App herunterladen
63.82% [Bukan] Bodyguard / Chapter 30: 29. Serendipity

Kapitel 30: 29. Serendipity

Kata maaf yang sengaja ia lirihnya sesayup mungkin. Hingga akhirnya dia merasakan sedikit demi sedikit Yerin mulai bisa merasakan kelegaan, meskipun dia tidak mendapat jawaban atas kalimat tanya yang tersirat semu itu. Menunggu pun tidak. Hanya ingin mengungkapkan lagi yang lain, sepertinya dengan bicara pada orang lain akan sangat menyenangkan baginya mulai malam ini. Meskipun dengan orang yang tengah tertidur sekalipun.

Yerin mulai merubah posisi tangannya, berusaha sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara signifikan dari pergerakannya. Satu lengannya sudah ditarik untuk bantalan kepalanya, sedangkan satu lengan lainnya dia gunakan untuk memeluk bantal. Berbaring masih menghadap punggung sang pria. Pria yang selalu saja membuat isi kepalanya hanya berisi tentangnya. Sedetik menarik nafas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan.

"Semuanya abu-abu, Choi-ssi. Semuanya semu. Aku seperti tidak mengenali diriku sendiri, tapi aku menemukan sesuatu yang lain dalam dirimu. Sebuah serendipity saat aku menjadikan lenganmu sebagai sumber kekuatanku menghadapi dunia.

Aku gemetar tanpa sadar. Meskipun aku berusaha menahan setengah mati, tetap saja kurasa kau menyadarinya. Tindakanku gila, aku tahu. Menciummu didalam mobil setelah memaksakan diri ikut bersamamu. Yang akhirnya aku juga lah yang merepotkanmu disana.

Katakanlah bahwa sekarang aku hilang akal karena menahanmu didalam kamar dan ranjang dimana kau tertidur sekarang. Sebenarnya aku ingin tidur, mengabaikanmu yang juga sepertinya tidak berniat memelukku seperti tadi. Tapi aku tidak bisa menjadi semudah itu terlelap, padahal aku tipikal orang yang gampang tertidur."

Sesekali Yerin menyunggingkan bibir disela air matanya. Menertawakan betapa konyolnya seorang Kim Yerin jika sudah berhadapan dengan Choi Jungkook. Betapa tidak bergunanya logika dikala dirinya sudah bersama pria itu. Menyedihkan kala teringat hanya Jungkook lah yang dia percaya untuk membawanya pada dunia luar.

Yerin sesenggukan namun tetap diselingi senyuman yang terpatri jelas di kedua sudut bibirnya. Air mukanya mendadak memerah dibawah temaram. Mengingat bagaimana wajah Jungkook saat tersenyum padanya, sungguh membuat gadis itu sungguhan tidak bisa menyembunyikan betapa hatinya menjadi lebih terang. Seperti mendapat sebuah lentera akan sebuah harapan akan sesuatu yang ia impikan dikemudian hari.

"Aku berisik sekali ya, maaf jika kau terganggu." ucap Yerin mepungkaskan kalimatnya. Hendak mengusap bahu pria itu namun mendadak menariknya kembali, ia pikir ia tidak perlu melakukannya. Atau nanti tidurnya bisa terganggu. Ia tidak ingin mengganggu ketenangan pria itu. Nyatanya cukup mendapati Jungkook ada didekatnya, sudah cukup membuat Yerin merasa penuh.

Beringsut beranjak untuk berdiri dan memakai sandal bulu pink nya. Hendak turun kebawah untuk mengambil segelas minuman karena ia lupa tidak meminta bibi Yoo mengisi teko nya dengan air putih tadi pagi. Ternyata melelahkan dan haus juga setelah menangis dan meluapkan semuanya. Pun sekarang dia merasa lega, meskipun Jungkook tidak mendengarkanya, ia hanya butuh mengungkap pada angin malam. Yang mungkin langsung terbang dan menghilang di awangan.

Tidak ada kalimat lagi yang mengudara setelah Yerin memutuskan untuk benar-benar keluar dari kamarnya dengan membawa teko kosongnya. Bunyi sandal rumah yang halus dan sekali dia membuka kenop pintu hingga menimbulkan sedikit ceklekan lantang. Sebenarnya biasanya tidak terdengar disiang hari, tapi karena malam, suara sekecil apapun pasti seperti menggaung disegala penjuru. Nyatanya Yerin sudah terbiasa dengan sunyi. Ketenangan dengan seribu gundah yang ia samarkan menjadi sebuah seni bertahan hidup. Ia hidup tapi ia mati. Jiwanya terkunci, namun raganya harus tetap bergerak.

Dua menit Yerin berjalan menyusuri mansion besar neneknya yang sangat sepi tanpa ada suara apapun kecuali langkah kakinya sendiri. Dalam hati Yerin menggumam, seperti mempertanyakan pada dirinya sendiri tentang mansion sebesar istana ini untuk apa nantinya. Jelas ia tahu bahwa ini untuknya, namun sekarang saja ia merasa sudah berjalan sangat jauh hanya untuk menuju dapur. Mengambil segelas minuman dingin dan harus membakar kalori hampir 100 kkalori dengan naik turun tangga. Mungkin besok Yerin akan meminta neneknya untuk membelikannya sekuter. Agar ia tidak terlalu lelah dan sekalian bersenang-senang dirumah yang lebih terasa seperti lapangan lepas landas.

