25 tahun yang lalu
Tepi danau Ijsselmeer terlihat agak sepi pukul 1 pagi. Cuaca pertengahan musim gugur yang berangin dan dingin hanya menyisakan beberapa nelayan dan kapal kecil merapat di pelabuhan Volendam. Beberapa orang sedang minum dan menikmati malam, hingga terdengar beberapa mobil masuk dan berhenti di dekat dok pelabuhan kecil itu. Tiga mobil SUV hitam terparkir paralel dan pintu belakang salah satu mobil terbuka. Seorang laki-laki keluar sambil menuju bagasi belakang dan menarik seseorang keluar dari bagasi belakang mobil. Beberapa pria berjas dan bermantel hitam juga ikut keluar dan membentuk barikade. Masih ada beberapa nelayan dan turis yang sedang minum di atas dek kapal. Ketika melihat siapa yang datang mereka langsung pergi dan menghilang.
Laki laki itu lantas melempar orang yang ditariknya ke hadapannya. Ia mencengkram kerah jaket laki laki yang telah tersungkur di kakinya, lalu memukul wajahnya, menendang perutnya beberapa kali terakhir menodongnya kepala nya dengan pistol genggam jenis revolver.
"Waarom, ben je bang?"(kenapa, kamu takut?) ujarnya menantang laki-laki yang menodongkan nya pistol. Dia menyeringai tipis.
"Darren Van Alexander" tambahnya lagi.
"U wenst"(cuma harapanmu saja) balas Darren dengan wajah merah dan mata yang seolah bisa membakar siapa saja.
"Bunuh saja aku, kamu tidak akan berani!"
"Aku benar-benar ingin melakukannya!". Darren menarik pelatuk pistolnya dia tak ragu akan segera menembak.
"kamu tidak akan bisa membunuhku, dia sedang hamil anakku sekarang, dia pasti akan membenci mu. Hahaha!" laki laki itu tertawa mengejek Darren yang mulai kehilangan napas.
Kepala Darren seolah berputar, dia tidak percaya yang ia baru saja dengar. Princess... my Precious Anna, tidak mungkin pikirnya. Pupil Darren membesar dua kali lipat dia seperti sudah kehilangan akal sehatnya. Dia memukuli lagi laki laki yang dari tadi tersu menertawakannya. Sambil mengumpat dia terus memukul laki laki itu hingga babak belur.
"You bloody bastard, beraninya kau menyentuhnya, akan kupotong kemaluanmu, akan kubunuh kau!" Darren hilang kendali dan terus memukul. Beberapa pengawal nya kemudian harus menarik Darren agar tidak membunuh laki laki itu. Tujuan mereka adalah memberinya pelajaran dan dia tidak kembali lagi mendekati putri Herman Van Alexander, Anna Brigitte Alexander.
Laki laki itu tidak memiliki tenaga lagi untuk mengangkat wajahnya. Tenaganya habis untuk menahan pukulan Darren. Darren yang sudah agak jauh dari laki laki itu mengambil telpon dari saku baju nya, dia menelpon kakak nya, Hans Valiente Alexander.
"Zet haar nu in de kamer, sluit het op" (masukkan dia kedalam kamar sekarang, dan kunci)
"Waarom, wat is er gebeurd?" (ada apa, apa yang terjadi)
"Het ergste wat er is gebeurd... Anna is zwanger" (yang terburuk telah terjadi, Anna hamil)
Hans terdiam dan tak lama telponnya putus. Darren terduduk sambil menangis.
'Anna ku dihamili oleh bajingan kotor ini. Sialan aku tidak bisa melindungi nya, adikku, cintaku.' Darren berpikir pada dirinya. Sambil tergopoh Darren kembali menarik kerah baju laki laki itu.
"Aku tidak ingin mengotori tanganku dengan darahmu, kembali ke negaramu dan jangan berpikir bisa melihat Anna lagi, dasar sampah!"
"Dia istriku dan kami sudah menikah!"
"Anggap kamu sudah bercerai, atau aku akan menengelamkan mu di danau ini, David Ashton!"
"Tidak, aku takkan pernah meninggalkannya. Kelompok gengsterku akan memburumu dan seluruh anggota keluarga Alexander!" teriak David dengan mata marah.
"Kamu hanyalah gangster kelas rendahan, ingat ini, kamu tidak akan pernah memiliki nya!"
