"Vin, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya mengucapkan terimakasih pada mu, aku-"
"Sudahlah... Sebaiknya kau lekas usap air mata mu yang membanjiri. Hanya untuk mengantarkan mu saja, sama sekali tak merepotkan ku. Bukankah kita kawan?"
Devan sontak saja langsung melaksanakan saran dari kawan barunya itu. Dengan menggunakan punggung tangannya, kain tebal yang melingkupnya itu makin memudahkan basahan di wajahnya lekas mengering.
Mengulas senyum tak lama setelahnya. Kevin pun menghempaskan lengannya, untuk mengkode Devan supaya cepat bergerak pergi.
Devan pun menganggukkan kepala, lengan kanannya melambai, lantas berganti cepat untuk membalikkan badan.
Gedung tinggi menjadi sasaran, langkah kecil Devan nampak sangat terburu-buru. Kedua lengannya mencengkram tali ransel yang masih disampirkan di punggungnya.
Tak mempedulikan orang-orang di sekitar yang nampak menaruh perhatian berlebih kepadanya. Kepala yang kompak menggeleng, decih bibir serta sorot mata yang penuh belas.