Yerin memutuskan mengambil gelas yang baru, meninggalkan tekonya diatas konter dengan rencana besok pagi ia akan meminta bibi Yoo untuk mengisi tekonya dengan Teh melati saja. Mengingat hari kemarin adalah terakhir dia menyesap teh herbal yang selalu menjadi jamuan hariannya.

Suhu freezer mendadak menyapu wajahnya kala ia menarik gagang pintu lemari makanannya. Yerin langsung memejam karena dinginnga ternyata bisa langsung menjalar hingga ujung kakinya, padahal dia hanya membuka pintu atas dan membiarkan pintu bawah tetap tertutup rapat. Namun tetap saja, kakinya terasa sangat dingin.

Yerin tahu dirinya bodoh untuk seharian penuh ini, pun sekarang saat dirinya jelas-jelas sedang kedinginan, ia malah mengambil sebotol air putih yang dingin dan membawanya keluar sembali punggung tangannya mendorong pintu lemari makanannya agar kembali tertutup dan berhenti memberikan hawa dinginnya padanya. Pun sekarang Yerin sudah berjalan menuju konter tempat dimana teko dan gelasnya berada.

Bunyi kucuran air dingin yang menjatuh ke dasar gelas sungguh menggema begitu kuat. Rasa-rasanya Yerin sedang berada disebuah gua yang selalu menggaungkan bunyi apapun dan sekecil apapun frekuensinya. Tapi Yerin menikmati suara itu. Menenangkan. Sedari dulu elemen air memang selalu menyenangkan, pun sekarang bukanlah saat yang tepat untuk kembali keatas, pikirnya. Entah kenapa Yerin malah akhirnya menarik kursi makan dan duduk dengan dua telapak tangannya menggenggam satu gelas dengan jari yang saling menaut dengan perasaan gelisah.

Yerin benar-benar sangat kesulitan mengenali dirinya sendiri 24 jam belakangan ini. Acap kali dia merasakan kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan dan kebahagiaan dalam satu waktu. Bersamaan hingga rasanya tidak ada yang mendominasi. Semua seimbang dalam taraf yang sama rata, membuat dirinya juga kesulitan menebak apa yang sedang dia rasakan saat ini. Kalau saja perihal Jungkook, tentu dirinya akan segera keatas dan menghampiri pria itu, namun sekarang bahkan Yerin tidak melakukannya.

Selesai Yerin meneguk beberapa teguk dari gelasnya, tenggorokannya yang semula kering pun langsung basah dan dingin. Menjalar dari lidah hingga ke lambung, namun tetap saja air dingin itu seperti menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh.

Matanya hanya menatap lurus tanpa minat pada sebuah wadah sendok didepannya. Benda pink yang jadi kesukaan neneknya. Sendok-sendok yang tergantung rapi dengan ujung-ujungnya yang berwarna pink terang. Perlu diingat kembali bahwa dapur ini dibuat khusus dengan desain yang nenek buat, yaitu pink. Dari mulai konternya, lemari makanannya, bahkan hingga kompor dan panci masaknya, semuanya pink. Yerin terkadang sedikit heran dengan neneknya itu, meskipun dia sudah tahu bahwa nenek adalah pecinta warna pink, tapi tetap saja dia tidak habis pikir bahwa salah satu dapur di mansion ini akan dibuat seperti dapur bayi dengan interior pink di segala penjuru.

Nenek dan Yerin memiliki selera yang lumayan berbeda jauh. Neneknya suka warna terang, khususnya warna pink legendarisnya. Sedangkan Yerin memiliki selera yang lumayan tidak biasa dan jauh berbeda dengan sang nenek, yaitu; Yerin suka sekali warna hitam. Kesan misterius dan mahal yang selalu terpancar dari warna hitam. Yerin selalu menyukainya. Misterius, elegan, gelap, namun selalu terkesan mahal disegala aspek. Cinta sekali, entah harus bagaimana lagi Yerin mengungkap kecintaannya pada warna hitam. Karena dia cinta sekali.

Melamun sepenarnya bukanlah satu-satunya opsi yang ada diisi kepala Yerin. Tapi nampaknya Yerin sedang melakukannya. Melamun. Bahkan sampai tak sadar bahwa dibelakangnya sudah berdiri seseorang yang sejak 20 detik yang lalu memperhatikan setiap gerak gerik dirinya. Tidak usah  ditebak karena jelas saja itu Jungkook. Pria yang entah mendapat dorongan darimana hingga tiba-tiba sudah berada ditempat yang sama dengan Yerin, yang telah menghabiskan hampir 10 menitnya hanya untuk melamun.

Yerin terkesiap saat gelas yang di genggamnya mendadak ditarik oleh seseorang dengan kasar. Mendadak fokusnya langsung kembali dan sontak saja langsung mendongak hendak memaki karena mengagetkannya. Namun anehnya, saat Yerin merangkum dengan baik sosok yang mengacaukan lamunannya itu, dia tidak jadi memaki, malah hanya diam sembari menelengkan kepalanya sedikit.

"Jungkook, apa yang kau lakukan disini?"

[]


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C30
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen