Yumeko Pov.
Waktu itu kupikir perasaanku padanya tak akan berkembang sejauh ini, tapi nyatanya aku malah berakhir mencintainya.
Aku sendiri bingung kenapa aku bisa mencintai pria itu, apa karena personalitasnya? Ataukah karena penampilannya yang gagah?
'Sangat membingungkan, tapi aku menyukai perasaan ini.' Pikirku saat itu.
Awalnya aku berpikir untuk memendam perasaan ini jauh di dalam hatiku, tapi saat saudariku menawari sebuah rencana yang menggoda... Aku tidak bisa menolaknya.
'Nampaknya Yuriko juga memiliki perasaan yang sama kepada ayah.'
Akhirnya aku dan Yuriko pergi ke apotek, dengan rangkaian rencana yang mantap, akhirnya kita bisa menyingkirkan *cough* maksudku membuat ibu tertidur untuk saat ini.
Rencana selanjutnya adalah membuat ayah tertidur juga! Setelah itu sisanya...
'Hehe~'
Tapi nampaknya rencana itu harus berubah.
---
Saat aku sibuk sendiri di dalam dapur, aku mendengar langkah kaki dari arah belakang punggungku.
Awalnya kupikir langkah kaki itu datang dari Yuriko, tapi saat aku merasakan lengan kuat yang melilit pinggangku secara tiba-tiba.
Pemikiran itu langsung aku buang jauh-jauh, karena orang yang memelukku tak lain adalah Satou!
Jantungku langsung berdetak kencang. 'Kenapa tiba-tiba...'
Pikiranku langsung melayang kesana kemari.
Saat dia menopangkan dagunya di bahuku, aku mendengarnya berkata; "Masak apa?"
Saat itu aku tahu bahwa dia telah salah sangka, mungkin dia berpikir bahwa aku adalah Kyoka, ibuku sendiri!
Yumeko sangat yakin akan hal itu, Kenapa? Karena aku dan ibu terlihat sangat persis, dari wajah, warna rambut serta mata. Kasus ini juga pernah terjadi, saat teman ibu berkunjung kerumah, mereka juga menyangka aku sebagai Kyoka.
Hanya saja yang membedakan antara aku dan ibu adalah; Dia tidak memakai kacamata sedangkan aku memakai kacamata, gaya rambutku juga berbeda...
Dan sekarang aku melepas kacamataku, mungkin karena ini Satou tidak menyadari bahwa aku adalah Yumeko.
'Ah, i-itu.. Aku sedang m-mem-memasak kari...'
Aku hanya bisa menjawabnya dengan nada gugup.
---
'Ayah sangat nakal.'
Gumamku dengan wajah yang telah berubah sangat merah.
Selain mencium pipiku secara tiba-tiba, dia juga menyentuh-
'Ah, sekarang aku merasa sangat lemas.'
Gumamku lemas sambil mengingat apa yang dilakukan ayah beberapa menit lalu.
Beberapa menit kemudian saudariku kembali ke dapur, dia bertanya khawatir apakah aku sedang tak enak badan, aku hanya berbohong padanya sambil mencoba bertindak senormal mungkin.
Untungnya dia percaya dengan kebohongan halus yang aku katakan, setelah itu dia memintaku untuk istirahat sejenak, yang aku setujui dengan segera.
---
Aku berjalan keluar dari dapur setelah melepas apron yang aku kenakan sebelumnya. Tanganku meraih saku celana, mengambil kacamata aku segera mengenakannya.
Tapi saat itu aku melihat ayah menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan. Dia juga terlihat sedikit berkeringat.
'Mungkin dia telah sadar...' Pikirku sambil mengedipkan mata beberapa kali.
Mungkin dia merasa tak enak dan berpikir bahwa aku akan marah padanya akan kelakuan mesum yang dia lakukan sebelumnya. Tapi jujur saja aku tidak membenci hal itu, justru aku ingin dia melakukannya lagi...
Kau tau, aku ingin dia dekat serta bersikap mesra padaku layaknya kepada ibu.
Aku melihatnya menghampiri diriku sembari tersenyum canggung.
*Dug!*
*Dug!!*
*Dug!!!*
Aku tak mampu menahan laju jantung yang semakin kencang.
Semakin dekat, aku terus menatapnya.
Saat itu aku mendengar suaranya; "Yumeko, tentang hal... Hal yang aku lakukan sebelumnya, mohon maa-"
Aku segera memutus perkataannya dengan tindakan yang mungkin 'Paling berani' yang pernah aku lakukan.
Aku merangkul lehernya sambil berjinjit, sedangkan bibirku telah bertemu dengan bibirnya.