App herunterladen
3.95% Farmakologi Cinta / Chapter 16: 16. Balapan Renang

Kapitel 16: 16. Balapan Renang

Pradita menyeimbangkan tubuhnya agar tidak tenggelam. Syukurlah dia sudah berada di kolam sedalam satu setengah meter, jadi kakinya bisa menapak sedikit. Ia menggerak-gerakkan tangan dan kakinya.

Jantung Pradita berdebar kencang menatap wajah Bara yang tampak seksi. Rambut dan wajahnya basah. Ia menyugar rambutnya ke belakang dalam adegan lambat dengan gaya yang keren. Air menciprat sedikit dan mengenai mata Pradita.

Pradita mengerjap-ngerjap sambil mengusap wajahnya. Pipinya pasti memerah seperti ditempel setrikaan panas. Mulutnya kemasukan air sedikit karena ia membukanya terus dari tadi.

Buru-buru Pradita tersadar dari mantra penggoda yang kuat. Ia masuk ke dalam air untuk mendinginkan kepalanya. Matanya terbuka dan membelalak melihat perut Bara yang atletis. Kacau!

Pradita muncul lagi ke permukaan sambil mengusap wajah dan rambutnya ke belakang.

"Lu kok bisa ada di sini? Lu ngikutin gua ya?"

Bara terkekeh. Ia tampak santai berdiri di kolam karena kakinya panjang dan menapak ke bawah. Pradita masih harus berjinjit sedikit karena tinggi badannya hanya seratus enam puluh sentimeter.

"Kolam renang kan tempat umum. Kayaknya aku dulu deh yang nyampe di sini. Aku liat waktu kamu nyebur ke dalam kolam," ujarnya dihiasi senyum miring nan mempesona.

Astaga. Sulitnya bagi Pradita untuk menyangkal jika Bara memang tampan apalagi saat Alisha memberitahunya jika Bara adalah seorang model.

"Terus ngapain lu ngeblokir jalan?"

"Yaah kamu kan berenangnya mundur, mana bisa lihat aku belakang. Kecuali mata kamu ada di sini." Bara menunjuk ubun-ubunnya. Ia terkekeh.

"Gua kayak alien dong!" protes Pradita.

Ia berenang ke pinggir kolam dan kemudian memegang besi agar ia tidak usah banyak bergerak. Bara mengikutinya. Dalam hati, Pradita memang berharap jika Bara menghampirinya.

Mata Bara menatap Pradita nanar. Pradita baru sadar jika ia sedang mengenakan baju renang. Waduh bahaya.

"Ih lu ngapain liatin gua kayak gitu? Pikiran lu itu pasti ngeres!" tuduh Pradita.

Bara mendecak. "Kamu ini ada-ada aja. Aku ngeliatin kamu biasa aja. Kamunya aja yang terlalu ge er. Perasaan tadi di SMS bilangnya kamu lagi nonton. Kenapa sekarang bisa ada di sini? Jangan-jangan kamu yang ngikutin aku ke sini ya."

"Oh, pantes lu ga bales lagi SMS gua. Eh ternyata lu lagi berenang ya?" Pradita mengangguk sambil berpikir.

"Oh, jadi kamu nungguin aku bales SMS kamu ya." Bara terkekeh. "Maaf. Tadi udah selesai SMS kamu, aku langsung lanjut berenang lagi. Tapi, gak apa-apa kan ya. Kita kan udah ketemuan di sini."

"Ih gua ga nungguin lu bales SMS gua!" elak Pradita.

"Kamu sengaja kan nyari aku ke sini?" Bara tersenyum lebar.

Pradita memasang muka datar sambil menyipitkan matanya. "Lu tuh yang ge er ya. Ngapain gua nyari lu ke sini. Alisha ngajak gua berenang, makanya gua ikut."

"Oh." Bara terkekeh lagi. Cowok itu sepertinya bahagia sekali bertemu dengan Pradita. "Kamu itu kiut banget ya kalau lagi marah."

"Kiut? Apaan?" Pradita mengusap wajahnya dan menoleh ke samping. Alisha masih berada di area kolam tiga meter. Sahabatnya itu mengangkat jempol sebelum ia masuk ke dalam air.

"Ya, kamu lucu aja gitu. Aku suka." Bara tersenyum manis.

Maksud Bara, ia menyukai kelucuan Pradita, kan? Pradita tertawa histeris.

"Nah kalau kamu ketawa kayak gitu, jadi gak lucu."

