradu dan bergesekan antara satu sama lain serta dengan lidah nakal sang lelaki yang menari - nari di dalam mulutnya semakin merangsang kedua buah puting susu sang gadis.
Tak puas hanya sampai disitu saja, Vivadhi Ranata dengan menggunakan giginya pun dengan lembut menggigit kedua buah puting susu sang gadis.
Nadhine Alisya langsung seketika menjerit penuh nafsu tatkala sensasi yang tak sanggup dideskripsikan oleh sang gadis mendadak mencengkram sekujur tubuhnya.
Cairan kenikmatan pun mengalir keluar dengan deras membasahi selangkangannya yang tidak tertutupi oleh sehelai benang pun, yang menunjukkan kalau sang gadis bari saja mengalami orgasme tatkala kedua puting susunya digigit sekaligus oleh sang lelaki.
Beberapa saat pun berlalu dan gadis belia tersebut pun akhirnya berhasil menyeberangi samudra klimaks yang baru saja mengguyur menghanyutkan dirinya.
Sambil tersenyum penuh kenikmatan, Nadhine Alisya membelai kepala Vivadhi Ranata yang masih terbenam di dalam gundukan kedua buah dada miliknya dan mereka berdua pun melanjutkan permainan hangat penuh gairah asmara ini.
Buah dada besar yang begitu montok dan kenyal milik Nadhine Alisya pun dikunyah oleh Vivadhi Ranata dengan sepuas hatinya.
Nadhine Alisya mendesah dengan penuh kenikmatan.
Jari jemarinya secara refleks mencengkram kepala Vivadhi Ranata, hingga mengusutkan rambut sang lelaki yang teracak - acak oleh tangan gemulai sang gadis yang terkadang berayun - ayun menggelinjang tak karuan saat gadis muda belia tersebut tak sanggup menahan nikmat yang menjalar dari buah dadanya hingga menggema memenuhi sekujur tubuhnya.
Masih dalam posisi terdudu, Nadhine Alisya pun mengangkangkan kedua belah kakinya yang putih dan mulus bagaikan pahatan pualam tersebut.
Sang gadis membuka lebar - lebar selangkangannya yang sedari tadi juga sudah setengah terbuka.
Nadhine Alisya mencari posisi duduk yang enak yang nyaman sembari membiarkan sang lelaki yang berada dalam pelukannya mempermainkan kedua belah payudara sang gadis dengan mulutnya.
Namun karena posisi duduk sang gadis yang terbuka mengangkang lebar - lebar tersebut, sehingga mau tak mau gundukan pintu menuju liang cintanya yang tebal dan tidak berambut itu merekah di hadapan misil iskandar sang lelaki yang sesekali bergesekan dengannya.
Cairan bening pun merebak dengan deras, meluap - luap keluar dari liang cinta sang gadis yang baru saja selesai mengarungi gelombang orgasme nya yang ke - sekian malam itu.
Cairan hangat penuh kenikmatan tersebut pun mengalir dengan begitu mulus mengairi sela - sela celah liang cinta di lembah selangkangan sang gadis, menampilkan pemandangan yang begitu indah mempesona.
Namun Nadhine Alisya serasa tidak mempedulikan hal tersebut.
Dibiarkannya saja cairan kental hangat nan bening itu mengalir membasahi lembah selangkangan nya hingga becek membanjir.
Bahkan Nadhine Alisya meminta sang lelaki untuk memegangi dan meraba - raba lembah selangkangannya yang sudah begitu basah bagaikan sebuah danau eksotis di tengah - tengah cerukan plateau nan erotis.
Vivadhi Ranata dengan jari - jemarinya pun menyelusup ke dalam liang kenikmatan Nadhine Alisya, yang sudah terasa begitu hangat dan sangat basah oleh cairan pelicin yang melumasi segenap dinding lubang cinta sang gadis yang dengan begitu ketat dan kencang menjepit jari jemari sang lelaki yang tenggelam masuk semakin dalam seolah - olah sedang dihisap oleh dengan mulut - mulut yang begitu rakus ingin menelan jari - jemari tersebut.
Vivadhi Ranata pun menyentuh klitoris Nadhine Alisy yang sudah merah merekah menonjol di atas tahtanya di atas gerbang suci menuju liang cinta sang gadis dengan ujung ibu jarinya.