"Kenapa, kamu tidak terdengar seperti kakaknya, apa kamu mencintainya lebih dari itu?" Darren tidak menjawab, wajahnya berubah jadi menyeringai dan menepuk pipi David.
"Hanya aku yang bisa memilikinya, dia milikku... TENGGELAMKAN DIA". Darren memberi perintah pada pengawalnya. Mereka kemudian mengikat tangan dan kaki David dengan batu lalu melemparnya ke danau. David memberontak sambil terus berteriak
"AKU AKAN KEMBALI, KALIAN SEMUA AKAN MATI!!. Byurr... Tubuh David dilempar ke danau, Darren menunggu dan memastikan David tidak bisa berenang ke permukaan. Pemberat di kakinya memaksanya turun ke dasar danau.
Darren lalu masuk ke mobil dan seluruh mobil SUV nya akhirnya pergi.
"Hapus seluruh petunjuk dan jejak", perintah Darren pada PA nya.
"ja, mijnheer!" (ya pak)
Darren menarik nafas panjang dan menyandarkan kepalanya ke belakang. Sambil menutup mata dia menangis dalam diam. PA nya hanya diam saja dan menyibukkan diri dengan laptop di hadapannya. Di kepala Darren hanyalah ada bayangan Anna. Otaknya seperti memutar kolase wajah Anna dari pertama ia melihat nya, pertama kali ia jatuh cinta pada adiknya. Ketika Anna yang baru berusia dua bulan dibawa pulang dari salah satu panti asuhan dipinggiran kota Amsterdam oleh istri Herman Van Alexander. Hans yang berumur 8 tahun dan Darren yang berumur 5 tahun melihat adik perempuan mereka untuk pertama kalinya. Darren yang sangat aktif berubah menjadi sangat lembut ketika pertama kali memegang Anna. Cinta pertama dan terakhir Darren berakhir di tangan laki laki yang baru dikenal adiknya itu, David Ashton. Orang Amerika yang menjadi anggota gangster RED di jalanan Amsterdam. Darren menggenggam tangannya dengan keras mengepalkan rahangnya. Oh, Anna ku....
25 Tahun Kemudian
Arya memarkirkan mobilnya di salah satu basement parkir The Delancey, salah satu klub hiburan malam di Manhattan. Musim panas hampir berakhir, cuaca mulai agak dingin jika malam. Sudah 12 tahun ia tinggal di Manhattan, New York bersama dengan Bryan. Arya sudah punya perusahaan design nya sendiri, belum sebesar Bryan tapi itu perusahaan yang ia bangun selama 3 tahun terakhir. Sedangkan Bryan memimpin dua perusahaan sekaligus, VanAlex Corp dan B-Hit. Tech. B-Hit Tech. adalah perusahaan penghasil games, aplikasi hingga senjata artificial intelegence. Sedangkan VanAlex adalah perusahaan konstruksi warisan kakek Bryan, Herman Van Alexander.
Masuk ke lantai dansa, Arya mencari cari sahabatnya. Lagu Get Loose-Sohanny and Vein berdentum keras dan orang orang tidak berhenti berjoget. Mata Arya akhirnya menangkap sosok Bryan sedang berdansa sensual dengan salah satu wanita, entah siapa. Di tengah tengah para gadis yang sedang menggesekkan tubuh mereka pada pasangannya, entah itu pria atau wanita, Arya mencoba menembus untuk menemui Bryan. Bryan tidak tahu Arya sedang mencarinya, dia masih asik berdansa dengan....??? siapa namanya? Bryan tidak ingat. Tangannya meraba hampir seluruh lekuk tubuh gadis seksi bermata hijau itu. Tubuh mereka seperti lem, menempel sambil terus bergoyang. Sesekali Bryan seperti membisikkan sesuatu sambil mengigit kecil ujung telinga gadis itu.
"Hei, Bro, Bryan!" Arya mencoba memanggil. Kali ini Bryan melihatnya
"Hei, datang juga lo!" mereka pun saling memberi fistbump. Bryan menyuruh Arya untuk menunggunya di bar.
"Siapa?" tanya sang gadis
"My bestfriend, nanti kita bertemu lagi, Babygirl" jawab Bryan sambil mengecup dalam gadis itu. Cukup lama mereka berciuman. Bryan pun akhirnya menuju bar tempat Arya menunggu. Arya sedang bicara dengan Xavier, bartender yang juga teman mereka berdua.
