Pradita berbalik untuk memunggungi Bara. Ia malu karena sekarang ia sedang cegukan sambil mengusap air mata di pipinya.
"Dita …," panggil Bara.
"Selama ini kamu ngebohongin aku. Kamu bilang kalau kamu sayang sama aku, tapi ternyata di hati kamu ada orang lain. Aku ini kamu anggep apa? Kamu tega banget sih manfaatin aku?"
Pradita merasa seperti orang aneh yang berbicara pada tembok. Ia tidak berani menatap mata Bara secara langsung. Hatinya terlalu pedih. Tepat seperti pikirannya sejak semula. Ia bukanlah seseorang yang pantas untuk Bara.
Lelaki itu terlalu sempurna untuk Pradita. Sementara ia hanyalah seorang gadis kampung yang miskin dan buruk rupa.
Bara menyentuh bahunya, tapi Pradita langsung menjauhkan tangan Bara dari sana.
"Jangan munggungin aku dong, Yank. Aku pengen ngomong sama kamu."