"Aaaakhh…. AAAhhhhhh!!!!!" Nadhine Alisya pun melolong dengan tidak tertahankan begitu penuh akan kenikmatan birahi.
"Enak banget, Ran!" desah sang gadis yang sekujur tubuhnya langsung kembali tersentak saat sang lelaki dengan nakal mengusap klitoris Nadhine Alisya dengan gerakan memutar.
Kemudian sembari mencari pegangang dan memeluk leher Vivadhi Ranata, Nadhine Alisya pun mencium kening sang lelaki dan sang gadis yang sudah menjadi semakin bergairah penuh birahi tersebut pun mengajak sang lelaki untuk meniduri tubuh muda belia sang gadis yang sudah bugil telanjang bulat tersebut di bawah tubuh perkasa sang lelaki, persis seperti posisi Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah saat tadi bercinta.
Tak banyak basa - basi, Vivadhi Ranata pun langsung merengkuh dan menggendong tubuh hangat gadis muda tersebut ke atas matras tempat sang lelaki tadi menggarap tubuh saudari kembarnya tersebut.
Di atas matras tersebut tubuh indah Nadhine Alisya yang sudah begitu panas terbakar api hasrat tersebut pun dibaringkan oleh sang lelaki.
Tapi ketika Vivadhi Ranata hendak beranjak untuk menindihi tubuh gadis muda yang sudah sangat siap untuk menerima kegagahan sang lelaki, tiba - tiba Nadhine Alisya pun mendudukkan tubuhnya yang sudah bugil itu.
Vivadhi Ranata pun heran, apa kah kiranya yang akan diperbuat oleh gadis muda ini.
"Aaakkkhhs.... Sedari tadi aku udah kepengan banget ini.... Aaahhh.... Akhirnya kudapatkan juga...! AAkkkkhhh...." Nadhine Alisya berkata dengan tak sabaran sembari mendesah dengan penuh nafsu.
Nadhine Alisya dengan sangat bernafsu memegangi bagian pangkal dari senjata pusaka sang lelaki yang sudah kembali menegang penuh gairah di tangan sang gadis.
Misil Iskandar sang lelaki yang begitu besar dan keras berkedut - kedut tersebut terasa sangat kontras dengan tangan halus nan lembut milik Nadhine Alisya.
"AAaahhh.... Besar dan nikmat…." Seru Nadhine Alisya sambil meremas - remas batang misil iskandar milik sang lelaki sambil menatap senjata pusaka yang telah memberi dirinya begitu banyak kenikmatan tak terbayangkan tersebut dengan tatapan basah, lapar, dan.... "butuh"....
Desahan nafas panas berbaur nafsu pun keluar dari bibir manis Nadhine Alisya.
Sang gadis terus mengocok - ngocok batang misil iskandar sang lelaki sambil sesekali mempermainkan kantung harta berisi dua butir mutiara pusaka milik Vivadhi Ranata.
"Sekarang giliranku…" kata Nadhine Alisya dengan begitu lembut sambil tangannya dengan tanpa berhenti terus mengocok - ngocok batang kenikmatan lelaki yangbegitu dicintainya tersebut.
Antara Nafsu dengan Cinta, entah lah, siapa peduli.
Yang penting rasanya Enak.
Nadhine Alisya pun bangkit dari matras dan berdiri di samping sang lelaki, dengan lembut didorongnya dada Vivadhi Ranata yang begitu bidang ke arah matras, membuat sang lelaki jatuh terbaring di atas matras yang lembut tersebut.
Vivadhi Ranata menurut saja mengikuti apa yang diinginkan oleh Nadhine Alisya.
Setelah sang lelaki berbaring di atas matras, Nadhine Alisya pun menaikkan sebelah kakinya dan mengangkangkannya ke atas, memamerkan selangkangannya yang sudah begitu basah terbuka lebar - lebar meneteskan cairan kenikmatan yang menitik - nitik dari celah - celah liang cintanya.....
Das könnte Ihnen auch gefallen
Kommentar absatzweise anzeigen
Die Absatzkommentarfunktion ist jetzt im Web! Bewegen Sie den Mauszeiger über einen beliebigen Absatz und klicken Sie auf das Symbol, um Ihren Kommentar hinzuzufügen.
Außerdem können Sie es jederzeit in den Einstellungen aus- und einschalten.
ICH HAB ES