"Give me scotch, make it two!" ujar Bryan pada Xavier. Ia pun mengangguk dan menyiapkan minuman pesanan Bryan.
"Siapa dia?" tanya Arya
"Siapa?"
"Tadi, yang ciuman sama lo!"
"I think she's Sandra, oh no Sara, ah gak inget!" Arya hanya mengelengkan kepalanya mendengar jawaban Bryan. Bryan mengganti pacarnya seperti mengganti baju. Tiap minggu pasti ada perempuan baru yang jalan dengannya. Xavier yang mendengar pembicaraan mereka ikut bicara.
"Dia model Victoria Secret, Sheila Peterson, dia yang paling seksi!" tambah Xavier sambil menyeringai. Arya melihat ke arah Xavier memandang, model Victoria Secret itu masih berdansa dengan teman perempuannya sambil menatap sensual pada Bryan yang juga melihatnya sekilas.
"Kamu beruntung teman!". Bryan mengangkat gelasnya pada Xavier. Selesai menegak minumannya. Ia meminta lagi
"Another shot!" (satu lagi)
"Gue gak mau bawa lo yang mabuk pulang!" celetuk Arya kesal. Bryan hanya tertawa.
Tak lama kemudian, gadis yang tadi berdansa dengannya bergelayutan di pinggang Bryan. Tanpa malu, mereka berciuman di depan Arya dan Arya hanya menyeringai sambil menghabiskan minumannya sekali teguk. Dia memberi tanda pada Xavier untuk membuat satu scotch lagi.
"Masukkan saja dalam tagihanku Xavier, sampai jumpa senin, Arya!" Bryan merangkul model ViSec itu dan langsung pergi keluar dari club. Xavier hanya mengangguk sambil tersenyum. Arya hanya mengangguk pelan, ia sudah terbiasa melihat temannya seperti itu.
Bryan telah berubah banyak semenjak datang ke New York. Si genius itu bisa menciptakan senjata pemusnah massal, menjadi bos yang dingin dan kejam di siang hari dan seorang player di malam hari. Tidak ada lagi Bryan yang cuek atau bersikap dingin pada perempuan. Gaya bicara dan kepribadiannya sudah jauh berbeda. Masih duduk sendiri tiba tiba ada sebuah lengan yang meraba pundak Arya. Tangan seorang wanita...
"Hai, tampan, boleh aku mentraktirmu minum?" ujar seorang wanita berambut merah dan wajah cantik. Arya memalingkan wajahnya melihat wanita itu dan tersenyum manis.
"Tidak terima kasih, aku punya menumanku sendiri!"
"kamu tampan sekali!" pujinya sambil meraba paha Arya.
"Kamu juga manis," balas Arya dengan ekspresi menggoda.
"Tempat ku atau tempatmu?" ujarnya tanpa malu malu. Arya setengah tertawa. Lalu lengannya merangkul pinggang wanita itu.
"Hhmm, di tempatku saja, tapi aku tidak ingin bercinta, bisakah kita mengobrol saja?". Wanita itu mengernyitkan keningnya.
"Begini temanku baru saja pergi dan mungkin sedang bercinta sekarang dan dia meninggalkan aku disini, aku hanya butuh teman bicara. Mungkin nanti jika suasananya enak kita bisa melakukan yang kamu mau." Arya menaikkan alis tebalnya dan menyisiri tubuh gadis itu dengan matanya.
"Oh aku benar-benar tersanjung. Kamu seorang lelaki sejati!" jawab sang wanita sambil merangkul Arya dan mengikutinya keluar dari klub. Arya hanya tertawa kecil dan mengikuti bahasa tubuh gadis tersebut.
"Oke, ayo kita mengobrol, hhmmm....siapa namamu?
Tinggalkan review, PS, dan masukkan ke dalam rak ya... jangan lupa juga beli bab istimewa agar bisa membaca lebih awal dari pembaca biasa. Baca kisah semua anggota The Seven Wolves dalam seluruh serial The Seven Wolves.
Buku kesatu: The Seven Wolves: The Alpha and His Beta (Arjoona Harristian dan Jayden Lin)
Buku kedua: The Seven Wolves: The Collateral (James Harristian dan Shawn Miller)
Buku ketiga : The Seven Wolves: Trapped Under DEVILS Possession (Bryan Alexander, Mars King dan Aidan Caesar)