App herunterladen
3% Misteri Gunung Maruyung / Chapter 6: Misteri yang belum terpecah

Kapitel 6: Misteri yang belum terpecah

sudah 4 hari berlalu tapi meraka tak kunjung mendapatkan petunjuk tentang keberadaan teman-teman mereka.

"Ini gimana stok makanan kita mulai habis, besok juga habis?" Tukas Aldo sambil bertanya kepada Chandra.

"Ya gimana lagi kita cari buah atau daun yang bisa makan," JelasChandra dan di balas dengan helaan nafas dari mereka .

"Ya udah kita istirahat dulu di sini, daripada kita berjalan terus, simpan tenaga buat habisi musuh nanti." Ucap Chandra sambil menengok ke arah belakang

"Chand menurut Lo kita harus berhenti disini atau kita melanjutkan perjalanan kita sampai ke sini ?" Gisel bertanya dengan ragu dan Chandra mengangkat alis nya dengan bingung, " kalau kita berhenti di sini kasihan nanti teman-teman Lo dan sekalian kita ungkap fakta tentang misteri gunung Maruyung ini," Ucap Angga.

"Tumben Lo Tegas jadi orang?" Tanya Gisel dengan menatap ke arah Angga dan Angga hanya mengumpat dengan kesal.

"Ckckck.... gua tegas engga percaya, giliran gua just kidding itu suka di marahin mulu, mau nya apa si?" dengan bertolak pinggang Angga sambil menatap Gisel sedangkan Gisel tertawa terbahak-bahak .

"Eh Angga sayang jangan marah nya ?" tanya Aldo bersuara dengan nada kemayu dengan mencolek dagu Angga.

"Jauh-jauh dari gua setan. Gua masih normal." Dengan menepis tangan Aldo Angga ketika Aldo ingin memeluk Angga .

"Haduh udah kalian berdua. Diam dulu lagi serius ini." Ucap Gisel dan di balas dengan anggukan dari Chandra. Jika Chandra sudah menganggukkan arti ya HARUS DITURUTI PERINTAHNYA .

"Ya udah diam dulu kita bentar, istirahat dulu sebentar ya." Tanpa menunggu persetujuan yang lain Aldo langsung mendudukkan bokong di tanah.

skip

Sekitar sore hari Gisel dengan Chandra mencari makanan buat di makan nanti malam .

"Chandra kalau misalnya Lo kesel sama orang mesti gimana?" Tanya Gisel sambil berjongkok sedangkan Chandra sibuk mengambil kelapa dari pohon nya .

"Apa engga kedengaran Lo ngomong apa," Ucap Chandra sambil berteriak dan di balas dengan delikan dari Gisel .

"Setan emang Lo ya jadi manusia, gua curhat panjang lebar sedangkan Lo budeg telinganya nyesel gua ngomong sama Lo." Dengan mengumpat dengan kesal kepada Chandra.

"Lah salah siapa coba, ngajak orang lagi manjat pohon ya engga kedengaran . coba aja Lo manjat terus gua ngomong pasti engga kedengaran?" Tantang Chandra sambil berteriak dengan kencang .

"Ya ngomong kek dari tadi, kalau Lo engga dengar, jangan seakan-akan gua ngoceh tapi Lo kaya orang merespon ucapan gua." Sebagai kaum wanita tentu saja tidak akan mau kalah dari kaum lelaki sedangkan Chandra terkikik geli .

"Engga usah ketawa gua timpuk Lo baru tau rasa sakitnya." Gerutu Gisel sambil cemberut sedangkan Chandra tertawa pelan .

"Ya udah gua minta maaf." Ucap Chandra sambil mencoba turun dari pohon kelapa.

"Ya udah, nanti gua dengarkan apa yang Lo mau ucapin, sekarang gua mau turun dulu minggir Lo nya." Ucap Chandra sambil turun sedikit demi sedikit dari pohon kelapa .

Chandra dan Gisel sudah selesai mengambil beberapa butir kelapa untuk di jadikan stok minuman sedangkan untuk makan malam ya mungkin ala kadar seperti ubi jalar plus talas yang kebetulan dia tadi menemukan nya.

"Jadi Lo tadi pas gua manjat ngomong apa?" Tanya Chandra sambil menoleh ke arah Gisel

" ENGGA bukan apa-apa, engga penting." Ketus Gisel terus berjalan ke depan menghiraukan pertanyaan dari Chandra.

"Lo marah karena gua engga merespon ucapan dari Lo?" Tanya Chandra dengan menyamakan dengan Gisel

"Udah deh diam aja, Lo ngomong bikin gua pengin muntah." Ujar Gisel sambil berjalan duluan meninggal kan Chandra sedangkan Chandra hanya menggelengkan kepalanya.

"Darimana aja kalian berdua, lama bener dah." Tanya Angga sambil berdecak pinggang ketika melihat pasangan yang baru sampai ke tenda.

"Biasa tuh cewe bikin gue pusing aja," Ujar Chandra sambil menunjuk ke arah Gisel

"Heh Lo kalau ngomong suka sembarangan nya, Lo kaya engga bikin orang pusing aja ?" Tak terima dengan tuduhan itu, Gisel sambil menantang wajah Chandra sedangkan yang lain memutar bola mata mereka dengan malas.