Bara mengusap lagi wajahnya dan ia tampak sangat …

Ah, sudahlah. Pradita tidak sanggup memujinya lagi. Lama-lama dia bisa diabetes karena kemanisan melihat Bara si kakak kelas sekaligus model seksi.

Dadanya bidang dan kekar. Seandainya Pradita menyentuhnya, ia pasti akan kejang-kejang di kolam dan langsung dilarikan rumah sakit jiwa.

"Eh, Dit, kita balapan yuk," kata Bara membuyarkan lamunan liar Pradita.

"Hah? Balapan apa?"

"Balapan berenang dong. Kita balapan dari ujung ke ujung. Siapa yang nyampe duluan, dia yang menang." Wajah Bara tampak bersemangat. "Mau gak?"

"Hmmm, terus kalo gua menang dapet apa?"

"Yang menang boleh dapetin apa yang dia mau."

"Halah. Kalo lu menang terus pengen duit gimana? Gua ga ada duit," ucap Pradita jujur. Tentu saja, ia tidak seperti Bara yang dompetnya tebel sampai susah dilipet. Dompet Pradita sepi dan hanya ada lima lembar seribuan.

"Oke deh. Kalau kamu menang, kamu boleh dapetin apa yang kamu mau, tapi kalau aku menang, kamu harus ikutin apa yang aku mau. Tenang aja, aku gak akan minta duit kamu."

"Jadi lu pengen supaya gua jadi babu lu?" cibir Pradita.

"Gak lah. Aku udah punya pembantu di rumah."

Weeeiiisss sombongnyaaa. Pradita tidak punya pembantu di rumahnya. Orang tuanya dua duanya bekerja. Bahkan di hari Minggu pun ayah dan ibunya masih bekerja.

"Gua agak ragu sama keinginan elu."

Bara terkekeh. "Tenang aja. Permintaan aku gak susah-susah kok. Gimana? Setuju gak?"

Pradita berenang ke arah ujung kolam renang yang lebih dangkal. Bara mengikutinya.

"Oke, tapi awas ya. Kalau permintaan lu aneh-aneh, gua gak akan mau ya."

Bara tersenyum miring. "Asal permintaannya ga menyangkut uang ato pembulian, kamu harus mau ya."

"Ya. Awas lu ya kalo permintaan lu sampe mempermalukan gua, otomatis gua tolak."

"Dit, aku tuh orang baik loh. Masa aku tega mempermalukan kamu?"

Pradita meregangkan tangannya ke depan, lalu ia memutar-mutar pergelangan kakinya yang keseleo, tampaknya masih agak sakit. Ia pasti akan baik-baik saja. Berenang cepat itu keahliannya.

"Berapa kali bulak balik nih?" tanya Pradita.

"Dua kali aja. Dari sini ke sana, balik lagi. Finishnya di sana ya."

"Oke. Biar adil gua panggil si Alisha ya biar jadi juri."

Pradita melambaikan tangannya pada Alisha yang sedang diam di pingging kolam. Alisha naik tangga dan kemudian berjalan menghampiri Pradita dan Bara.

"Hai," sapa Alisha sambil tersenyum. "Kamu Bara kan, kakak kelas kita," ucapnya genit.

"Ya, betul." Bara mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Alisha. "Bara."

"Alisha."

"Al, entar lu jadi juri ya," tunjuk Pradita. "Gua sama Bara mau balapan renang. Dua kali bulak balik katanya."

"Oh. Ya ampun. Dari tadi kalian berdua ngobrolin soal mau tanding renang?" tanya Alisha sambil terkekeh.

"Iya, Alisha. Nanti kamu yang nilai ya."

"Oke," jawab Alisha. "Sekarang langsung?"

"Yap!"

"Siap-siap ya. Gua hitung sampai tiga. Satu, dua, tiga!"

Pradita mendorong sekuat-kuatnya dengan kakinya dan meluncur. Bara menyelam di dalam air dan meluncur di sebelahnya. Sejauh ini kedudukan mereka seri. Meski Pradita lebih pendek dari Bara, tapi dia manusia ikan.

Selama ini Pradita jago berenang dan dia bisa sampai di ujung lebih dulu. Ia tiba di kolam tiga meter dan kemudian mendorong dengan kakinya hingga ia kembali meluncur. Ia bisa mendengar suara Alisha yang menyorakinya. Kakinya mulai berdenyut-denyut, tapi ia masih bisa menahannya.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C16
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen