Kapitel 289: “Kak, bagaimana kau bisa menganggap ku seburuk itu?”

Ketukan sepatu mahalnya menjadi perhatian utama. Langkahnya yang menapak pasti, membuat beberapa orang yang melihatnya sampai tahan napas. Ruangan lebar dengan dua orang remaja yang melakukan pertunjukan, jelas itu sangat tak sopan jika sang pemilik aslinya tak ada di tempat.

Pandangan pria dewasa yang bersetelan jas mahal itu tak sekali pun lepas dari sasaran mangsanya. Rahangnya mengetat, giginya sampai mengerat. Urat di dahinya pun bahkan sampai timbul dan berkedut jelas. Bukan ekspresi yang bisa di pandang tenang, bahkan untuk orang yang tak bermasalah sekali pun.

Kali ini benar-benar lebur untuk seorang remaja pria yang menampakkan bagian atas tubuhnya yang telanjang. Ikat pinggang yang kunciannya sedikit terlepas dengan resleting sedikit tertarik turun ke bawah, nampaknya detail sekecil itu membawa pengaruh yang cukup besar untuk lanjutan hidup remaja itu setelahnya.