"Udah daripada kalian berantem engga ada kata selesai mendingan kalian berdua bantuin kami berdua." Ucap Aldo sambil melerai Gisel dan Chandra .

Chandra meninggalkan Gisel tanpa menjawab, "Lo itu nya jadi cowo engga berkeperimanusiaan." Ucap Gisel sambil menendang pantat Chandra

"Dasar ya Lo cewek barbar." Dengan berdecak sebal Chandra sambil mengelus pantat nya sedangkan yang lain hanya bisa menahan tawa, karena yang berani seperti itu hanya Gisel, selebihnya tidak ada yang berani .

"Haduh Gisel, cuman Lo doang yang berani sama bos kita punya." Ungkap Angga sedangkan Chandra langsung menengok ke arah belakang dan melayangkan tatapan tajam ke mereka berdua .

" HEHEHEHEHEHE maaf bos, cuman bercanda ."ucap Angga sambil tersenyum manis dan tak lupa menekan kata hehehehehe.

"Pindah lo di depan, gua belakang Gisel sekarang juga ." Uñcap Chandra sedangkan mereka berdua langsung menuruti kemauan sang bos.

setelah mengisi perut yang sudah kenyang dan hanya ada cahaya dari api unggun, mereka terdiam sejenak antara mau melanjutkan atau berhenti, jika berhenti percuma juga mereka juga tidak mengingat jalan karena saking luas nya gunung dan meskipun sudah ada jejak tapi seperti kita berjalan dengan jalan yang sama.

"Jadi ini gimana di satu sisi gua bingung, mau pulang juga tanggung, mau mencari tapi tidak pernah ketemu sama mereka, kira-kira dimana ya mereka?" Tanya Angga sambil menghela nafas.

"Ya gimana lagi toh ini adalah jalan yang kita pilih, jika memang sudah takdir sama kita, mau bagaimana lagi," Jelas Aldo, "Lagi pula kita udah bahas ini sebelumnya?" Tanya Aldo sedangkan yang lain menganggukkan kepala tanda mengerti

"Maaf sudah membawa kalian di ke dalam masalah gua, jika gua engga mengajak mereka pasti mereka tidak akan tersesat bahkan di culik oleh seseorang."Tutur Gisel sambil menundukkan kepala nya .

"Sudah daripada kita saling menyalahkan lebih baik kita main apa gitu, biar rame dan stop engga usah sedih lagi." Hibur Angga sedangkan yang lain menghela nafas kasar mendengar gurauan dari Angga

"Mau permainan engga?" Tawar Angga sambil menatap satu persatu.

"Mau game apa?" Tanya Aldo dengan menatap ke arah kami.

"Kita main TOD, aja gimana?" Angga mengusulkan sedangkan yang lain cuman menganggukkan kepala nya .

"Oke siapa takut, mana senter Lo?" tanya Aldo sambil meminta senter yang Angga pegang dan Angga langsung memberikan senter kepada Aldo .

"Tapi ini kan tanah pasti susah lah kalau main TOD?" tanya Gisel dengan melihat ke tanah yang tidak di lapasi oleh apapun.

"Tenang Gis, gua kan keturunan dari Albert Einstein, jadi gua pinter dan gua akan mencari cara biar senter ini bisa muter seperti di lantai yang aduhai lincin sama kinclong." ucap Angga dengan membusungkan dadanya.

"Heh si babi, hubungan sama Albert Einstein apa ?" Tanya Aldo sedangkan yang lain terkekeh pelan mendengar ucapan dari Aldo.

"Si Aldo jadi orang ko bego banget si, ya ada lah secara kan Albert Einsteinl tuh orang pinter." Jelas Angga sambil menyombongkan diri sendiri nya

"Albert Einstein itu ilmuan fisika sedangkan Lo itu turunan dari bapake SEAN ALEXANDER. DAN IBU MARIANE SURATIH." Tawa Aldo sambil menggeplak kepala Angga dengan kencang dan Angga hanya menggerutu dengan sebal tak lupa memoyongkan bibirnya

" Setan engga usah main pukul kepala gua dong, sakit tahu." Gerutu Angga sambil mengelus kepala nya .

"Intinya gua keturunan dari Albert Einstein titik. Ucap Angga dengan tak mau kalah.

"Yayayayayaya terserah Lo aja deh, cepetan keburu malam tau gak ini?" Tutur Aldo dengan memperhatikan sekitarnya yang mulai gelap.

"Sabar Napa jadi orang sensi mulu, lagi pms ya ?" Tanya Angga

"Itu mulut Lemes banget jdi cowo, sekali lagi Lo ngomong engga benar gua tampol muka Lo ya?" Ucap Aldo sedangkan Angga sudah terdiam sambil memegang wajahnya

"Hahahahahahaha lucu kali kau berdua, kaya Upin dan Ipin tau gak si?"ungkap Gisel sambil tertawa terbahak-bahak karena lucu melihat tingkah mereka berdua (Angga dan Aldo).

" Noh engga bos engga ibu bos, tetap aja suka nistain gua saat terpuruk. dedek tersakiti." Ucap Angga sambil mengelus dadanya dan sebal melihat mereka tertawa-tawa di atas penderitaan nya .

"Udah mendingan cepet TOD." ucap Chandra .


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen